Sabtu, 04 Mei 2019

Tokoh-tokoh Mutu






MAKALAH
TOKOH-TOKOH MUTU

DOSEN PEMBIMBING
Abdul Ghoffar, S.Pd.I, M.Pd.I





MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Disusun Oleh : V MPI B
KELOMPOK 2
Itail Haqiqah            ( 201691200073 )
Umi Kulsum              ( 201691200096 )
Vina Lutfiyatul U      ( 201691200097 )


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AT – TAQWA BONDOWOSO
TAHUN AKADEMIK 2018/2019




KATA PENGANTAR

              Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillahtepat pada waktunya yang berjudul “Tokoh-Tokoh Mutu”.
Dalam penyusunan makalah atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, bimbingan orang tua, teman-teman dan guru. Sehingga, kendala- kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STAI At-taqwa Bondowoso.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bondowoso, 18 Oktober 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I  PENDAHULUAN............................................................................ 1
A.   Latar Belakang......................................................................................... 1
B.   Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C.   Tujuan Penulisan...................................................................................... 1
         BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 2
A.    Konsep Dasar Mutu.................................................................................. 2
B.     Tokoh-tokoh Mutu.................................................................................... 2
1.      Pemikiran Deming............................................................................... 3
2.      Pemikiran Juran................................................................................... 7
3.      Pemikiran Crosby................................................................................ 8
BAB III PENUTUP..................................................................................... 12
A.    Kesimpulan............................................................................................. 12
B.     Saran....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 13





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun demikian, ada sebagian orang yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dalam pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang lain, sehingga tidak aneh jika terdapat beberapa pakar yang tidak memiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik.
Saat ini, salah satu tantangan penting yang dihadapi semua institusi adalah bagaimana mengelola sebuah mutu. Terutama dalam dunia persaingan global dan industry massal. Dalam dunia industry bisnis mutu adalah nilai jual yang menjadi prioritas utama. Mutu menjadi satu-satunya factor pembeda yang dibtuhkan oleh konsumen. Mutu tidak hanya ada dalam institusi-institusi bisnis, tapi juga menjadi kebutuhan institusi pendidikan. Hal ini ditujukan agar institusi pendidikan mampu bertahan dalam dunia persaingan yang sangat kompetitif, serta mampu mendidik akademisi-akdemisi dengan reputasi yang sangat positif.
Dalam pembahasan ini, akan dipaparkan beberapa pendapat dari tokoh-tokoh mutu yang harus kita ketahui, agar kita bisa mengetahui bagaimana pendapat mereka tentang mutu dan cara mengimplementasikan dalam sebuah institusi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep dasar dari mutu?
2.      Bagaimana pemikiran dari tokoh-tokoh mutu?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui konsep dasar dari mutu.
2.      Untuk mengetahui pemikiran dari tokoh-tokoh mutu.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Mutu
Menurut Edward Sallis, mutu dalam percakapan sehari-hari sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut dan relatif. Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian standar yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu yang relatif dipandang sebagai suatu yang melekat pada sebuah produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya.[1]
Mutu yang absolut dapat dilihat dari produk-produk yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal serta dapat dinilai dengan kepuasan pemiliknya. Mutu dalam pandangan ini digunakan untuk menyampaikan keunggulan status dan posisi serta kepemilikan barang yang memiliki mutu, akan membuat pemiliknya berbeda dengan orang lain yang tidak mampu memilikinya.
Jika dikaitkan dengan konteks pendidikan, maka konsep mutu sedemikian adalah elit, karena hanya sedikit institusi yang dapat memberikan pengalaman pendidikan dengan mutu tinggi kepada peserta didik. Sebagian besar peserta didik tidak bisa menjangkaunya, dan sebagian besar institusi tidak berangan-angan untuk memenuhinya.
Mutu dapat juga digunakan sebagai konsep yang relatif. Definisi relatif tersebut, memandang mutu bukan sebagai atribut atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu dapat dikatakan ada, apabila sebuah layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan stndar atau belum. Produk atau layanan yang memiliki mutu, dalam konsep relatif ini tidak harus mahal dan eksklusif, tapi ia harus asli, wajar dan familiar.[2]
           
