MAKALAH
LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM
DOSEN
PEMBIMBING
Fitri
Nur Hidayat, S.Th.I, M.Pd.I
MEMENUHI TUGAS MATA
KULIAH
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Disusun Oleh : KELOMPOK 9 (IV MPI B)
Hosniatil Hasanah ( 201691200070 )
Itail Haqiqah ( 201691200073 )
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM AT – TAQWABONDOWOSO
Jl. HOS. Cokroaminoto Kademangan – Bondowoso
TAHUN AKADEMIK 2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala limpahan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillahtepat pada waktunya yang berjudul “Lingkungan Pendidikan Islam”.
Dalam penyusunan makalah atau materi ini, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, bimbingan orang tua,
teman-teman dan guru. Sehingga, kendala- kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STAI
At-taqwa Bondowoso.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Bondowoso,
14 Mei 2018
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A.
PengertianLingkungan
Pendidikan Islam................................................. 3
B.
Macam-macam
Lingkungan dalam Pendidikan Islam.............................. 4
C.
Ciri-ciri
Lingkungan Pendidikan Islam..................................................... 9
D.
Dampak
Globalisasi dalam Lingkungan Pendidikan.............................. 11
BAB
III PENUTUP..................................................................................... 12
A. Kesimpulan............................................................................................. 12
B. Saran....................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Lingkungan yang
nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat dibutuhkan dan
turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan
sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.
Pendidikan
merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat
berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran
normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya
terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan
formal (sekolah) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh
dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering
disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses perkembangan
pendidikan manusia untuk mancapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung
tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung
pada lingkungan pendidikan yang berada di luar lingkungan formal.
Dalam literatur
pendidikan, lingkungan biasanya disamakan dengan institusi atau lembaga
pendidikan. Meskipun kajian ini tidak dijelaskan dalam al-Qur’an secara
eksplisit, akan tetapi terdapat beberapa isyarat yang menunjukkan adanya
lingkungan pendidikan tersebut. Oleh karenanya, dalam kajian pendidikan Islam
pun, lingkungan pendidikan mendapat perhatian.
Untuk
mengetahui lebih jelas tentang apa dan bagaimana hakikat lingkungan pendidikan
Islam, maka dalam makalah ini akan dibahas materi yang berjudul “Hakikat lingkungan
pendidikan dalam islam”.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan islam?
2. Apa
saja macam-macam lingkungan pendidikan islam?
3. Bagaimana
ciri-ciri lingkungan pendidikan islam?
4. Bagaimana
dampak globalisasi dalam lingkungan pendidikan?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari lingkungan pendidikan islam.
2. Untuk
mendeskripsikan macam-macam lingkungan pendidikan islam.
3. Untuk
mengkaji ciri-ciri lingkungan pendidikan islam.
4. Untuk
mengetahui dampak globalisasi dalam lingkungan pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Lingkungan Pendidikan Islam
Orang sering
mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam
sekitar di luar diri manusia atau individu. Lingkungan itu sebenarnya mencakup segala
material dan stimuli di dalam dan di luar diri individu, baik yang bersifat
fisiologis, psikologis maupun sosio-kultural. Dengan demikian lingkungan dapat
diartikan secara fisiologis, psikologis dan sosio-kultural.
Secara
fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam
tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem saraf, peredaran
darah, pernafasan, pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indokrin, sel-sel
pertumbuhan dan kesehatan jasmani.
Secara
psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu
mulai sejak dalam konsepsi, kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu misalnya:
sifat-sifat, interaksi, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat,
kebutuhan, kemauan, emosi dan kapasitas intelektual.
Secara
sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi interaksi dan kondisi
eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola
hidup keluarga, pergaualan kelompok, pola hidup masyarakat, latihan, belajar,
pendidikan pengajaran, bimbingan dan penyuluhan, adalah termasuk sebagai
lingkungan ini.[1]
Pendidikan
adalah upaya pembinaan, pembentukan, pengarahan pencerdasan,pelatihan yang
ditujukan kepada semua peserta didik secara formal, informal maupun non formal.[2]
Pendidikan
islam adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi,
masyarakat dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas
asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.[3]
Lingkungan
pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak dalam alam semesta
ini yang menjadi wadah atau wahana, badan atau lembaga berlangsungnya proses
pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Secara umum fungsi
lingkungan pendidikan adalab membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan
berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial dan budaya) dan utamanya sumber
daya pendidikan yang tersedia agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang
optimal. Selain itu, penataan lingkungan pendidikan tersebut terutama
dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berkembang efisien dan efektif.
Pada
hakikatnya, lingkungan pendidikan dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran.
Teori pembelajaran konstruktivisme mengajarkan kepada kita bahwa peserta didik
harus dapat membangun pemahaman sendiri tentang konsep yang diambil dari
sumber-sumber pembelajaran yang berasal dari lingkungam sekitarnya. Dalam
pendidikan islam, lingkungan pendidikan pada akhirnya merupakan satu faktor
pendidikan yang ikut serta menemukan corak pendidikan islam.[4]
Kajian
lingkungan pendidikan islam (Tarbiyah Islamiyah) biasanya terintegrasi secara
implisit dengan pembahasan mengenai macam-macam lingkungan pendidikan. Namun
dapat dipahami bahwa lingkungan pendidikan islam adalah suatu lingkungan yang
di dalamnya terdapat ciri-ciri ke-Islaman yang memungkinkan terselenggaranya
pendidikan islam dengan baik.[5]
Meskipun
lingkungan tidak bertanggungjawab terhadap kedewasaan anak didik, namun
merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar
terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang
disadari atau tidak, pasti akan mempengaruhi anak.
Semua ini
menunjukkan bahwa lingkungan berperan penting sebagai tempat kegiatan bagi
manusia, termasuk kegiatan pendidikan islam. Lingkungan pendidikan islam
berfungsi untuk menunjang terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar secara
berkesinambungan dalam kondisi aman dan tenteram.[6]
B.
Macam-macam
Lingkungan dalam Pendidikan Islam
Berikut adalah
macam-macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagaman anak, yaitu :
1.
Lingkungan
yang acuh tak acuh terhadap agama
2.
Lingkungan
semacam ini adakalanya keberatan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula
agak sedikit tahu tengtang hal itu
3.
Lingkungan
yang berpegang kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin, biasanya
lingkungan demikian menghasilkan anak anak beragama yang secara tradisional
tanpa kritik atau beragama secara kebetulan
4.
Lingkungan
yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan agama.
Dapat diambil kesimpulan bahwa
pengaruh lingkungan pendidikan itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: pengaruh
lingkungan positif, pengaruh lingkungan negatif dan pengaruh lingkungan netral.
Pengaruh lingkungan positif, yaitu lingkungan yang memberi dorongan atau
memberikan mottivasi dan rangsangan pada untuk menerima, memahami, meyakini
serta mengamalkan ajaran islam. Sedangkan pengaruh lingkungan negatif, yaitu
lingkungan yang menghalangi atau kurang menunjang kepada anak untuk menerima,
memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran islam.Sedangkan pengaruh netral,
yaitu lingkungan yang memberikan dorongan untuk meyakini atau mengamalkan
agama, demikian pula tidak menghalangi anak-anak untuk meyakini dan mengamalkan
ajaran Islam.
Dalam kaitannya dengan lingkungan
pendidikan, maka islam memberikan pandangan bahwa yang termasuk kategori
lingkungan pendidikan yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pendidikan anak adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.[7]
1.
Lingkungan
Keluarga
Dalam al-Qur’an kata keluarga ditunjukkan oleh kata ahl,’ali, dan
‘asyir, namun tidak semua kata tersebut berkaitan dengan makna keluarga,
seperti kata ahl al-kitab, ahl al-injil, ahl al-madinah. Menurut Ki
Hajar Dewantara “keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat
oleh suatu turunan lalu mengerti dan berdiri sebagai suatu gabungan yang
hakiki, esensial, dan berkehendak bersama sam memperteguh gabungan itu untuk
memuliakan masing masing anggotanya”. Dengan kata lain, rumah tangga/keluarga
adalah satu unit masyarakat kecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari ayah
, ibu dan anak , ataupun anggota keluarga lainnya. Menurut Quraisy Shihab,
keluarga adalah sekolah tempat putra-putri bangsa belajar.
Keluarga adalah ikatan laki – laki dengan wanita berdasarkan hukum
atau undang – undang perkawinan yang sah. Didalam keluarga ini lahirlah anak-
anak. Disinilah terjadi interaksi pendidikan. Di dalam lingkungan keluarga,
orang tua berkewajiban untuk menjaga, mendidik, memelihara, serta membimbing
dan mengarahkan dengan sungguh – sungguh dari tingkah laku atau kepribadian
anak sesuai dengan syari’at islam yang berdasarkan atas tuntunan atau aturan
yang telah ditentukan di dalam Al – quran dan hadist. Tugas ini merupakan
tanggung jawab masing – masing orang tua
yang harus dilaksanakan.
Pentingnya pendidikan islam bagi setiap – setiap orang tua terhdap
anak – anak didasarkan pada sabda rasulullah SAW yang menyatakan bahwa :
“seriap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya nasrani, yahudi dan majusi”.(H.R. Bukhari). Hal tersebut juga
didukung oleh teori psikologi perkembangan yang berpendapat bahwa masing –
masing anak dilahirkan dalam keadaan seperti kertas putih. Teori ini dikenal
dengan teori “tabula rasa”.
Dalam hal ini pendidikan keluarga merupakan salah satu aspek
penting, karena awal pembentukan dan perkembangan dari tingkah laku atau
kepribadian atau jiwa seseorang anak adalah dimelalui proses pendidikan di
lingkungan dari keluarga. Di lingkungan inilah pertama kalinya terbentuknya
pola dari tingkah laku atau berkepribadian seorang anak tersebut.[8]
Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian
anak-anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak lebih peka
terhadap pengaruh dari pendidiknya (orang tua dan anggota keluarga yang lain).[9]
2.
Lingkungan
Sekolah
Sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
terbatasnya orang tua dalam kedua hal tersebut, orang tua tidak mampu lagi
untuk mendidik anaknya. Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut diperlukan orang
lain yang lebih ahli. Guru-guru di dalam lembaga pendidikan formal (sekolah)
adalah orang dewasa yang dipercaya untuk menjalankan tugas-tugas tersebut.
Dalam al-Qur’an tidak ada satupun kata yang secara langsung
menunjukkan pada arti sekolah (madrasah). Akan tetapi, sebagai akar dari kata
madrasah, yaitu darasa di dalam al-Qur’an dijumpai sebanyak enam kali.
Kata-kata darasa tersebut mengandung pengertian yang bermacam-macam.
Sekolah atau madrasah merupakan lembaga pendidikan formal, juga menentukan
membentuk kepribadian anak yang islami. Sekolah bisa disebut lembaga pendidikan
kedua yang berperan dalam mendidik anak setelah keluarga. Lingkungan sekolah
merupakan lingkkungan tempat peserta didik menyerap nilai-nilai akademik
termasuk bersosialisasi dengan guru dan teman sekolah.[10]
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting sesudah
keluarga. Pada waktu anak- anak menginjak umur 6 atau 7 tahun perkembangan intelek,
daya pikir telah meningkat sedemikian rupa, karena itu pada masa ini disebut
masa keserasian bersekolah. Pada saat ini anak telah cukup matang belajar
disekolah. Ia telah mampu mempelajari ilmu – ilmu yang diajarkan disekolah
seperti matematika, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, bahasa,
olahraga, keterampilan, agama dan lain sebagainya. Keluarga pada umumnya tidak
berkesempatan atau bahkan banyak yang tidak berkemampuan mengajarkan ilmu –
ilmu tersebut. Oleh karena itu sudah sepantasnyalah mereka menyerahkan tugas
dan tanggung jawab kepada sekolah. Memang sekolah yang telah diatur dan
dipersiapkan sedemikian rupa, mampu melaksanakan tugas – tugas diatas.[11]
Bahwasanya telah diakui oleh berbagai pihak tentang peran sekolah
bagi pembentukan kepribadian anak sangat besar. Sekolah telah membina anak
tenyang kecerdasan, sikap, minat dan lain sebagainya dengan gaya dan caranya
sendiri sehingga anak mentaatinya, karena itu dapatlah dikatakan sekolah
berpengaruh besar bagi jiwa dan keberagaman anak.
Sekolah merupakan saran yang secara sengaja dirancang untuk
melaksanakan pendidika . Salah satu alternatif yang mungkin dilakukan di
sekolah untuk melaksanakn kebijakan nasional dalah secara bertahap
mengembangkan sekokah menjadi suatu tempat pusat pelatihan (training center)
manusia indonesia di masa depan.
Manusia yang mulia/sempurna menurut islam harus memiliki ciri –
ciri sebagai berikut : jasmaninya sehat serta kuat, termasuk berketerampilan, akalnya
cerdas serta pandai dan hatinya (kalbunya) penuh iman kepada Allah SWT.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa
sekolah sebagai lingkungan pendidikan formal harus dirancang sehingga dapat
mengakomodir 3 keperluan baik. Fisik, akal, serta hati siswa harus diperhatikan
dalam merancang sarana dan prasarana di sekolah.[12]
3.
Lingkungan
Masyarakat
Kata masyarakat berasal dari kosa kata Bahasa Arab,yaknisyaraka yang
bisa bermakna bersekut. Syirkah atau syarika yang bermakna
persekutuan, perserikatan, perkumpulan atau perhimpunan. Masyarakah yang
bermakna persekutuan atau perserikatan.[13]
Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan ketiga setelah keluarga
dan sekolah. Masyarakat mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang
lingkup pendidikan dalam sekolah ataupun keluarga. Batasan yang ada dalam
pendidikan masyarakat itupun tidak jelas. Itu semua disebabkan banyaknya jenis
kehidupan sosial dan budayanya.
Corak ragam pendidikan yang diterima peserta didik dalam masyarakat
banyak sekali, meliputi segala bidang baik pembentukan kebiasaaan, pembentukan
pengetahuan, sikap, minat maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Pendidikan dalam masyarakat boleh dikatakan merupakan pendidikan secara tidak
langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak sadar oleh masyarakat. Anak
secara sadar atau tidak mendidik dirinya sendiri, mencari pengetahuan dan
pengalaman sendiri,mempertebal keimanan serta keyakinan sendiri akan
nilai-nilai kesusilaan dan keagamaan di dalam masyarakat.[14]
Masalah pendidikan sekolah dan keluarga tudak bisa lepas dari nilai
nilai sosial yang dijunjung oleh suatu masyarakat. Setiap masyarakat mempunyai
karakteristik yang berbeda antara satu sama lain, tetapi para masyarakat
mempunyai norma – norma yang universal dengan masyarakat pada umumnya. Misalnya
norma adat, norma hukum, norma agama, sdan seterusnya.
Norma masyarakat yang berpengaruh tersebut merupakan sudah
aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua ke generasi mudanya.
Penularan-penularan yang dilakukab dengan sadar dan bertujuan merupakab proses
pendidikan masyarakat. Dengan demikian pendidik dalam masyarakt adalah orang
dewasa yang bertanggung jawab terhadap dasar-dasar oleh keluarga dan juga oleh
sekolah sebelum mereka masuk ke dalam maayarakat. Melalui sosialisasi lanjutan
(penularan) ini, maka kedewasaan sosial para anggotanya akan terbentuk. Karena
itu pemimpin resmi (misalnya : lurah, camat, bupati, gubernur, presiden dan
lainnya) maupun tidak resmi (misalnya : ulama, tokoh partai, ketua adat, tokoh
masyarakat dan lainnya) adalah pendidik dalam masyarakat.[15]
C.
Ciri-ciri
Lingkungan pendidikan Islam
1.
Lingkungan
Pendidikan Informal (keluarga)
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa
keluarga merupakan bagian dari lembaga pendidikan informal.
Adapun ciri-ciri lingkungan pendidikan informal (keluarga)
diantaranya:
a.
Tujuan
pengembangannya lebih menekankan pada pengembangan karakter.
b.
Peserta
didiknya bersifat heterogen.
c.
Isi
pendidikannya tidak terprogram secara formal/tidak ada kurikulum tertulis.
d.
Tidak
berjenjang.
e.
Waktu
pendidikan tidak terjadwal secara ketat, relative lama.
f.
Cara
pelaksanaan pendidikan bersifat wajar.
g.
Evaluasi
pendidikan tidak sistematis dan incidental.
h.
Credentials
tidak ada dan tidak penting.
2.
Lingkungan
Pendidikan Formal (sekolah)
Sekolah merupakan pendidikan formal. Sebagai lingkungan pendidikan
formal sekolah dibagi atas tiga jenjang pendidikan yaitu pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang
pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Dijalur pendidikan formal, pendidikan dasar
berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS). Jenjang pendidikan
menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah
Aliyah Kejuruan (MAK). Sedangkan pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi,
politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas yang merupakan kelanjutan
dari jenjang pendidikan menengah.
Adapun ciri-ciri lingkungan pendidikan formal (sekolah)
diantaranya:
a.
Secara
faktual tujuan pendidikannya lebih menekankan pada pengembangan intelektual.
b.
Peserta
didik bersifat homogen.
c.
Isi
pendidikannya terprogram secara formal/kurikulum tertulis.
d.
Terstruktur,
berjenjang dan berkesinambungan.
e.
Waktu
pendidikan terjadwal secara ketat dan reatif lama.
f.
Cara
pelaksanaan bersifat formal.
g.
Evaluasi
pendidikan dilaksanakan secara sistematis.
h.
Credentials
ada dan penting.
3.
Lingkungan
Pendidikan Non formal (masyarakat)
Masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal, juga menjadi
bagian penting dalam proses pendidikan, tetapi tidak mengikuti
peraturan-peraturan yang tetap dan ketat. Masyarakat yang terdiri dari
sekelompok atau beberapa individu yang beragam akan mempengaruhi pendidikan
peserta didik yang tinggal di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam pendidikan
Islam, masyarakat memiliki tanggung jawab dalam mendidik generasi muda
tersebut. Pendidikan non formal ada Raudatul Athfal (RA), Taman Pendidikan
Alquran (TPA), Taman Pendidikan Senibaca Alquran (TPSA), Didikan Subuh (DDS),
Pondok Pesentren, majlis Taklim dengan berbagai variasinya, Remaja Mesjid dan
sebagainya.
Adapun ciri-ciri lingkungan pendidikan formal (sekolah)
diantaranya:
a.
Secara
faktual tujuan pendidikannya lebih menekankan pada pengembangan keterampilan
praktis.
b.
Peserta
didiknya bersifat heterogen.
c.
Isi
pendidikannya ada yang terprogram secara tertulis ada pula yang tidak
terprogram secara tertulis.
d.
Dapat
terstruktur, berjenjang dan bersinambung. Dapat pula tidak terstruktur , tidak
berjenjang, dan tidak bersinambung.
e.
Waktu
pendidikan terjadwal secara ketat atau tidak terjadwal secara ketat dan lama
pendidikanya relatif singkat.
f.
Cara
pelaksanaan pendidikan mungkin bersifat artificial mungkin pula bersifat wajar.
g.
Evaluasi
pendidikan mungkin dilaksanakan secara sistematis dapat pula tidak sistematis.
h.
Credentials
mungkin ada dan mungkin pula tidak ada.
Dapat
disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan islam didalamnya terdapat ciri-ciri
keislamannya. Ciri-ciri keislaman tersebut ialah mengacu pada dasar-dasar
pendidikan islam yaitu al- Qur’an, al- Hadits dan al- Ijtihad. Dan juga
pendidikan di ketiga lingkungan tersebut harus bertujuan, menanamkan akhlak
mulia (pembentukan karakter), mengembangkan intelektual dan pengembangan
keterampilan praktis. Seperti tujuan dari pendidikan islam,yaitu secara umum
ialah bahagia dunia akhirat dan secara khusus memiliki pengetahuan dan
keterampilan.
D.
Dampak
Globalisasi dalam Lingkungan Pendidikan
Kehadiran
globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi lingkungan pendidikan. Pengaruh
tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Adapun pengaruh
positif dari adanya globalisasi dalam lingkungan pendidikan diantaranya:
1.
Semakin
mudahnya akses informasi dan komunikasi.
2.
Meningkatnya
kualitas pendidikan.
3.
Terbukanya
peluang untuk berkarya.
Adapun pengaruh
negatif dari adanya globalisasi dalam lingkungan pendidikan diantaranya:
1.
Menurunnya
kualitas moral manusia.
2.
Terkikisnya
kebudayaan lokal, akibat datangnya budaya barat.
3. Meningkatnya kesenjangan sosial.
4. Komersialisasi
pendidikan.
5. Hilangnya
solidaritas atau kepedulian, gotong royong, dan kesetiakawanan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari paparan di
atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan sangat berperan dalam
penyelenggaraan pendidikan Islam, sebab lingkungan yang juga dikenal dengan
institusi itu merupakan tempat terjadinya proses pendidikan.
Dalam kaitannya
dengan lingkungan pendidikan, maka islam memberikan pandangan bahwa yang
termasuk kategori lingkungan pendidikan yang sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pendidikan anak adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat.
Di dalam
lingkungan pendidikan islam yaitu terdapat ciri-ciri keislaman didalamnya.
Kehadiran
globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi lingkungan pendidikan. Pengaruh
tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
B.
Saran
Keluarga yang
ideal dalam perspektif Islam adalah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan
rahmah. Profil keluarga semacam ini sangat diperlukan pembentukannya sehingga
ia mampu mendidik anak-anaknya sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.
Kemudian orang tua harus menyadari pentingnya sekolah dalam mendidik anaknya secara
profesional sehingga orang tua harus memilih pula sekolah yang baik dan turut
berpartisipasi dalam peningkatan sekolah tersebut.
Sementara
sekolah atau madrasah juga berperan penting dalam proses pendidikan. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal yang pada hakikatnya sebagai institusi yang
menyandang amanah dari orang tua dan masyarakat, harus menyelenggarakan
pendidikan yang profersional sesuai dengan prinsip-prinsip dan karakteristik
pendidikan Islam. Sekolah harus mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan
keahlian bagi peserta didiknya sesuai dengan kemampuan peserta didik itu
sendiri.
Begitu pula
masyarakat, dituntut perannya dalam menciptakan tatanan masyarakat yang nyaman
dan peduli terhadap pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin, Nata. 2005. Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru). Gaya
Media Pratama: Jakarta.
Al-Rasyidin. 2008. Falsafah Pendidikan Islam. Citapustaka
Media Perintis: Bandung.
Mahmud, dkk.
2015. Filsafat Pendidikan Islam. Kopertais IV Press: Surabaya.
Al-Tournal
al-Syaibani, Omar Muhammad. 1979. Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung. Bulan Bintang: Jakarta.
Journal Hikmah,
Vol. XIII, No. 1, 2017.
[2] Journal
Hikmah, Vol. XIII, No. 1, 2017, Hal 4. Di akses pada tanggal 09 Mei 2018.
[3] Omar Muhammad
al-Tournal al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), Hal 399.
[5]
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2005), Hal 163.
[6]Journal Hikmah,
Vol. XIII, No. 1, 2017, Hal 5. Di akses pada tanggal 09 Mei 2018.
[9]Journal Hikmah,
Vol. XIII, No. 1, 2017, Hal 7. Di akses pada tanggal 09 Mei 2018.
[10]Nata, Abuddin, Filsafat
Pendidikan Islam (Edisi Baru), (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), Hal
171-172.
[13] Al-Rasyidin, Falsafah
Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), Hal 32.
[14]Journal Hikmah,
Vol. XIII, No. 1, 2017, Hal 16-17. Di akses pada tanggal 09 Mei 2018.
sippp. ....
BalasHapusmantaapppp...
kerennnn...
aku suka.....