Sabtu, 04 Mei 2019

Lingkungan Pendidikan Islam





MAKALAH
LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN PEMBIMBING
Fitri Nur Hidayat, S.Th.I, M.Pd.I
 





MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh : KELOMPOK 9 (IV MPI B)
Hosniatil Hasanah     ( 201691200070 )
Itail Haqiqah ( 201691200073 )


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AT – TAQWABONDOWOSO
Jl. HOS. Cokroaminoto Kademangan – Bondowoso
TAHUN AKADEMIK 2018



KATA PENGANTAR

              Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillahtepat pada waktunya yang berjudul “Lingkungan Pendidikan Islam”.
Dalam penyusunan makalah atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, bimbingan orang tua, teman-teman dan guru. Sehingga, kendala- kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STAI At-taqwa Bondowoso.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bondowoso, 14 Mei 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I  PENDAHULUAN............................................................................ 1
A.   Latar Belakang......................................................................................... 1
B.   Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C.   Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
         BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A.    PengertianLingkungan Pendidikan Islam................................................. 3
B.     Macam-macam Lingkungan dalam Pendidikan Islam.............................. 4
C.     Ciri-ciri Lingkungan Pendidikan Islam..................................................... 9
D.    Dampak Globalisasi dalam Lingkungan Pendidikan.............................. 11
BAB III PENUTUP..................................................................................... 12
A.    Kesimpulan............................................................................................. 12
B.     Saran....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 13




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mancapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada di luar lingkungan formal.
Dalam literatur pendidikan, lingkungan biasanya disamakan dengan institusi atau lembaga pendidikan. Meskipun kajian ini tidak dijelaskan dalam al-Qur’an secara eksplisit, akan tetapi terdapat beberapa isyarat yang menunjukkan adanya lingkungan pendidikan tersebut. Oleh karenanya, dalam kajian pendidikan Islam pun, lingkungan pendidikan mendapat perhatian.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang apa dan bagaimana hakikat lingkungan pendidikan Islam, maka dalam makalah ini akan dibahas materi yang berjudul “Hakikat lingkungan pendidikan dalam islam”.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan islam?
2.      Apa saja macam-macam lingkungan pendidikan islam?
3.      Bagaimana ciri-ciri lingkungan pendidikan islam?
4.      Bagaimana dampak globalisasi dalam lingkungan pendidikan?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari lingkungan pendidikan islam.
2.      Untuk mendeskripsikan macam-macam lingkungan pendidikan islam.
3.      Untuk mengkaji ciri-ciri lingkungan pendidikan islam.
4.      Untuk mengetahui dampak globalisasi dalam lingkungan pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam
Orang sering mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar di luar diri manusia atau individu. Lingkungan itu sebenarnya mencakup segala material dan stimuli di dalam dan di luar diri individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis maupun sosio-kultural. Dengan demikian lingkungan dapat diartikan secara fisiologis, psikologis dan sosio-kultural.
Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem saraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indokrin, sel-sel pertumbuhan dan kesehatan jasmani.
Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak dalam konsepsi, kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu misalnya: sifat-sifat, interaksi, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi dan kapasitas intelektual.
Secara sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi interaksi dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaualan kelompok, pola hidup masyarakat, latihan, belajar, pendidikan pengajaran, bimbingan dan penyuluhan, adalah termasuk sebagai lingkungan ini.[1]
Pendidikan adalah upaya pembinaan, pembentukan, pengarahan pencerdasan,pelatihan yang ditujukan kepada semua peserta didik secara formal, informal maupun non formal.[2]
Pendidikan islam adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.[3]
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak dalam alam semesta ini yang menjadi wadah atau wahana, badan atau lembaga berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalab membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial dan budaya) dan utamanya sumber daya pendidikan yang tersedia agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal. Selain itu, penataan lingkungan pendidikan tersebut terutama dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berkembang efisien dan efektif.
Pada hakikatnya, lingkungan pendidikan dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran. Teori pembelajaran konstruktivisme mengajarkan kepada kita bahwa peserta didik harus dapat membangun pemahaman sendiri tentang konsep yang diambil dari sumber-sumber pembelajaran yang berasal dari lingkungam sekitarnya. Dalam pendidikan islam, lingkungan pendidikan pada akhirnya merupakan satu faktor pendidikan yang ikut serta menemukan corak pendidikan islam.[4]
Kajian lingkungan pendidikan islam (Tarbiyah Islamiyah) biasanya terintegrasi secara implisit dengan pembahasan mengenai macam-macam lingkungan pendidikan. Namun dapat dipahami bahwa lingkungan pendidikan islam adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri ke-Islaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan islam dengan baik.[5]
Meskipun lingkungan tidak bertanggungjawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak, pasti akan mempengaruhi anak.
Semua ini menunjukkan bahwa lingkungan berperan penting sebagai tempat kegiatan bagi manusia, termasuk kegiatan pendidikan islam. Lingkungan pendidikan islam berfungsi untuk menunjang terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar secara berkesinambungan dalam kondisi aman dan tenteram.[6]