B.     Tokoh-tokoh Mutu
Lima penulis penting tentang mutu adalah W. Edwards Deming, Joseph Juran, Philip B. Crosby, Dr. Kaoru Ishikawa, dan Dr. Armand V. Feigenbaum. Kelimanya berkonsentrasi pada mutu dalam industry produksi, meskipun demikian ide-ide mereka juga dapat diterapkan dalam industri jasa. Memang tidak satu pun dari mereka yang memberikan pertimbangan tentang isu-isu mutu dalam pendidikan. Namun, kontribusi mereka terhadap gerakan mutu begitu besar dan memang harus diakui bahwa eksplorasi mutu akan mengalami kesulitan tanpa merujuk pada pemikiran mereka.
Pada saat mendiskusikan ide-ide W. Edwards Deming, Joseph Juran, Philip B. Crosby, Dr. Kaoru Ishikawa, dan Dr. Armand V. Feigenbaum, perlu disadari bahwa pendekatan mereka memiliki keterbatasan dan kekurangan, khususnya seperti yang dikembangkan dalam konteks industri. Walaupun demikian, mereka betul-betul memberikan pencerahan dan petunjuk yang jelas. Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari mereka dan tentu saja dapat diterapkan dalam pendidikan. Seperti yang kelak akan kita ketahui, ada banyak hal yang saling melengkapi antara metode, baik dalam pemikiran maupun dalam kesimpulan umum mereka.[3]

1.      Pemikiran W. Edwards Deming
Deming mengatakan bahwa, mutu atau kualitas merupakan suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar.[4]
Deming melihat bahwa masalah mutu terletak pada masalah manajemen. Masalah utama dalam dunia industri adalah kegagalan manajemen senior dalam menyusun perencanaan ke depan. Biasanya, perencanaan tersebut bukan merupakan serangkaian langkah untuk menerapkan mutu, tapi lebih merupakan desakan serius terhadap manajemen tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan agar organisasi berhasil dengan baik.
Adapun Siklus Deming (Deming Cycle) yang dikembangkan untuk menghubungkan antara produksi suatu produk dengan kebutuhan pelanggan, dan memfokuskan sumber daya semua departemen (riset, desain, produksi, pemasaran) dalam suatu usaha kerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tahap-tahap dalam siklus ini terdiri dari:
a.       Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk (Plan).
b.      Menghasilkan produk (do)
c.       Memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana (Check).
d.      Memasarkan produk tersebut (act).
e.       Menganalisis bagaimana produk tersebut diterima di pa-sar dalam hal kualitas, biaya, dan criteria lainnya (analyze).[5]
Selain itu, Deming menyatakan bahwa implementasi konsep mutu dalam  sebuah organisasi memerlukan perubahan dalam filosofi yang ada di sekitar manajemen. Deming mengusulkan empat belas butir pemikiran yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas suatu organisasi juga dalam bidang pendidikan. Keempat belas butir pemikiran tersebut adalah:
1)      Ciptakan Tujuan yang Mantap Demi Perbaikan Produk dan Jasa
Sekolah memerlukan adanya tujuan akhir yang mampu mengarahkan siswa menghadapi masa depan secara mantap. Jangan membuat siswa sekedar memiliki nilai bagus tetapi juga harus mampu membuat siswa memiliki kemauan belajar seumur hidup.
2)      Adopsi Filosofi Baru
Siswa berhak mendapatkan pembelajaran yang berkualitas. Dengan kata lain, mereka tidak lagi sebagai siswa yang pasif dan rela diperlakukan seburuk apapun tanpa dapat berkomentar.
3)      Hentikan Ketergantungan pada Inspeksi Masal
Dalam bidang pendidikan, evaluasi yang dilakukan jangan hanya pada saat ulangan umum ataupun ujian akhir, tetapi dilakukan setiap saat selama proses belajar mengajar berlangsung.
4)      Akhiri Kebiasaan Melakukan Hubungan BisnisHanya Berdasarkan Biaya
Dalam bidang pendidikan pernyataan di atas terutama dikaitkan dengan biaya pendidikan yang ada hubungannya dengan perbandingan jumlah guru dan murid pada satu ruangan atau kelas. Kelas besar memang akan membuat sekolah tersebut melakukan penghematan biaya, tetapi mutu yang dihasilkan tidak terjamin dan bukan tidak mungkin terjadi peningkatan biaya di bagian lain pada sistem tersebut.
5)      Perbaiki Sistem Produksi dan Jasa Secara Konstan dan Terus Menerus
Dalam bidang pendidikan seorang guru harus berpikir secara strategik agar siswa dapat menjalani proses belajar mengajar secara baik, sehingga memperoleh nilai yang baik pula. Guru jangan hanya berpikir bagaimana siswa mendapatkan nilai yang baik.

6)      Lembagakan Metode Pelatihan yang Modern di Tempat Kerja
Hal ini perlu dilakukan agar terdapat kesamaan dasar pengetahuan bagi semua anggota staf dalam suatu lembaga pendidikan. Setelah itu barulah guru dan administrator mengembangkan keahlian sesuai yang diperlukan bagi peningkatan profesionalitas.
7)      Lembagakan Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) berbeda dengan pemimpin (leader). Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok dengan maksud mencapai suatu tujuan yang dinginkan bersama. Sedangkan pemimpin adalah seseorang atau sekelompok orang seperti kepala, komandan, ketua dan sebagainya. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan itu adalah suatu proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuanbersama. Artinya terjadi proses interaksi antara pemimpin, yang dipimpin, dan situasi.
Dengan demikian, kepemimpinan itu seyogianya melekat pada diri pemimpin dalam wujud kepribadian (personality), kemampuan (ability), dan kesanggupan (capability), guna mewujudkan kepemimpinan bermutu atau Total Quality Management (TQM).
8)      Hilangkan Rasa Takut
Perlu disadari bahwa rasa takut menghambat siswa untuk mampu mengajukan pertanyaan, melaporkan masalah, atau menyatakan ide padahal itu semua perlu dilakukan untuk menghasilkan kinerja yang maksimum. Oleh karena itu para pelaku pendidikan hendaknya jangan menerapkan sistem imbalan dan hukuman kepada siswa karena akan menghambat berkembangnya motivasi internal dari siswa masing-masing.
9)      Pecahkan Hambatan di antara Area Staf
Hambatan antardepartemen fungsional berakibat menurunkan produktivitas. Hambatan ini dapat diatasi dengan mengembangkan kerjasama kelompok. Oleh karena itu para anggota staf harus bekerjasama dan memprioritaskan diri pada peningkatan kualitas.
10)  Hilangkan Slogan, Nasihat, dan Target untuk Tenaga Kerja
Perbaikan secara berkesinambungan sebagai sasaran umum harus menggantikan simbol-simbol kerja.


11)  Hilangkan Kuota Numerik
Kuota cenderung mendorong orang untuk memfokuskan pada jumlah sering kali dengan mengorbankan mutu. Terlalu banyak menggunakan slogan dan terlalu berpatokan pada target dapat menimbulkan salah arah untuk pengembangan sistem yang baik. Tidak jarang patokan terget akan lebih terfokus pada guru dan siswa daripada sistem secara keseluruhan.
12)  Hilangkan Hambatan Terhadap Kebanggaan Diri atas  Keberhasilan  Kerja
Kebanggaan diri atas hasil kerja yang dicapai perlu dimiliki oleh guru dan siswa. Adanya kebanggaan dalam diri membuat guru dan siswa bertanggungjawab atas tugas dan kewajiban yang disandangnya sehingga mereka dapat menjaga mutu.
13)  Lembagakan Program Pendidikan dan Pelatihan yang Kokoh
Hal ini berlaku bagi para pelaku pendidikan karena memiliki dampak langsung terhadap kualitas belajar siswa.
14)  Lakukan Tindakan Nyata atau Contoh Nyata
Manajer harus menjadilead manager yangakan berusaha mengkomunikasikan pandangannya selalu berusaha mengembangkan kerjasama, meluangkan waktu dan tenaga untuk ontro sehingga dengan adanya contoh nyata, pekerja menyadari cara untuk melakukan pekerjaan yang berkualitas.[6]
Adapun sebab-sebab kegagalan mutu menurut Deming, yaitu: pertama, sebab-sebab umum adalah sebab-sebab yang diakibatkan oleh kegagalan contro. Masalah contro ini merupakan masalah internal proses institusi. Masalah-masalah tersebut hanya bisa diatasi jika ontro, proses dan prosedur institusi tersebut dirubah. Kedua, sebab-sebab khusus yaitu sebab-sebab eksternal.Sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atat ditaati, meskipun kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau kesalah-pahaman. Kegagalan tersebut bisa juga disebabkan oleh anggota individu staf yang tidak memiliki skill, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru atau manajer pendidikan. Sebab-sebab khusus masalah mutu bisa mencakup kurangnya pengetahuan dan keterampilan anggota, kurangnya motivasi, kegagalan komunikasi, atau masalah yang berkaitan dengan perlengkapan-perlengkapan.[7]

2.      Pemikiran Joseph Juran
Menurut Juran, mutu atau kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna.[8]
Adapun lima dimensi kualitas menurut Juran, yaitu :
1.      Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk.
2.      Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud desain dengan penyampaian produk actual.
3.      Ketersediaan (availability), mencakup aspek kedapatdipercayaan, serta ketahanan, dan produk itu tersedia bagi konsumen untuk digunakan
4.      Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen
5.      Guna praktis (field use), kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan pada penggunaannya oleh konsumen.[9]
Dengan keberhasilannya menciptakan kesesuaian dengan tujuan dan manfaat. Ide ini menunjukkan bahwa produk atau jasa yang sudah dihasilkan mungkin sudah memenuhi spesifikasinya, namun belum tentu sesuai dengan tujuannya. Spesifikasi mungkin salah atau tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan. Juran menyatakan bahwa 85% masalah-masalah mutu dalam sebuah organisasi adalah hasil dari desain proses yang kurang baik. Sehingga, penerapan ontro yang benar akan menghasilkan mutu yang benar. Dengan demikian, menurut Juran, 85% masalah merupakan tanggungjawab manajemen, karena mereka memiliki 85% control terhadap siste organisasi
Untuk membantu manajer dalam merencanakan mutu, Juran telah mengembangkan sebuah pendekatan disebut Manajemen Mutu Strategis (Strategic Quality Management). SQM adalah sebuah proses tiga bagian yang didasarkan pada staf pada tingkat berbeda yang memberi kontribusi unik terhadap peningkatan mutu. Pertama, manajemen senior memiliki pandangan strategis tentang organisasi. Kedua, manajer menengah memiliki pandangan operasional tentang mutu, dan ketiga, para karyawan meiliki tanggungjawab terhadap control mutu.[10]
      Adapun 10 langkah perbaikan kualitas menurut Joseph Juran, diantaranya:
1.      Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk melakukan perbaikan.
2.      Menetapkan tujuan perbaikan.
3.      Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4.      Menyediakan pelatihan.
5.      Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah.
6.      Melaporkan perkembangan.
7.      Memberikan penghargaan.
8.      Mengkomunikasi hasil-hasil.
9.      Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai.
10.  Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam system regular perusahaan.[11]

3.      Philip B. Crosby
Menurut Philip B. Crosby sesuatu dikatakan bermutu atau berkualitas apabila sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Ada dua ide yang sangat menarik dan kuat dalam mutu, yaiu: pertama, adalah ide bahwa mutu ituCuma-Cuma atau gratis (Quality is Free), dankedua, adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan dan penundaan waktu serta semua hal yang tidak berumutu lainnya bisa dihilangkan jika institusi memiliki kemauan untuk itu.
Tanpa cacat adalah kontribusi pemikiran Crosby yang utama dan kontroversial tentang mutu. Ide ini adalah komitmen untuk selalu sukses dan menghilangkan kegagalan yang melibatkan penempatan contro pada sebuah wilayah yang memastikan bahwa segala sesuatunya selalu dikerjakan dengan metode yang tepat sejak pertama kali dengan selamanya.
Dalam dunia pendidikan, metode tanpa cacat menginginkan agar seluruh pelajar dan murid dapat memperoleh kesuksesan dan mengembangkan potensi mereka. Tugas peningkatan mutu dalam pendidikan adalah membangun contro dan struktur yang menjamin terwujudnya metode tersebut. Memang ada banyak pihak yang menentang metode tanpa cacat, terutama sekali ujian control yang memustahilkan tujuan metode tersebut, dan disamping itu, muncul pandangan bahwa standar-standar metode tanpa cacat hanya bisa diperoleh setelah melalui tingkat kegagalan yang tinggi.[12]
Adapun langkah-langkah program yang dilakukan oleh Crosby, yaitu:
a.       Komitmen Manajemen (Management Commitmen)
Hal ini adalah hal yang krusial menuju sukses dan merupakan poin yang disepakati oleh semua para ahli mutu. Inisiatif mutu harus diarahkan dan dipimpin oleh manajemen senior. Crosby menandaskan bahwa komitmen ini harus dikomunikasikan dalam sebuah statemen kebijakan mutu yang harus singkat, jelas dan dapat dicapai.
b.      Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvement Team)
Membangun tim peningkatan mutu (Quality Improvement Team) di atas dasar komiten sangat dibutuhkan, karena setiap fungsi dalam organisasi menjadi ontrolcr potensial bagi kerusakan dan kegagalan mutu, maka setiap bagian organisasi harus berpartisipasi dalam upaya peningkatan mutu. Tim peningkatan mutu memiliki tugas mengatur dan mengarahkan program yang akan diimplementasikan melalui organisasi dengan tanggungjawab tim dalam setiap departemen yang harus diterima dan didukung oleh manajemen senior. Tugas penting dari tim peningkatan mutu adalah untuk menentukan bagaimana menspesifikasikan kegagalan dan peningkatan mutu
c.       Pengukuran Mutu (Quality Measurement)
Hal ini dibutuhkan untuk mengukur ketidak-sesuaian yang saat ini atau yang akan muncul, dengan cara evaluasi dan perbaikan. Bentuk-bentuk pengukuran ini berbeda antara organisasi produksi dan organisasi layanan, dan bentuk-bentuk tersebut bergantung pada data inspeksi, laporan pemeriksaan, data ontrolc dan data umpan-balik dari pelanggan.
d.      Mengukur Biaya Mutu (The Cost of Quality)
Biaya mutu terdiri dari biaya kesalahan, biaya kerja ulang, biaya pembongkaran, biaya inspeksi, dan biaya pemeriksaan. Mengidentifikasi biaya mutu dan memberikan perhatian yang lebih terhadapnya adalah hal yang penting untuk dilakukan.

e.       Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness)
Yaitu langkah untuk menumbuhkan kesadaran setiap orang dalam organisasi tentang biaya mutu dan keharusan untuk mengiplementasikan program yang dicanangkan tim peningkatan mutu. Hal ini memerlukan pertemuan atau rapat yang teratur antara pihak manajemen dan karyawan untuk mendiskusikan masalah-masalah spesifik dan bertujuan mengatasinya. Kesadaran mutu harus menjadi kunci dasar dan dihubungkan dengan urutan peristiwa yang konstan.
f.       Kegiatan Perbaikan  (Corrective Actions)
Para pengawas harus bekerjasama dengan para staf untuk memperbaiki mutu yang rendah. Metodologi yang sistematis diperlukan untuk mengatasi masalah. Crosby menganjurkan pembentukan tim tugas dengan agenda kegiatan yang disusun dengan hati-hati yang didiskusikan secara serius dalam serangkaian pertemuan teratur.
Untuk menentukan masalah mana yang harus ditangani terlebih dahulu, Crosby menganjurkan untuk menggunakan aturan Pareto. Aturan ini menyatakan bahwa 20% proses menyebabkan munculnya 80% masalah. Masalah yang besar harus ditangani pertama kali, kemudian diikuti dengan masalah berikutnya dan seterusnya.
g.      Perencanaan Tanpa Cacat (Zero Defects Planning)
Crosby berpendapat bahwa program tanpa cacat harus diperkenalkan dan dipimpin oleh tim peningkatan mutu yang juga bertanggungjawab terhadap implementasinya. Seluruh staf harus menandatangani kontrak formal untuk mewujudkan tanpa cacat dalam tugas dan kerja mereka.
h.      Pelatihan Pengawas (Supervisor Training)
Pelatihan ini adalah penting bagi para manajer agar mereka memahami peranan mereka dalam proses peningkatan mutu dan pelatihan ini bisa dilakukan melalui program pelatihan formal. Pelatihan ini juga penting bagi para staf yang melaksanakan peranan manajemen menengah.
i.        Menyelenggarakan Hari Tanpa Cacat (Zero Defects day)
Ini adalah kegiatan sehari penuh yang memperkenalkan ide tanpa cacat. Pada dasrnya, ini adalah sebuah pesta untuk meyoroti dan merayakan penerapan metode tanpa cacat dan untuk menekankan komitmen manajemen terhadap metode tersebut.


j.        Penyusunan Tujuan (Goal Setting)
Begitu kontrak kerja untuk melaksanakan tanpa cacat telah dibuat dan ide-ide tersebut telah diluncurkan dalam hari tanpa cacat, maka adalah sangat penting untuk merencanakan aksi yang lengkap. Tujuan yang hendak dituju oleh tim harus spesifik dan terukur.
k.      Penghapusan Sebab Kesalahan (Error-Cause Removal)
Langkah ini harus dimaksudkan agar para staf dapat mengkounikasikan kepada manajemen tentang situasi-situasi tertentu yang mempersulit implementasi metode tanpa cacat. Hal ini dapat diraih dengan mendesain sebuah bentuk standar yang sesuai dengan garis manajemen. Semua bentuk tersebut harus menerima jawaban dalam periode waktu tertentu.Penting untuk memberikan apresiasi kepada mereka yang berpartisipasi dalam latihan-latihan peningkatan mutu.
l.        Pengakuan (Recognition)
Menurutnya, orang-orang tidak bekerja untuk uang, akrena pada saat gaji mereka sudah stabil, ada sebuah hal yang lebih penting bagi mereka. Hal tersebut adalah penghargaan terhadap prestasi dan kontribusi mereka yang berupa hadiah atau sertifikat. Crosby berpendapat bahwa penghargaan tersebut harus dihubungkan dengan rancangan tujuan.
m.    Mendirikan Dewan-Dewan Mutu (Quality Councils)
Langkah ini adalah sebuah struktur institusional yang juga dianjurkan oleh Juran. Mengikut sertakan para tenaga professional mutu untuk menentukan bagaimana masalah dapat ditangani dengan tepat dan baik adalah salah satu langkah penting. Petugas inspeksi dan control mutu memerlukan pendekatan yang konsisten dan professional terhadap pekerjaan mereka. Bagian dari peran dewan mutu adalah mengawasi efektivitas program dan menjamin bahwa proses peningkatan tersebut terus berlanjut.
n.      Lakukan Lagi (Do It Over Again)
Program mutu adalah proses yang tidak pernah berakhir. Ketika tujuan program telah tercapai, maka program tersebut harus dimulai lagi.[13]

4.      Dr. Kaoru Ishikawa
Menurut Ishikawa mutu adalah dua tingkatandefinisi, yaitu terlibat dalam kontrol kualitas untuk memproduksi produk-produk dengan kualitas yang dapat memenuhi persyaratan konsumen. Poin penting definisi mutu menurut Ishikawa adalah bahwa (1) kualitas setara dengan kepuasan konsumen, (2) kualitas harus didefinisikan secara komprehensif, (3) kebutuhan konsumen dan persyaratan berubah terus menerus, oleh karena itu definisi mutu juga selalu berubah, dan (4) harga suatu produk atau jasa merupakan bagian penting dari kualitas.
TQM merupakan singkatan dari Total Quality Management yang merupakan kepuasan pengguna dan perbaikan layanan yang berkesinambungan. Dalam bahasa Indonesia, TQM dapat juga disebut sebagai Pengelolaan Mutu Total atau PMT. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, fokus dari PMT adalah klien, konsumen, pembeli.Beberapa komponen utama yang menyusun PMT, seperti yang dipaparkan oleh Wallach 2011 adalah:
a.       Variabel kualitas yang lebih baik;
b.      Memberikan tanggapan yang cepat;
c.       Fleksibilitas dalam menghadapi pengguna;
d.      Biaya yang minim untuk peningkatan kualitas dan kerja lainnya.
Dr. Kauro Ishikawa merupakan pencetus dari teori Lingkaran Kualitas (Quality Circle) dan Diagram Sebab-Akibat atau juga dikenal dengan Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) atau Diagram Ishikawa yang bertujuan untuk memberikan solusi dari suatu permasalahan.
Menggunakan diagram ini, letakkan permasalahan pada bagian tulang utama yang mengarah ke kepala ikan. Lalu letakkan masalah-masalah potensial pada tulang-tulang kecil yang menjadi bagian dari tulang utama. Kategori umum untuk masalah potensial tersebut adalah material, mesin, pengukuran, orang, metoda.
Adapun langkah dalam pencapaian mutu menurut Ishikawa, diantaranya:
1)      Tentukan target dan tujuan;
2)      Tentukan metoda pencapaian;
3)      Lakukan sosialisasi melalui pelatihan;
4)      Terapkan pekerjaan;
5)      Lakukan pemeriksaan dari implementasi yang berjalan;
6)      Lakukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan.[14]

5.      Dr. Armand V. Feigenbaum
Menurut Feigenbaum mutu adalah produk komposit total dan layanan karakteristik pemasaran, teknik manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk dan jasa yang digunakan akan memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan adalah bagian utama dalam pengembangan produk, sebuah produk akan memiliki tingkat mutu kualitas yang baik apabila pelanggan memiliki kepuasan dari produk yang mereka gunakan.
Poin penting Feigenbaum ini adalah bahwa (1) kualitas harus didefinisikan dalam hal kepuasan pelanggan, (2) kualitas adalah multidimensi dan harus didefinisikan secara komprehensif, dan (3) karena terjadi perubahan kebutuhan dan harapan pelanggan, maka mutu adalah dinamis.
Dalam pengawalan kualiti, terdapat empat langkah utama yang perlu ditempuh, diantaranya:
a.       Menetapkan piawaian kualiti,
b.      Menilai perlaksanaan dan prestasi berdasarkan piawaian tersebut,
c.       Bertindak apabila prestasi lebih baik daripada piawaian,
d.      Membuat perancangan untuk membaiki piawaian.[15]


 
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Mutu dalam percakapan sehari-hari sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut dan relatif. Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian standar yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu yang relatif dipandang sebagai suatu yang melekat pada sebuah produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya.
Lima penulis penting tentang mutu adalah W. Edwards Deming, Joseph Juran, Philip B. Crosby, Dr. Kaoru Ishikawa, dan Dr. Armand V. Feigenbaum. Kelimanya berkonsentrasi pada mutu dalam industry produksi, meskipun demikian ide-ide mereka juga dapat diterapkan dalam industri jasa.Perbedaan pendapat dari 5 ahli manajemen mutu lebih disebabkan oleh batasan mereka tentang mutu yang berimplikasi pada tanggungjawab, standar motivasi, pendekatan, struktur, pengendalian, perbaikan, kerjasama, biaya dan penilaian.
Deming mengatakan bahwa, mutu atau kualitas merupakan suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar. Menurut Juran, mutu atau kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna.Menurut Philip B. Crosby sesuatu dikatakan bermutu atau berkualitas apabila sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dan kerusakan nol (zero defects).Mutu menurut Ishikawa adalah dua tingkatandefinisi, yaitu “Kami terlibat dalam kontrol kualitas untuk memproduksi produk-produk dengan kualitas yang dapat memenuhi persyaratan konsumen. Sedangkan menurut Feigenbaum, mutu adalah produk komposit total dan layanan karakteristik pemasaran, teknik manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk dan jasa yang digunakan akan memenuhi harapan pelanggan.
Dari keseluruhan teori yang dikemukakan oleh banyak pemikir, semuanya memiliki kesamaan tujuan. Yang menjadi perbedaannya adalah bagaimana proses untuk mencapai tujuan tesebut.


B.     Saran
Dari beberapa penjelasan di atas tentang penulisan “Tokoh Mutu“ pasti tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat dan penyusunan makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh para pembaca dalam khususnya pembimbing mata kuliah Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Oleh karena itu penulis makalah ini mengharap kepada para pembaca mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah ini terdapat kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam terselesainya makalah yang selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA
Muhith, Abd, Dasar-dasar Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Yogyakarta: Samudra Biru, 2017
Edward Sallis, Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu pendidikan), Yogyakarta: IRCiSoD, 2012
Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV /Juli 2005. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018
e-journal.uajy.ac.id/2040/3/2TS12087.pdf Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018





[1] Abd. Muhith, Dasar-dasar Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Yogyakarta: Samudra Biru, 2017. Hal: 6
[2] Edward Sallis, Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu pendidikan), Yogyakarta: IRCiSoD, 2012. Hal: 51-53
[3]Edward Sallis, Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu pendidikan), Yogyakarta: IRCiSoD, 2012. Hal: 97-98
[4]Abd. Muhith, Dasar-dasar Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Yogyakarta: Samudra Biru, 2017. Hal: 11
[6]Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV /Juli 2005. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018
[7]Edward Sallis, Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu pendidikan), Yogyakarta: IRCiSoD, 2012. Hal: 103-105
[8]Abd. Muhith, Dasar-dasar Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Yogyakarta: Samudra Biru, 2017. Hal: 11
[9] e-journal.uajy.ac.id/2040/3/2TS12087.pdf Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018
[10]Edward Sallis, Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu pendidikan), Yogyakarta: IRCiSoD, 2012. Hal: 108-109
[12]Edward Sallis, Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu pendidikan), Yogyakarta: IRCiSoD, 2012. Hal: 110-112
[13]Edward Sallis, Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu pendidikan), Yogyakarta: IRCiSoD, 2012. Hal: 11-118

2 komentar: