MAKALAH
TOKOH-TOKOH MUTU
DOSEN
PEMBIMBING
Abdul Ghoffar,
S.Pd.I, M.Pd.I
MEMENUHI TUGAS MATA
KULIAH
SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
Disusun Oleh : V MPI B
KELOMPOK 2
Itail Haqiqah ( 201691200073 )
Umi Kulsum (
201691200096 )
Vina Lutfiyatul U ( 201691200097 )
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM (STAI)
AT – TAQWA
BONDOWOSO
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala limpahan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillahtepat pada waktunya yang berjudul “Tokoh-Tokoh Mutu”.
Dalam penyusunan makalah atau materi ini, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, bimbingan orang tua,
teman-teman dan guru. Sehingga, kendala- kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STAI At-taqwa
Bondowoso.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Bondowoso,
18 Oktober 2018
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 2
A.
Konsep Dasar
Mutu.................................................................................. 2
B.
Tokoh-tokoh Mutu.................................................................................... 2
1.
Pemikiran Deming............................................................................... 3
2.
Pemikiran Juran................................................................................... 7
3.
Pemikiran Crosby................................................................................ 8
BAB
III PENUTUP..................................................................................... 12
A. Kesimpulan............................................................................................. 12
B. Saran....................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bagi setiap
institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang
paling penting. Walaupun demikian, ada sebagian orang yang menganggap mutu
sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu dianggap sebagai suatu
hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dalam pandangan seseorang
terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang lain, sehingga tidak
aneh jika terdapat beberapa pakar yang tidak memiliki kesimpulan yang sama
tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik.
Saat ini,
salah satu tantangan penting yang dihadapi semua institusi adalah bagaimana
mengelola sebuah mutu. Terutama dalam dunia persaingan global dan industry
massal. Dalam dunia industry bisnis mutu adalah nilai jual yang menjadi
prioritas utama. Mutu menjadi satu-satunya factor pembeda yang dibtuhkan oleh
konsumen. Mutu tidak hanya ada dalam institusi-institusi bisnis, tapi juga
menjadi kebutuhan institusi pendidikan. Hal ini ditujukan agar institusi
pendidikan mampu bertahan dalam dunia persaingan yang sangat kompetitif, serta
mampu mendidik akademisi-akdemisi dengan reputasi yang sangat positif.
Dalam
pembahasan ini, akan dipaparkan beberapa pendapat dari tokoh-tokoh mutu yang
harus kita ketahui, agar kita bisa mengetahui bagaimana pendapat mereka tentang
mutu dan cara mengimplementasikan dalam sebuah institusi.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana konsep dasar dari mutu?
2.
Bagaimana pemikiran dari tokoh-tokoh mutu?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui konsep dasar dari mutu.
2.
Untuk mengetahui pemikiran dari tokoh-tokoh mutu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Mutu
Menurut Edward Sallis, mutu dalam
percakapan sehari-hari sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut dan
relatif. Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian
standar yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu yang
relatif dipandang sebagai suatu yang melekat pada sebuah produk yang sesuai dengan
kebutuhan pelanggannya.[1]
Mutu yang absolut dapat dilihat dari
produk-produk yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal serta
dapat dinilai dengan kepuasan pemiliknya. Mutu dalam pandangan ini digunakan
untuk menyampaikan keunggulan status dan posisi serta kepemilikan barang yang
memiliki mutu, akan membuat pemiliknya berbeda dengan orang lain yang tidak
mampu memilikinya.
Jika dikaitkan dengan konteks
pendidikan, maka konsep mutu sedemikian adalah elit, karena hanya sedikit
institusi yang dapat memberikan pengalaman pendidikan dengan mutu tinggi kepada
peserta didik. Sebagian besar peserta didik tidak bisa menjangkaunya, dan
sebagian besar institusi tidak berangan-angan untuk memenuhinya.
Mutu dapat juga digunakan sebagai konsep
yang relatif. Definisi relatif tersebut, memandang mutu bukan sebagai atribut
atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan
tersebut. Mutu dapat dikatakan ada, apabila sebuah layanan memenuhi spesifikasi
yang ada. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir
sesuai dengan stndar atau belum. Produk atau layanan yang memiliki mutu, dalam
konsep relatif ini tidak harus mahal dan eksklusif, tapi ia harus asli, wajar
dan familiar.[2]
B. Tokoh-tokoh
Mutu
Lima penulis penting tentang mutu adalah
W. Edwards Deming, Joseph Juran, Philip B. Crosby, Dr. Kaoru Ishikawa, dan Dr.
Armand V. Feigenbaum. Kelimanya berkonsentrasi pada mutu dalam industry
produksi, meskipun demikian ide-ide mereka juga dapat diterapkan dalam industri
jasa. Memang tidak satu pun dari mereka yang memberikan pertimbangan tentang
isu-isu mutu dalam pendidikan. Namun, kontribusi mereka terhadap gerakan mutu
begitu besar dan memang harus diakui bahwa eksplorasi mutu akan mengalami
kesulitan tanpa merujuk pada pemikiran mereka.
Pada saat mendiskusikan ide-ide W.
Edwards Deming, Joseph Juran, Philip B. Crosby, Dr. Kaoru Ishikawa, dan Dr.
Armand V. Feigenbaum, perlu disadari bahwa pendekatan mereka memiliki
keterbatasan dan kekurangan, khususnya seperti yang dikembangkan dalam konteks
industri. Walaupun demikian, mereka betul-betul memberikan pencerahan dan
petunjuk yang jelas. Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari mereka dan tentu
saja dapat diterapkan dalam pendidikan. Seperti yang kelak akan kita ketahui,
ada banyak hal yang saling melengkapi antara metode, baik dalam pemikiran
maupun dalam kesimpulan umum mereka.[3]
1. Pemikiran
W. Edwards Deming
Deming
mengatakan bahwa, mutu atau kualitas merupakan suatu tingkat yang dapat
diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan
sesuai dengan pasar.[4]
Deming
melihat bahwa masalah mutu terletak pada masalah manajemen. Masalah utama dalam
dunia industri adalah kegagalan manajemen senior dalam menyusun perencanaan ke
depan. Biasanya, perencanaan tersebut bukan merupakan serangkaian langkah untuk
menerapkan mutu, tapi lebih merupakan desakan serius terhadap manajemen tentang
apa yang harus dan tidak boleh dilakukan agar organisasi berhasil dengan baik.
Adapun
Siklus Deming (Deming Cycle) yang dikembangkan untuk menghubungkan antara
produksi suatu produk dengan kebutuhan pelanggan, dan memfokuskan sumber daya
semua departemen (riset, desain, produksi, pemasaran) dalam suatu usaha kerja
sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tahap-tahap dalam siklus ini terdiri
dari:
a. Mengadakan
riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk (Plan).
b. Menghasilkan
produk (do)
c. Memeriksa
produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana (Check).
d. Memasarkan
produk tersebut (act).
e. Menganalisis
bagaimana produk tersebut diterima di pa-sar dalam hal kualitas, biaya, dan
criteria lainnya (analyze).[5]
Selain
itu, Deming menyatakan bahwa implementasi konsep mutu dalam sebuah organisasi memerlukan perubahan dalam
filosofi yang ada di sekitar manajemen. Deming mengusulkan empat belas butir
pemikiran yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas
suatu organisasi juga dalam bidang pendidikan. Keempat belas butir pemikiran
tersebut adalah:
1) Ciptakan
Tujuan yang Mantap Demi Perbaikan Produk dan Jasa
Sekolah
memerlukan adanya tujuan akhir yang mampu mengarahkan siswa menghadapi masa
depan secara mantap. Jangan membuat siswa sekedar memiliki nilai bagus tetapi
juga harus mampu membuat siswa memiliki kemauan belajar seumur hidup.
2) Adopsi
Filosofi Baru
Siswa
berhak mendapatkan pembelajaran yang berkualitas. Dengan kata lain, mereka
tidak lagi sebagai siswa yang pasif dan rela diperlakukan seburuk apapun tanpa
dapat berkomentar.
3) Hentikan
Ketergantungan pada Inspeksi Masal
Dalam
bidang pendidikan, evaluasi yang dilakukan jangan hanya pada saat ulangan umum
ataupun ujian akhir, tetapi dilakukan setiap saat selama proses belajar
mengajar berlangsung.
4) Akhiri
Kebiasaan Melakukan Hubungan BisnisHanya Berdasarkan Biaya
Dalam
bidang pendidikan pernyataan di atas terutama dikaitkan dengan biaya pendidikan
yang ada hubungannya dengan perbandingan jumlah guru dan murid pada satu
ruangan atau kelas. Kelas besar memang akan membuat sekolah tersebut melakukan
penghematan biaya, tetapi mutu yang dihasilkan tidak terjamin dan bukan tidak
mungkin terjadi peningkatan biaya di bagian lain pada sistem tersebut.
5) Perbaiki
Sistem Produksi dan Jasa Secara Konstan dan Terus Menerus
Dalam
bidang pendidikan seorang guru harus berpikir secara strategik agar siswa dapat
menjalani proses belajar mengajar secara baik, sehingga memperoleh nilai yang
baik pula. Guru jangan hanya berpikir bagaimana siswa mendapatkan nilai yang
baik.
6) Lembagakan
Metode Pelatihan yang Modern di Tempat Kerja
Hal
ini perlu dilakukan agar terdapat kesamaan dasar pengetahuan bagi semua anggota
staf dalam suatu lembaga pendidikan. Setelah itu barulah guru dan administrator
mengembangkan keahlian sesuai yang diperlukan bagi peningkatan profesionalitas.
7) Lembagakan
Kepemimpinan
Kepemimpinan
(leadership) berbeda dengan pemimpin (leader). Kepemimpinan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok dengan maksud mencapai
suatu tujuan yang dinginkan bersama. Sedangkan pemimpin adalah seseorang atau
sekelompok orang seperti kepala, komandan, ketua dan sebagainya. Dari beberapa
definisi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan itu adalah suatu proses
mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam situasi tertentu untuk
mencapai tujuanbersama. Artinya terjadi proses interaksi antara pemimpin, yang
dipimpin, dan situasi.
Dengan
demikian, kepemimpinan itu seyogianya melekat pada diri pemimpin dalam wujud
kepribadian (personality), kemampuan (ability), dan kesanggupan (capability),
guna mewujudkan kepemimpinan bermutu atau Total Quality Management (TQM).
8) Hilangkan
Rasa Takut
Perlu
disadari bahwa rasa takut menghambat siswa untuk mampu mengajukan pertanyaan,
melaporkan masalah, atau menyatakan ide padahal itu semua perlu dilakukan untuk
menghasilkan kinerja yang maksimum. Oleh karena itu para pelaku pendidikan hendaknya
jangan menerapkan sistem imbalan dan hukuman kepada siswa karena akan
menghambat berkembangnya motivasi internal dari siswa masing-masing.
9) Pecahkan
Hambatan di antara Area Staf
Hambatan
antardepartemen fungsional berakibat menurunkan produktivitas. Hambatan ini
dapat diatasi dengan mengembangkan kerjasama kelompok. Oleh karena itu para
anggota staf harus bekerjasama dan memprioritaskan diri pada peningkatan
kualitas.
10) Hilangkan
Slogan, Nasihat, dan Target untuk Tenaga Kerja
Perbaikan
secara berkesinambungan sebagai sasaran umum harus menggantikan simbol-simbol
kerja.
11) Hilangkan
Kuota Numerik
Kuota
cenderung mendorong orang untuk memfokuskan pada jumlah sering kali dengan
mengorbankan mutu. Terlalu banyak menggunakan slogan dan terlalu berpatokan pada
target dapat menimbulkan salah arah untuk pengembangan sistem yang baik. Tidak
jarang patokan terget akan lebih terfokus pada guru dan siswa daripada sistem
secara keseluruhan.
12) Hilangkan
Hambatan Terhadap Kebanggaan Diri atas
Keberhasilan Kerja
Kebanggaan
diri atas hasil kerja yang dicapai perlu dimiliki oleh guru dan siswa. Adanya
kebanggaan dalam diri membuat guru dan siswa bertanggungjawab atas tugas dan
kewajiban yang disandangnya sehingga mereka dapat menjaga mutu.
13) Lembagakan
Program Pendidikan dan Pelatihan yang Kokoh
Hal
ini berlaku bagi para pelaku pendidikan karena memiliki dampak langsung
terhadap kualitas belajar siswa.
14) Lakukan
Tindakan Nyata atau Contoh Nyata
Manajer
harus menjadilead manager yangakan
berusaha mengkomunikasikan pandangannya selalu berusaha mengembangkan
kerjasama, meluangkan waktu dan tenaga untuk ontro sehingga dengan adanya
contoh nyata, pekerja menyadari cara untuk melakukan pekerjaan yang
berkualitas.[6]
Adapun
sebab-sebab kegagalan mutu menurut Deming, yaitu: pertama, sebab-sebab
umum adalah sebab-sebab yang diakibatkan oleh kegagalan contro. Masalah contro
ini merupakan masalah internal proses institusi. Masalah-masalah tersebut hanya
bisa diatasi jika ontro, proses dan prosedur institusi tersebut dirubah.
Kedua, sebab-sebab khusus yaitu sebab-sebab eksternal.Sering diakibatkan
oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atat ditaati, meskipun kegagalan
tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau
kesalah-pahaman. Kegagalan tersebut bisa juga disebabkan oleh anggota individu
staf yang tidak memiliki skill, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk
menjadi seorang guru atau manajer pendidikan. Sebab-sebab khusus masalah mutu
bisa mencakup kurangnya pengetahuan dan keterampilan anggota, kurangnya motivasi,
kegagalan komunikasi, atau masalah yang berkaitan dengan
perlengkapan-perlengkapan.[7]
2. Pemikiran
Joseph Juran
Menurut
Juran, mutu atau kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini berarti
bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau
diharapkan oleh pengguna.[8]
Adapun
lima dimensi kualitas menurut Juran, yaitu :
1.
Rancangan (design), sebagai spesifikasi
produk.
2.
Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian
antara maksud desain dengan penyampaian produk actual.
3.
Ketersediaan (availability), mencakup aspek
kedapatdipercayaan, serta ketahanan, dan produk itu tersedia bagi konsumen
untuk digunakan
4.
Keamanan (safety), aman dan tidak
membahayakan konsumen
5.
Guna praktis (field use), kegunaan praktis
yang dapat dimanfaatkan pada penggunaannya oleh konsumen.[9]
Dengan
keberhasilannya menciptakan kesesuaian dengan tujuan dan manfaat. Ide ini
menunjukkan bahwa produk atau jasa yang sudah dihasilkan mungkin sudah memenuhi
spesifikasinya, namun belum tentu sesuai dengan tujuannya. Spesifikasi mungkin
salah atau tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pelanggan. Juran menyatakan
bahwa 85% masalah-masalah mutu dalam sebuah organisasi adalah hasil dari desain
proses yang kurang baik. Sehingga, penerapan ontro yang benar akan menghasilkan
mutu yang benar. Dengan demikian, menurut Juran, 85% masalah merupakan
tanggungjawab manajemen, karena mereka memiliki 85% control terhadap siste
organisasi
Untuk
membantu manajer dalam merencanakan mutu, Juran telah mengembangkan sebuah pendekatan
disebut Manajemen Mutu Strategis (Strategic Quality Management). SQM
adalah sebuah proses tiga bagian yang didasarkan pada staf pada tingkat berbeda
yang memberi kontribusi unik terhadap peningkatan mutu. Pertama, manajemen senior memiliki pandangan strategis tentang
organisasi. Kedua, manajer menengah
memiliki pandangan operasional tentang mutu, dan ketiga, para karyawan meiliki tanggungjawab terhadap control mutu.[10]
Adapun 10 langkah perbaikan kualitas menurut Joseph Juran, diantaranya:
1.
Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk
melakukan perbaikan.
2.
Menetapkan tujuan perbaikan.
3.
Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4.
Menyediakan pelatihan.
5.
Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah.
6.
Melaporkan perkembangan.
7.
Memberikan penghargaan.
8.
Mengkomunikasi hasil-hasil.
9.
Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai.
10. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam
system regular perusahaan.[11]
3. Philip
B. Crosby
Menurut Philip B. Crosby
sesuatu dikatakan bermutu atau berkualitas apabila sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan. Ada dua ide yang sangat menarik dan kuat dalam mutu, yaiu: pertama, adalah ide bahwa mutu
ituCuma-Cuma atau gratis (Quality is Free), dankedua, adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan dan
penundaan waktu serta semua hal yang tidak berumutu lainnya bisa dihilangkan
jika institusi memiliki kemauan untuk itu.
Tanpa
cacat adalah kontribusi pemikiran Crosby yang utama dan kontroversial tentang
mutu. Ide ini adalah komitmen untuk selalu sukses dan menghilangkan kegagalan
yang melibatkan penempatan contro pada sebuah wilayah yang memastikan bahwa
segala sesuatunya selalu dikerjakan dengan metode yang tepat sejak pertama kali
dengan selamanya.
Dalam
dunia pendidikan, metode tanpa cacat menginginkan agar seluruh pelajar dan
murid dapat memperoleh kesuksesan dan mengembangkan potensi mereka. Tugas
peningkatan mutu dalam pendidikan adalah membangun contro dan struktur yang
menjamin terwujudnya metode tersebut. Memang ada banyak pihak yang menentang
metode tanpa cacat, terutama sekali ujian control yang memustahilkan tujuan
metode tersebut, dan disamping itu, muncul pandangan bahwa standar-standar
metode tanpa cacat hanya bisa diperoleh setelah melalui tingkat kegagalan yang
tinggi.[12]
Adapun
langkah-langkah program yang dilakukan oleh Crosby, yaitu:
a. Komitmen
Manajemen (Management Commitmen)
Hal
ini adalah hal yang krusial menuju sukses dan merupakan poin yang disepakati
oleh semua para ahli mutu. Inisiatif mutu harus diarahkan dan dipimpin oleh
manajemen senior. Crosby menandaskan bahwa komitmen ini harus dikomunikasikan
dalam sebuah statemen kebijakan mutu yang harus singkat, jelas dan dapat
dicapai.
b. Tim
Peningkatan Mutu (Quality Improvement Team)
Membangun
tim peningkatan mutu (Quality Improvement Team) di atas dasar komiten
sangat dibutuhkan, karena setiap fungsi dalam organisasi menjadi ontrolcr
potensial bagi kerusakan dan kegagalan mutu, maka setiap bagian organisasi
harus berpartisipasi dalam upaya peningkatan mutu. Tim peningkatan mutu
memiliki tugas mengatur dan mengarahkan program yang akan diimplementasikan
melalui organisasi dengan tanggungjawab tim dalam setiap departemen yang harus
diterima dan didukung oleh manajemen senior. Tugas penting dari tim peningkatan
mutu adalah untuk menentukan bagaimana menspesifikasikan kegagalan dan
peningkatan mutu
c. Pengukuran
Mutu (Quality Measurement)
Hal
ini dibutuhkan untuk mengukur ketidak-sesuaian yang saat ini atau yang akan
muncul, dengan cara evaluasi dan perbaikan. Bentuk-bentuk pengukuran ini
berbeda antara organisasi produksi dan organisasi layanan, dan bentuk-bentuk
tersebut bergantung pada data inspeksi, laporan pemeriksaan, data ontrolc dan
data umpan-balik dari pelanggan.
d. Mengukur
Biaya Mutu (The Cost of Quality)
Biaya
mutu terdiri dari biaya kesalahan, biaya kerja ulang, biaya pembongkaran, biaya
inspeksi, dan biaya pemeriksaan. Mengidentifikasi biaya mutu dan memberikan
perhatian yang lebih terhadapnya adalah hal yang penting untuk dilakukan.
e. Membangun
Kesadaran Mutu (Quality Awareness)
Yaitu
langkah untuk menumbuhkan kesadaran setiap orang dalam organisasi tentang biaya
mutu dan keharusan untuk mengiplementasikan program yang dicanangkan tim
peningkatan mutu. Hal ini memerlukan pertemuan atau rapat yang teratur antara
pihak manajemen dan karyawan untuk mendiskusikan masalah-masalah spesifik dan
bertujuan mengatasinya. Kesadaran mutu harus menjadi kunci dasar dan
dihubungkan dengan urutan peristiwa yang konstan.
f. Kegiatan
Perbaikan (Corrective Actions)
Para
pengawas harus bekerjasama dengan para staf untuk memperbaiki mutu yang rendah.
Metodologi yang sistematis diperlukan untuk mengatasi masalah. Crosby
menganjurkan pembentukan tim tugas dengan agenda kegiatan yang disusun dengan
hati-hati yang didiskusikan secara serius dalam serangkaian pertemuan teratur.
Untuk
menentukan masalah mana yang harus ditangani terlebih dahulu, Crosby
menganjurkan untuk menggunakan aturan Pareto. Aturan ini menyatakan bahwa 20%
proses menyebabkan munculnya 80% masalah. Masalah yang besar harus ditangani
pertama kali, kemudian diikuti dengan masalah berikutnya dan seterusnya.
g. Perencanaan
Tanpa Cacat (Zero Defects Planning)
Crosby
berpendapat bahwa program tanpa cacat harus diperkenalkan dan dipimpin oleh tim
peningkatan mutu yang juga bertanggungjawab terhadap implementasinya. Seluruh
staf harus menandatangani kontrak formal untuk mewujudkan tanpa cacat dalam
tugas dan kerja mereka.
h. Pelatihan
Pengawas (Supervisor Training)
Pelatihan
ini adalah penting bagi para manajer agar mereka memahami peranan mereka dalam
proses peningkatan mutu dan pelatihan ini bisa dilakukan melalui program
pelatihan formal. Pelatihan ini juga penting bagi para staf yang melaksanakan
peranan manajemen menengah.
i.
Menyelenggarakan Hari
Tanpa Cacat (Zero Defects day)
Ini
adalah kegiatan sehari penuh yang memperkenalkan ide tanpa cacat. Pada dasrnya,
ini adalah sebuah pesta untuk meyoroti dan merayakan penerapan metode tanpa
cacat dan untuk menekankan komitmen manajemen terhadap metode tersebut.
j.
Penyusunan Tujuan (Goal
Setting)
Begitu
kontrak kerja untuk melaksanakan tanpa cacat telah dibuat dan ide-ide tersebut
telah diluncurkan dalam hari tanpa cacat, maka adalah sangat penting untuk
merencanakan aksi yang lengkap. Tujuan yang hendak dituju oleh tim harus
spesifik dan terukur.
k. Penghapusan
Sebab Kesalahan (Error-Cause Removal)
Langkah
ini harus dimaksudkan agar para staf dapat mengkounikasikan kepada manajemen
tentang situasi-situasi tertentu yang mempersulit implementasi metode tanpa
cacat. Hal ini dapat diraih dengan mendesain sebuah bentuk standar yang sesuai
dengan garis manajemen. Semua bentuk tersebut harus menerima jawaban dalam
periode waktu tertentu.Penting untuk memberikan apresiasi kepada mereka yang
berpartisipasi dalam latihan-latihan peningkatan mutu.
l.
Pengakuan (Recognition)
Menurutnya,
orang-orang tidak bekerja untuk uang, akrena pada saat gaji mereka sudah
stabil, ada sebuah hal yang lebih penting bagi mereka. Hal tersebut adalah
penghargaan terhadap prestasi dan kontribusi mereka yang berupa hadiah atau
sertifikat. Crosby berpendapat bahwa penghargaan tersebut harus dihubungkan
dengan rancangan tujuan.
m. Mendirikan
Dewan-Dewan Mutu (Quality Councils)
Langkah ini adalah sebuah
struktur institusional yang juga dianjurkan oleh Juran. Mengikut sertakan para
tenaga professional mutu untuk menentukan bagaimana masalah dapat ditangani
dengan tepat dan baik adalah salah satu langkah penting. Petugas inspeksi dan control
mutu memerlukan pendekatan yang konsisten dan professional terhadap pekerjaan
mereka. Bagian dari peran dewan mutu adalah mengawasi efektivitas program dan
menjamin bahwa proses peningkatan tersebut terus berlanjut.
n. Lakukan
Lagi (Do It Over Again)
Program
mutu adalah proses yang tidak pernah berakhir. Ketika tujuan program telah
tercapai, maka program tersebut harus dimulai lagi.[13]
4.
Dr.
Kaoru Ishikawa
Menurut
Ishikawa mutu adalah dua tingkatandefinisi, yaitu terlibat dalam kontrol
kualitas untuk memproduksi produk-produk dengan kualitas yang dapat memenuhi
persyaratan konsumen. Poin penting definisi mutu menurut Ishikawa adalah bahwa
(1) kualitas setara dengan kepuasan konsumen, (2) kualitas harus didefinisikan
secara komprehensif, (3) kebutuhan konsumen dan persyaratan berubah terus
menerus, oleh karena itu definisi mutu juga selalu berubah, dan (4) harga suatu
produk atau jasa merupakan bagian penting dari kualitas.
TQM
merupakan singkatan dari Total Quality Management yang merupakan kepuasan
pengguna dan perbaikan layanan yang berkesinambungan. Dalam bahasa Indonesia,
TQM dapat juga disebut sebagai Pengelolaan Mutu Total atau PMT. Seperti yang
sudah disebutkan sebelumnya, fokus dari PMT adalah klien, konsumen, pembeli.Beberapa
komponen utama yang menyusun PMT, seperti yang dipaparkan oleh Wallach 2011
adalah:
a. Variabel
kualitas yang lebih baik;
b. Memberikan
tanggapan yang cepat;
c. Fleksibilitas
dalam menghadapi pengguna;
d. Biaya
yang minim untuk peningkatan kualitas dan kerja lainnya.
Dr.
Kauro Ishikawa merupakan pencetus dari teori Lingkaran Kualitas (Quality
Circle) dan Diagram Sebab-Akibat atau juga dikenal dengan Diagram Tulang Ikan
(Fishbone Diagram) atau Diagram Ishikawa yang bertujuan untuk memberikan solusi
dari suatu permasalahan.
Menggunakan
diagram ini, letakkan permasalahan pada bagian tulang utama yang mengarah ke
kepala ikan. Lalu letakkan masalah-masalah potensial pada tulang-tulang kecil
yang menjadi bagian dari tulang utama. Kategori umum untuk masalah potensial
tersebut adalah material, mesin, pengukuran, orang, metoda.
Adapun
langkah dalam pencapaian mutu menurut Ishikawa, diantaranya:
1) Tentukan
target dan tujuan;
2) Tentukan
metoda pencapaian;
3) Lakukan
sosialisasi melalui pelatihan;
4) Terapkan
pekerjaan;
5) Lakukan
pemeriksaan dari implementasi yang berjalan;
6) Lakukan
hal-hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan.[14]
5.
Dr.
Armand V. Feigenbaum
Menurut
Feigenbaum mutu adalah produk komposit total dan layanan karakteristik
pemasaran, teknik manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk dan jasa yang
digunakan akan memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan adalah bagian utama dalam
pengembangan produk, sebuah produk akan memiliki tingkat mutu kualitas yang
baik apabila pelanggan memiliki kepuasan dari produk yang mereka gunakan.
Poin
penting Feigenbaum ini adalah bahwa (1) kualitas harus didefinisikan dalam hal
kepuasan pelanggan, (2) kualitas adalah multidimensi dan harus didefinisikan
secara komprehensif, dan (3) karena terjadi perubahan kebutuhan dan harapan
pelanggan, maka mutu adalah dinamis.
Dalam
pengawalan kualiti, terdapat empat langkah utama yang perlu ditempuh,
diantaranya:
a. Menetapkan
piawaian kualiti,
b. Menilai
perlaksanaan dan prestasi berdasarkan piawaian tersebut,
c. Bertindak
apabila prestasi lebih baik daripada piawaian,
d. Membuat
perancangan untuk membaiki piawaian.[15]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mutu
dalam percakapan sehari-hari sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang
absolut dan relatif. Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu
merupakan bagian standar yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli.
Sedangkan mutu yang relatif dipandang sebagai suatu yang melekat pada sebuah
produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya.
Lima
penulis penting tentang mutu adalah W. Edwards Deming, Joseph Juran, Philip B.
Crosby, Dr. Kaoru Ishikawa, dan Dr. Armand V. Feigenbaum. Kelimanya
berkonsentrasi pada mutu dalam industry produksi, meskipun demikian ide-ide
mereka juga dapat diterapkan dalam industri jasa.Perbedaan pendapat dari 5 ahli
manajemen mutu lebih disebabkan oleh batasan mereka tentang mutu yang
berimplikasi pada tanggungjawab, standar motivasi, pendekatan, struktur,
pengendalian, perbaikan, kerjasama, biaya dan penilaian.
Deming
mengatakan bahwa, mutu atau kualitas merupakan suatu tingkat yang dapat
diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan
sesuai dengan pasar. Menurut Juran, mutu atau kualitas adalah kesesuaian untuk
penggunaan (fitness for use),
ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang
diperlukan atau diharapkan oleh pengguna.Menurut Philip B. Crosby sesuatu dikatakan bermutu atau berkualitas
apabila sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dan kerusakan nol (zero defects).Mutu menurut Ishikawa
adalah dua tingkatandefinisi, yaitu “Kami terlibat dalam kontrol kualitas untuk
memproduksi produk-produk dengan kualitas yang dapat memenuhi persyaratan
konsumen. Sedangkan menurut Feigenbaum, mutu adalah produk komposit total dan
layanan karakteristik pemasaran, teknik manufaktur, dan pemeliharaan di mana
produk dan jasa yang digunakan akan memenuhi harapan pelanggan.
Dari
keseluruhan teori yang dikemukakan oleh banyak pemikir, semuanya memiliki
kesamaan tujuan. Yang menjadi perbedaannya adalah bagaimana proses untuk
mencapai tujuan tesebut.
B.
Saran
Dari
beberapa penjelasan di atas tentang penulisan “Tokoh Mutu“ pasti tidak terlepas
dari kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat dan penyusunan makalah ini
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang
diharapkan oleh para pembaca dalam khususnya pembimbing mata kuliah Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan. Oleh karena itu penulis makalah ini mengharap
kepada para pembaca mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah ini terdapat
kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam terselesainya makalah yang
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Muhith, Abd, Dasar-dasar
Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Yogyakarta: Samudra Biru, 2017
Edward Sallis, Total
Quality Management in Education (Manajemen Mutu pendidikan), Yogyakarta:
IRCiSoD, 2012
Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/
Th.IV /Juli 2005. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018
e-journal.uajy.ac.id/2040/3/2TS12087.pdf
Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018
http://www.widyasari-press.com/index.php?option=com_content&view=article&id=
588:kualitas-versi-deming-juran-dan-crosby&catid=77:vol-16-no-2-mei
2014-seri-iii. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018
http://tamrinhayat.blogspot.com/2014/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1. Diakses pada tanggal 1
Desember 2018
[1] Abd. Muhith, Dasar-dasar
Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Yogyakarta: Samudra Biru, 2017.
Hal: 6
[2] Edward Sallis,
Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu pendidikan),
Yogyakarta: IRCiSoD, 2012. Hal: 51-53
[3]Edward Sallis, Total
Quality Management in Education (Manajemen Mutu pendidikan), Yogyakarta:
IRCiSoD, 2012. Hal: 97-98
[4]Abd. Muhith, Dasar-dasar
Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Yogyakarta: Samudra Biru, 2017.
Hal: 11
[6]Jurnal Pendidikan Penabur -
No.04/ Th.IV /Juli 2005. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018
[7]Edward Sallis, Total
Quality Management in Education (Manajemen Mutu pendidikan), Yogyakarta:
IRCiSoD, 2012. Hal: 103-105
[8]Abd. Muhith, Dasar-dasar
Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Yogyakarta: Samudra Biru, 2017. Hal:
11
[9]
e-journal.uajy.ac.id/2040/3/2TS12087.pdf Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018
[10]Edward Sallis, Total
Quality Management in Education (Manajemen Mutu pendidikan), Yogyakarta:
IRCiSoD, 2012. Hal: 108-109
[12]Edward Sallis, Total
Quality Management in Education (Manajemen Mutu pendidikan), Yogyakarta:
IRCiSoD, 2012. Hal: 110-112
[13]Edward Sallis, Total
Quality Management in Education (Manajemen Mutu pendidikan), Yogyakarta:
IRCiSoD, 2012. Hal: 11-118
[14]http://tamrinhayat.blogspot.com/2014/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1.Diakses pada tanggal 1 Desember
2018
[15]http://tamrinhayat.blogspot.com/2014/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1.Diakses pada tanggal 1 Desember
2018
Sangat bermanfaat
BalasHapusAlhamdulillah. Jika postingan saya berguna bagi orang lain. 😉
Hapus