B.     Macam-macam Lingkungan dalam Pendidikan Islam
Berikut adalah macam-macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagaman anak, yaitu :


1.      Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama
2.      Lingkungan semacam ini adakalanya keberatan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula agak sedikit tahu tengtang hal itu
3.      Lingkungan yang berpegang kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin, biasanya lingkungan demikian menghasilkan anak anak beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan
4.      Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan agama.
              Dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh lingkungan pendidikan itu dapat dibedakan  menjadi tiga macam, yaitu: pengaruh lingkungan positif, pengaruh lingkungan negatif dan pengaruh lingkungan netral. Pengaruh lingkungan positif, yaitu lingkungan yang memberi dorongan atau memberikan mottivasi dan rangsangan pada untuk menerima, memahami, meyakini serta mengamalkan ajaran islam. Sedangkan pengaruh lingkungan negatif, yaitu lingkungan yang menghalangi atau kurang menunjang kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran islam.Sedangkan pengaruh netral, yaitu lingkungan yang memberikan dorongan untuk meyakini atau mengamalkan agama, demikian pula tidak menghalangi anak-anak untuk meyakini dan mengamalkan ajaran Islam.
              Dalam kaitannya dengan lingkungan pendidikan, maka islam memberikan pandangan bahwa yang termasuk kategori lingkungan pendidikan yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan anak adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.[7]
1.      Lingkungan Keluarga
Dalam al-Qur’an kata keluarga ditunjukkan oleh kata ahl,’ali, dan ‘asyir, namun tidak semua kata tersebut berkaitan dengan makna keluarga, seperti kata ahl al-kitab, ahl al-injil, ahl al-madinah. Menurut Ki Hajar Dewantara “keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh suatu turunan lalu mengerti dan berdiri sebagai suatu gabungan yang hakiki, esensial, dan berkehendak bersama sam memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing masing anggotanya”. Dengan kata lain, rumah tangga/keluarga adalah satu unit masyarakat kecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari ayah , ibu dan anak , ataupun anggota keluarga lainnya. Menurut Quraisy Shihab, keluarga adalah sekolah tempat putra-putri bangsa belajar.
Keluarga adalah ikatan laki – laki dengan wanita berdasarkan hukum atau undang – undang perkawinan yang sah. Didalam keluarga ini lahirlah anak- anak. Disinilah terjadi interaksi pendidikan. Di dalam lingkungan keluarga, orang tua berkewajiban untuk menjaga, mendidik, memelihara, serta membimbing dan mengarahkan dengan sungguh – sungguh dari tingkah laku atau kepribadian anak sesuai dengan syari’at islam yang berdasarkan atas tuntunan atau aturan yang telah ditentukan di dalam Al – quran dan hadist. Tugas ini merupakan tanggung jawab masing – masing orang tua  yang harus dilaksanakan.
Pentingnya pendidikan islam bagi setiap – setiap orang tua terhdap anak – anak didasarkan pada sabda rasulullah SAW yang menyatakan bahwa : “seriap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi dan majusi”.(H.R. Bukhari). Hal tersebut juga didukung oleh teori psikologi perkembangan yang berpendapat bahwa masing – masing anak dilahirkan dalam keadaan seperti kertas putih. Teori ini dikenal dengan teori “tabula rasa”.
Dalam hal ini pendidikan keluarga merupakan salah satu aspek penting, karena awal pembentukan dan perkembangan dari tingkah laku atau kepribadian atau jiwa seseorang anak adalah dimelalui proses pendidikan di lingkungan dari keluarga. Di lingkungan inilah pertama kalinya terbentuknya pola dari tingkah laku atau berkepribadian seorang anak tersebut.[8]
Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak-anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya (orang tua dan anggota keluarga yang lain).[9]

2.      Lingkungan Sekolah
Sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan terbatasnya orang tua dalam kedua hal tersebut, orang tua tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut diperlukan orang lain yang lebih ahli. Guru-guru di dalam lembaga pendidikan formal (sekolah) adalah orang dewasa yang dipercaya untuk menjalankan tugas-tugas tersebut.
Dalam al-Qur’an tidak ada satupun kata yang secara langsung menunjukkan pada arti sekolah (madrasah). Akan tetapi, sebagai akar dari kata madrasah, yaitu darasa di dalam al-Qur’an dijumpai sebanyak enam kali. Kata-kata darasa tersebut mengandung pengertian yang bermacam-macam. Sekolah atau madrasah merupakan lembaga pendidikan formal, juga menentukan membentuk kepribadian anak yang islami. Sekolah bisa disebut lembaga pendidikan kedua yang berperan dalam mendidik anak setelah keluarga. Lingkungan sekolah merupakan lingkkungan tempat peserta didik menyerap nilai-nilai akademik termasuk bersosialisasi dengan guru dan teman sekolah.[10]
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting sesudah keluarga. Pada waktu anak- anak menginjak umur 6 atau 7 tahun perkembangan intelek, daya pikir telah meningkat sedemikian rupa, karena itu pada masa ini disebut masa keserasian bersekolah. Pada saat ini anak telah cukup matang belajar disekolah. Ia telah mampu mempelajari ilmu – ilmu yang diajarkan disekolah seperti matematika, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, bahasa, olahraga, keterampilan, agama dan lain sebagainya. Keluarga pada umumnya tidak berkesempatan atau bahkan banyak yang tidak berkemampuan mengajarkan ilmu – ilmu tersebut. Oleh karena itu sudah sepantasnyalah mereka menyerahkan tugas dan tanggung jawab kepada sekolah. Memang sekolah yang telah diatur dan dipersiapkan sedemikian rupa, mampu melaksanakan tugas – tugas diatas.[11]
Bahwasanya telah diakui oleh berbagai pihak tentang peran sekolah bagi pembentukan kepribadian anak sangat besar. Sekolah telah membina anak tenyang kecerdasan, sikap, minat dan lain sebagainya dengan gaya dan caranya sendiri sehingga anak mentaatinya, karena itu dapatlah dikatakan sekolah berpengaruh besar bagi jiwa dan keberagaman anak.
Sekolah merupakan saran yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidika . Salah satu alternatif yang mungkin dilakukan di sekolah untuk melaksanakn kebijakan nasional dalah secara bertahap mengembangkan sekokah menjadi suatu tempat pusat pelatihan (training center) manusia indonesia di masa depan.
Manusia yang mulia/sempurna menurut islam harus memiliki ciri – ciri sebagai berikut : jasmaninya sehat serta kuat, termasuk berketerampilan, akalnya cerdas serta pandai dan hatinya (kalbunya) penuh iman kepada Allah SWT. Penjelasan  diatas menunjukkan bahwa sekolah sebagai lingkungan pendidikan formal harus dirancang sehingga dapat mengakomodir 3 keperluan baik. Fisik, akal, serta hati siswa harus diperhatikan dalam merancang sarana dan prasarana di sekolah.[12]

3.      Lingkungan Masyarakat
Kata masyarakat berasal dari kosa kata Bahasa Arab,yaknisyaraka yang bisa bermakna bersekut. Syirkah atau syarika yang bermakna persekutuan, perserikatan, perkumpulan atau perhimpunan. Masyarakah yang bermakna persekutuan atau perserikatan.[13]
Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Masyarakat mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup pendidikan dalam sekolah ataupun keluarga. Batasan yang ada dalam pendidikan masyarakat itupun tidak jelas. Itu semua disebabkan banyaknya jenis kehidupan sosial dan budayanya.
Corak ragam pendidikan yang diterima peserta didik dalam masyarakat banyak sekali, meliputi segala bidang baik pembentukan kebiasaaan, pembentukan pengetahuan, sikap, minat maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Pendidikan dalam masyarakat boleh dikatakan merupakan pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak sadar oleh masyarakat. Anak secara sadar atau tidak mendidik dirinya sendiri, mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri,mempertebal keimanan serta keyakinan sendiri akan nilai-nilai kesusilaan dan keagamaan di dalam masyarakat.[14]
Masalah pendidikan sekolah dan keluarga tudak bisa lepas dari nilai nilai sosial yang dijunjung oleh suatu masyarakat. Setiap masyarakat mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu sama lain, tetapi para masyarakat mempunyai norma – norma yang universal dengan masyarakat pada umumnya. Misalnya norma adat, norma hukum, norma agama, sdan seterusnya.
Norma masyarakat yang berpengaruh tersebut merupakan sudah aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua ke generasi mudanya. Penularan-penularan yang dilakukab dengan sadar dan bertujuan merupakab proses pendidikan masyarakat. Dengan demikian pendidik dalam masyarakt adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap dasar-dasar oleh keluarga dan juga oleh sekolah sebelum mereka masuk ke dalam maayarakat. Melalui sosialisasi lanjutan (penularan) ini, maka kedewasaan sosial para anggotanya akan terbentuk. Karena itu pemimpin resmi (misalnya : lurah, camat, bupati, gubernur, presiden dan lainnya) maupun tidak resmi (misalnya : ulama, tokoh partai, ketua adat, tokoh masyarakat dan lainnya) adalah pendidik dalam masyarakat.[15]

C.    Ciri-ciri Lingkungan pendidikan Islam
1.      Lingkungan Pendidikan Informal (keluarga)
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa keluarga merupakan bagian dari lembaga pendidikan informal.
Adapun ciri-ciri lingkungan pendidikan informal (keluarga) diantaranya:
a.       Tujuan pengembangannya lebih menekankan pada pengembangan karakter.
b.      Peserta didiknya bersifat heterogen.
c.       Isi pendidikannya tidak terprogram secara formal/tidak ada kurikulum tertulis.
d.      Tidak berjenjang.
e.       Waktu pendidikan tidak terjadwal secara ketat, relative lama.
f.       Cara pelaksanaan pendidikan bersifat wajar.
g.      Evaluasi pendidikan tidak sistematis dan incidental.
h.      Credentials tidak ada dan tidak penting.
2.      Lingkungan Pendidikan Formal (sekolah)
Sekolah merupakan pendidikan formal. Sebagai lingkungan pendidikan formal sekolah dibagi atas tiga jenjang pendidikan yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang  pendidikan menengah. Dijalur pendidikan formal, pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS). Jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan  (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Sedangkan pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas yang merupakan kelanjutan dari jenjang pendidikan menengah.
Adapun ciri-ciri lingkungan pendidikan formal (sekolah) diantaranya:
a.       Secara faktual tujuan pendidikannya lebih menekankan pada pengembangan intelektual.
b.      Peserta didik bersifat homogen.
c.       Isi pendidikannya terprogram secara formal/kurikulum tertulis.
d.      Terstruktur, berjenjang dan berkesinambungan.
e.       Waktu pendidikan terjadwal secara ketat dan reatif lama.
f.       Cara pelaksanaan bersifat formal.
g.      Evaluasi pendidikan dilaksanakan secara sistematis.
h.      Credentials ada dan penting.
3.      Lingkungan Pendidikan Non formal (masyarakat)
Masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal, juga menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. Masyarakat yang terdiri dari sekelompok atau beberapa individu yang beragam akan mempengaruhi pendidikan peserta didik yang tinggal di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam pendidikan Islam, masyarakat memiliki tanggung jawab dalam mendidik generasi muda tersebut. Pendidikan non formal ada Raudatul Athfal (RA), Taman Pendidikan Alquran (TPA), Taman Pendidikan Senibaca Alquran (TPSA), Didikan Subuh (DDS), Pondok Pesentren, majlis Taklim dengan berbagai variasinya, Remaja Mesjid dan sebagainya.
Adapun ciri-ciri lingkungan pendidikan formal (sekolah) diantaranya:
a.       Secara faktual tujuan pendidikannya lebih menekankan pada pengembangan keterampilan praktis.
b.      Peserta didiknya bersifat heterogen.
c.       Isi pendidikannya ada yang terprogram secara tertulis ada pula yang tidak terprogram secara tertulis.
d.      Dapat terstruktur, berjenjang dan bersinambung. Dapat pula tidak terstruktur , tidak berjenjang, dan tidak bersinambung.
e.       Waktu pendidikan terjadwal secara ketat atau tidak terjadwal secara ketat dan lama pendidikanya relatif singkat.
f.       Cara pelaksanaan pendidikan mungkin bersifat artificial mungkin pula bersifat wajar.
g.      Evaluasi pendidikan mungkin dilaksanakan secara sistematis dapat pula tidak sistematis.
h.      Credentials mungkin ada dan mungkin pula tidak ada.
Dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan islam didalamnya terdapat ciri-ciri keislamannya. Ciri-ciri keislaman tersebut ialah mengacu pada dasar-dasar pendidikan islam yaitu al- Qur’an, al- Hadits dan al- Ijtihad. Dan juga pendidikan di ketiga lingkungan tersebut harus bertujuan, menanamkan akhlak mulia (pembentukan karakter), mengembangkan intelektual dan pengembangan keterampilan praktis. Seperti tujuan dari pendidikan islam,yaitu secara umum ialah bahagia dunia akhirat dan secara khusus memiliki pengetahuan dan keterampilan.

D.    Dampak Globalisasi dalam Lingkungan Pendidikan
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi lingkungan pendidikan. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Adapun pengaruh positif dari adanya globalisasi dalam lingkungan pendidikan diantaranya:
1.      Semakin mudahnya akses informasi dan komunikasi.
2.      Meningkatnya kualitas pendidikan.
3.      Terbukanya peluang untuk berkarya.
Adapun pengaruh negatif dari adanya globalisasi dalam lingkungan pendidikan diantaranya:
1.      Menurunnya kualitas moral manusia.
2.      Terkikisnya kebudayaan lokal, akibat datangnya budaya barat.
3.      Meningkatnya kesenjangan sosial.
4.      Komersialisasi pendidikan.
5.      Hilangnya solidaritas atau kepedulian, gotong royong, dan kesetiakawanan.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan sangat berperan dalam penyelenggaraan pendidikan Islam, sebab lingkungan yang juga dikenal dengan institusi itu merupakan tempat terjadinya proses pendidikan.
Dalam kaitannya dengan lingkungan pendidikan, maka islam memberikan pandangan bahwa yang termasuk kategori lingkungan pendidikan yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan anak adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Di dalam lingkungan pendidikan islam yaitu terdapat ciri-ciri keislaman didalamnya.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi lingkungan pendidikan. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.

B.     Saran
Keluarga yang ideal dalam perspektif Islam adalah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Profil keluarga semacam ini sangat diperlukan pembentukannya sehingga ia mampu mendidik anak-anaknya sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Kemudian orang tua harus menyadari pentingnya sekolah dalam mendidik anaknya secara profesional sehingga orang tua harus memilih pula sekolah yang baik dan turut berpartisipasi dalam peningkatan sekolah tersebut.
Sementara sekolah atau madrasah juga berperan penting dalam proses pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang pada hakikatnya sebagai institusi yang menyandang amanah dari orang tua dan masyarakat, harus menyelenggarakan pendidikan yang profersional sesuai dengan prinsip-prinsip dan karakteristik pendidikan Islam. Sekolah harus mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan keahlian bagi peserta didiknya sesuai dengan kemampuan peserta didik itu sendiri.
Begitu pula masyarakat, dituntut perannya dalam menciptakan tatanan masyarakat yang nyaman dan peduli terhadap pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin, Nata. 2005. Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru). Gaya Media Pratama: Jakarta.
Al-Rasyidin. 2008. Falsafah Pendidikan Islam. Citapustaka Media Perintis: Bandung.
Mahmud, dkk. 2015. Filsafat Pendidikan Islam. Kopertais IV Press: Surabaya.
Al-Tournal al-Syaibani, Omar Muhammad. 1979. Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung. Bulan Bintang: Jakarta.
Journal Hikmah, Vol. XIII, No. 1, 2017.





[1]Mahmud, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2015), Hal 157.
[2] Journal Hikmah, Vol. XIII, No. 1, 2017, Hal 4. Di akses pada tanggal 09 Mei 2018.
[3] Omar Muhammad al-Tournal al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), Hal 399.
[4]Mahmud, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2015), Hal 159-160.
[5] Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), Hal 163.
[6]Journal Hikmah, Vol. XIII, No. 1, 2017, Hal 5. Di akses pada tanggal 09 Mei 2018.
[7]Mahmud, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2015), Hal 160-161.
[8]Mahmud, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2015), Hal 161-162.
[9]Journal Hikmah, Vol. XIII, No. 1, 2017, Hal 7. Di akses pada tanggal 09 Mei 2018.
[10]Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), Hal 171-172.
[11]Mahmud, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2015), Hal 164-165.
[12]Mahmud, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2015), Hal 165-166.
[13] Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), Hal 32.
[14]Journal Hikmah, Vol. XIII, No. 1, 2017, Hal 16-17. Di akses pada tanggal 09 Mei 2018.
[15]Mahmud, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2015), Hal 167.

1 komentar: