MAKALAH
TEORI KEPEMIMPINAN
DOSEN
PEMBIMBING
Abdul
Ghoffar, S.Pd.I, M.Pd.I
MEMENUHI TUGAS MATA
KULIAH
LEADERSHIP
Disusun Oleh : VI MPI B
KELOMPOK 1
AsaRindani (
201691200056 )
Dias Susilawati (
201691200062 )
Itail Haqiqah ( 201691200073 )
FAKULTAS TARBIYAH MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM (STAI)
AT –
TAQWA BONDOWOSO
TAHUN AKADEMIK 2018 – 2019
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala limpahan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillahtepat pada waktunya yang berjudul “Teori Kepemimpinan”.
Dalam penyusunan makalah atau materi ini, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, bimbingan orang tua,
teman-teman dan guru. Sehingga, kendala- kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STAI
At-taqwa Bondowoso.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Bondowoso,
5 April 2019
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A.
Pengertian
Kepemimpinan........................................................................ 3
B.
Teori
Kepemimpinan Menurut Jerry H. Makawimbang............................ 4
C.
Teori
Kepemimpinan Menurut Miftah Thoha........................................... 9
BAB
III PENUTUP..................................................................................... 14
A. Kesimpulan............................................................................................. 14
B. Saran....................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kepemimpinan dipandang sangat penting karena dua hal: pertama,
adanya kenyataan bahwa penggantian pemimpin seringkali mengubah kinerja suatu
unit, instansi atau organisasi; kedua, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan organisasi adalah
kepemimpinan, mencakup proses kepemimpinan pada setiap jenjang organisasi,
kompetensi dan tindakan pemimpin yang bersangkutan. Kenyataan dan gagasan,
serta hasil penelitian tersebut tak dapat dibantah kebenarannya. Semua pihak
maklum adanya, sehingga muncul jargon “ganti pimpinan, ganti kebijakan”, bahkan
sampai hal-hal teknis seperti ganti tata ruang kantor, ganti kursi, atau ganti
warna dinding. Demikianlah, kepemimpinan itu merupakan fenomena yang kompleks
sehingga selalu menarik untuk dikaji.
Kepemimpinan merupakan suatu topik bahasan yang klasik, namun tetap
sangat menarik untuk diteliti karena sangat menentukan berlangsungnya suatu
organisasi. Kepemimpinan itu esensinya adalah pertanggungjawaban. Masalah
kepemimpinan masih sangat baik untuk diteliti karena tiada habisnya untuk
dibahas di sepanjang peradaban umat manusia. Terlebih pada zaman sekarang ini
yang semakin buruk saja moral dan mentalnya. Ibaratnya, semakin sulit mencari
pemimpin yang baik (good leader). Pemimpin yang baik sebenarnya pemimpin yang
mau berkorban dan peduli untuk orang lain serta bersifat melayani. Tetapi,
kenyataannya berbeda. Bila kita lihat sekarang para pemimpin kita, dari lapisan
bawah sampai lapisan tertinggi, dari pusat hingga ke daerah-daerah. Banyak
pemimpin yang hadir dengan tanpa mencerminkan sosok pemimpin yang seharusnya,
malah terlihat adanya pemimpin-pemimpin yang jauh dari harapan rakyat, tidak
peduli dengan nasib rakyat bawah, dan hampir tidak pernah berpikir untuk
melayani masyarakat. Karena kepemimpinan mereka lebih dilandasi pada keinginan
pribadi dan lebih mengutamakan kepentingan kelompok.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan kepemimpinan?
2.
Apa
saja macam-macam teori dari kepemimpinan menurut Jerry H. Makawimbang?
3.
Apa
saja macam-macam teori dari kepemimpinan menurut Miftah Thoha?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui definisi dari kepemimpinan.
2.
Untuk
mengatahuimacam-macam teori dari kepemimpinan menurut Jerry H. Makawimbang.
3.
Untuk
mengetahui macam-macam teori dari kepemimpinan menurt Miftah Thoha.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam
yang tidak bisa dipisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun
harus dilihat sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa
kepemimpinan, dan jiwa kepeimpinan yang dimiliki seorang pemimpin tidak bisa
diperoleh dengan cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu
ke waktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam artian
ada sebagian orang yang memiliki sifat kepemimpinan namun dengan usahanya yang
gigih mampu membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya
tersebut.[1]
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok
yaitu: pemimpin sebagai subjek, dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin
mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga
menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin adalah seseorang yang memimpin
dengan cara mengambil inisiatif tingkah laku masyarakat dengan cara
mengarahkan, mengorganisasikan atau mengawasi usaha orang lain, baik
berdasarkan prestasi, kekuasaan maupun kedudukan.[2]
Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun
spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga
menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan
di dalam menjalankan kepemimpinannya. Kepemimpinan adalah kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini mengandung makna
bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang
lain sehingga orang lain tunduk atau mengikuti semua keinginan seorang
pemimpin.[3]
Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif
tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi dan mengawasi orang lain untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan.[4]
B.
Teori
Kepemimpinan Menurut Jerry H. Makawimbang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI ) teori adalah sebagai berikut:
1. Pendapat yg didasarkan pada
penelitian dan penemuan yang didukung oleh data dan argumentasi.
2. Penyelidikan eksperimental yg mampu menghasilkan fakta berdasarkan
ilmu pasti, logika, metodologi, argumentasi:
Berikut ini akan diuraikan beberapa teori yang tidak asing lagi
bagi literatur-litetatur kepemimpinan pada umumnya.
1.
Teori
Sifat (Trait Theory)
Menurut teori
ini, kepemimpinan merupakan bakat atau
bawaan sejak seseorang lahir. Bennis & Nanus (1990) menjelaskan bahwa teori
ini berasumsi pemimpin dilahirkan bukan diciptakan. Kekuasaan berada pada
sejumlah orang tertentu, yang melalui proses pewarisan memiliki kemampuan
memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi
sebagai pemimpin. “Asal Raja Menjadi Raja” Anak raja pasti memiliki bakat untuk
menjadi raja sebagai pemimpin rakyatnya.Contoh dalam sejarah ialah Napoleon. la
dikatakan mempunyai kemampuan alamiah sebagai pemimpin. Yang dapat
menjadikannya sebagai pemimpin besar pada setiap situasi.[5]
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan
seaeorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau cii-ciri yang
dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pmikiran tersebut timbul anggapan bahwa utuk
menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan
pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud aalah kualitas seseorang
dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri- ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin sebagai berikut:
a. Pengetahuan umum
yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatise,
feksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan.
b. Sifat inkuisitif,
rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan,
ketegasan, keberanian, sifat yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang
baik, kapasitas integrative.
c. Kemampuan untuk
bertumbuh da berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang
urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara
efektif.
Walaupun teori sifat
memiliki berbagai kelemahan ( antara lain: terlalu bersifat deskriptif, tidak
selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap sebagai teori yang sudah kuno,
namun apabila kita renungkan nilai- nilai moral dan ahlak yang terkandung di
dalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin, justru
sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.[6]
2. Teori Perilaku
Teori ini merupakan kritisi terhadap teori sifat. Sebagaimana
namanya, teori ini sangat diwarnai oleh psikologis dengan fokus menemukan dan
mengklasifikasikan perilaku-perilaku yang membantu pengertian kita tentang
kepemimpinan.[7]
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku
seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah
pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a. Konsiderasi dan
struktur inisiasi
Perilaku seseorang
pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah, mau
berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan
kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu
terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas
organisasi.
b. Berorientasi kepada
bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin
yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-
bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta
menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku
pemimpin tang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada
segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta
pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku
pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu,
berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik
kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu
perhatiannya terhadap hasil atau tugas dan terahadap bawahan atau hubungan
kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidapa dapat dilepas
dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.[8]
Keberhasilan seorang
pemimpin sangat tergantung pada perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan. Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak dari cara melakukan
pengambilan keputusan, cara memerintah (instruksi), cara memberikan tugas, cara
berkomunikasi, cara mendorong semangat bawahan, cara membimbing dan
mengarahkan, cara menegakkan disiplin, cara memimpin rapat, cara menegur dan
memberikan sanksi.[9]
3.
Teori
Situsional-Kontingensi
a.
Teori
Situasional
Teori ini yang memandang bahwa kepemimpinan sangat bergantung pada
situasi. Teori ini tidak melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang bersifat
psikologis dan sosiologis, tetapi juga berdasarkan ekonomi dan politik. Menurut
konsep ini, kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function of
the situation).[10]
Keberhasilan seorang
pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan
perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan
situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan
memperhitungkan faktor waktu dan ruang.
Faktor situasional
yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu ialah sebagai berikut:
1) Jenis pekerjaan dan
kompleksitas tugas
2) Bentuk dan sifat
teknologi yang digunakan
3) Persepsi, sikap dan
gaya kepemimpinan
4) Norma yang dianut
kelompok
5) Rentang kendali
6) Ancaman dari luar
organisasi
7) Tingkat stress
8) Iklim yang terdapat
dalam organisasi
Efektifitas
kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan "membaca" situasi
yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud
adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena
tuntutan situasi tertentu.[11]
Resistensi atas teori kepemimpinan yang telah diuraikan sebelumnya memberlakukan asas-asas umum untuk
semua situasi. Hal ini tidak mungkin setiap organisasi hanya dipimpin dengan
gaya kepemimpinan tunggal untuk segala situasi terutama apabila organisasi
terus berkembang atau jumlah anggotanya semakin besar.Respon atau reaksi yang
timbul berfokus pada pendapat bahwa
dalam menghadapi situasi yang berbeda diperlukan gaya kepemimpin yg
berbeda-beda pula.[12]
b.
Teori
Kontigensi
Teori-teori
kontigensi berasumsi bahwa berbagai pola prilaku pemimpin (atau ciri) dibutuhkan
dalam berbagai situasi bagi efektifitas kepemimpinan. Teori Path-Goal tentang
kepemimpinan meneliti bagaimana empat aspek perilaku pemimpin mempengaruhi
kepuasan serta motivasi pengikut. Pada umumnya pemimpin memotivasi para
pengikut dengan mempengaruhi persepsi mereka tentang konsekuensi yang mungkin
dari berbagai upaya. Bila para pengikut percaya bahwa hasil-hasil dapat
diperoleh dengan usaha yabg serius dan bahwa usaha yang demikian akan berhasil,
maka memungkinkan akan melakukan usaha tersebut. Aspek-aspek situasi seperti
sifat tugas, lingkungan kerja dan karakteristik pengikut menentukan tingkat
keberhasilan dari jenis perilaku kepemimpinan untuk memperbaiki kepuasan dan
usaha para pengikut.
LPC Contingency
Model dei Fiedler berhubungan dengan pengaruh yang melunakkan dari tiga
variabel situasional pada hubungan antara suatu ciri pemimpin (LCP) dan kinerja
pengikut. Menurut model ini, para pemimpin yang berskor LPC tinggi adalah lebih
efektif untuk situasi-situasi yang secara moderat menguntungkan, sedangkan para
pemimpin dengan skor LPC rendah akan lebih menguntungkan baik pada situasi yang
menguntungkan maupun tidak menguntungkan. Leader Member Exchange Theory
menjelaskan bagaimana para pemimpin mengembangkan hubungan pertukaran dalam
situasi yang berbeda dengan berbagai pengikut. Hersey and Blanchard Situasional
Theory lebih memusatkan perhatiannya pada para pengikut. Teori ini meekankan
pada prilaku peimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya dan hubungan
pemimpin pengikut.
Leader participation
model menggambarkan bagaiman prilaku pemimpin dalam proses pengambilan
keputusan dikaitkan dengan variabel situasi. Model ini menganalisis berbagai
jenis situasi yang mungkin dihadapi seseorang pemimpin dalam menjalankan tugas
kepemimpinannya. Penekanannya pada prilaku kepemimpinan seseorang yang beraifat
fleksibel sesuai dengan keadaan yang dihadapinya.[13]
C. Teori Kepemimpinan
Menurut Miftah Thoha
Tiga penemuan yakni Iowa, Ohio, dan Michigan merupakan tonggak
sejarah yang amat penting dari studi kepemimpinan dengan penekanan pada ilmu
perilaku organisasi. Sayangnya tiga penemuan tersebut masih terbatas, dan
penelitian kepemimpinan relatif masih merupakan permulaan yang dini.
Untuk
mengetahui teori-teori kepemimpinan, dapat dilihat dari beberapa literatur yang
pada umumnya membahas hal-hal yang sama. Dari literatur itu diketahui ada teori
yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada pula yang
menyatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya kelompok-kelompok
orang-orang, dan ia melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Teori lain
mengemukakan bahwa pemimpin timbul karena situasinya memungkinkan ia ada. Dan
teori yang paling mutakhir melihat kepemimpinan lewat perilaku organisasi.
Orientasi perilaku ini mencoba untuk mengetengahkan pendekatan yang bersifat
social learning pada kepemimpinan. Teori ini menekankan bahwa terdapat faktor
penentu yang timbal balik dalam kepemimpinan ini. Faktor penentu itu ialah
pemimpin sendiri (termasuk di dalamnya kognisinya), situasi lingkungan (termasuk
pengikut-pengikutnya dan variabel-variabel makro), dan perilakunya sendiri.
Tiga faktor penentu ini merupakan dasar dari teori kepemimpinan yang diajukan
oleh llmu perilaku organisasi.[14]
1.
Teori
Sifat
Teori awal
tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman Yunani kuno dan zaman
Roma. Pada waktu itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan. bukannya
dibuat. Teori the Great Man menyatakan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai
pemimpin akan menjadi pemimpin tanpa memperhatikan apakah ia mempunyai sifat
atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin.
Teori
"great man" barangkali dapat memberikan arti lebih realistis terhadap
pendekatan sifat dari pemimpin, setelah mendapat pengaruh dari aliran perilaku
pemikir psikologi. Adalah suatu kenyataan yang dapat diterima bahwa sifat-sifat
kepemimpinan itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi dapat juga dicapai lewat
suatu pendidikan dan pengalaman. Dengan demikian, perhatian terhadap
kepemimpinan dialihkan kepada sifat-sifat umum yang dipunyai oleh pemimpin,
tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat. Oleh karena
itu. sejumlah sifat-sifat seperti fisik, mental, kepribadian menjadi pusat
perhatian untuk diteliti di sekitar: tahun-tahun 1930-1950-an. Hasil dari usaha
penelitian yang begitu besar pada umumnya dinilai tidak memuaskan. Dari beberapa
hal sifat kecerdasan kelihatannya selalu tampak pada setiap penelitian dengan
suatu derajat konsistensi yang tinggi.
Suatu
kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian kepemimpinan tersebut
diketahui. bahwa:
a.
Kecerdasan
muncul pada 10 penelitian
b.
Inisiatif
muncul pada 6 penelitian
c.
Keterbukaan
dan perasaan humor muncul pada 5 penelitian; dan
d.
Entusiasme,
kejujuran. simpati, dan kepercayaan pada diri undid, muncul pada 4 penelitian.
Ketika dikombinasikan dengan penelitian tentang sifat-sifat fisik,
kesimpulannya ialah bahwa pemimpin-pemimpin hendaknya harus lebih besar dan
cerdas dibandingkan dengan yang dipimpin.
Manakala pendekatan sifat ini diterapkan pada kepemimpinan
organisasi, ternyata hasilnya menjadi gelap, karena banyak para manajer yang
menolak. Mereka beranggapan jika manajer mempunyai sifat-sifat pemimpin
sebagaimana yang disebutkan dalam hasil penelitian itu maka manajer tersebut
dikatakan sebagai manajer yang berhasil. Padahal keberhasilan manajer tidak
selalu ditentukan oleh sifat-sifat tersebut. Tidak ada korelasi sebab-akibat
dari sifat-sifat yang diamati dalam penelitian dengan keberhasilan seorang
manajer.
Menyadari hal seperti ini. bahwa tidak ada korelasi sebab akibat
antara sifat dan keberhasilan manajer, maka Keith Davis merumuskan empat sifat
umum yang tampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi.
a.
Kecerdasan.
Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun demikian,
yang sangat menarik dari penelitian tersebut ialah pemimpin tidak bisa
melampaui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya.
b.
Kedewasaan
dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai
emosi yang stabil, karena mempunyai perhatian yang luas terhadap
aktivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
c.
Motivasi
diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan
motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan
penghargaan yang intrinsik dibandingkan dari yang ekstrinsik.
d.
Sikap-sikap
hubungan kemanusiaan. Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri
dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya. Dalam istilah
penelitian Universitas Ohio pemimpin mempunyai perhatian, dan kalau mengikuti
istilah penemuan Michigan, pemimpin berorientasi pada karyawan bukannya
berorientasi pada produksi.
Apa yang disebutkan di atas merupakan salah satu dari sekian daftar
sifat-sifat kepemimpinan organisasi yang amat penting. Tampaknya, pendekatan
sifat terhadap kepemimpinan sama halnya dengan teori-teori sifat tentang
kepribadian, yakni telah memberikan beberapa pandangan yang deskriptif tetapi
sedikit analitis atau sedikit mengandung nilai yang prediktif.[15]
2.
Teori
Kelompok
Teori kelompok
dalam kepemimpinan ini memiliki dasar perkembangan yang berakar pada psikologi
sosial. Teori pertukaran yang klasik membantunya sebagai suatu dasar yang
penting bagi pendekatan teori kelompok. Teori kelompok ini beranggapan bahwa
supaya kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, harus terdapat suatu pertukaran
yang positif di antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya.
Kepemimpinan
yang ditekankan pada adanya suatu proses penukaran antara pemimpin dan
pengikutnya ini, melibatkan pula konsep-konsep sosiologi tentang
keinginan-keinginan mengembangkan peranan. Penelitian psikologi sosial dapat
digunakan untuk mendukung konsep-konsep peranan dan pertukaran yang diterapkan
dalam kepemimpinan. Sebagai tambahan, hasil asli penemuan Universitas Ohio, dan
hasil penemuan-penemuan berikutnya beberapa tahun kemudian. Terutama dimensi
pemberian perhatian kepada para pengikut dapat dikatakan memberikan dukungan
yang positif terhadap perspektif teori kelompok ini.
Suatu hasil
penelitian ulang yang sempurna menunjukkan bahwa para pemimpin yang
memperhitungkan dan membantu pengikut-pengikumya mempunyai pengaruh yang
positif terhadap sikap, kepuasan, dan pelaksanaan kerja.
Sama pentingnya
adalah hasil penemuan lainnya yang lebih belakangan. Penelitian ini menyatakan
bahwa para bawahan juga dapat memengaruhi para pemimpinnya, seperti pemimpin
dapat memengaruhi pengikut-pengikut/para bawahannya. Suatu contoh penemuan
Greene menyatakan bahwa ketika para bawahan tidak melaksanakan pekerjaan secara
baik, maka pemimpin cenderung menekankan pada struktur pengambilan inisiatif
(perilaku tugas). Tetapi ketika para bawahan dapat melaksanakan pekerjaan
secara baik, maka pemimpin menaikkan penekanannya pada pemberian perhatian
(perilaku tata hubungan). Barrow dalam studi laboratoriumnya menemukan bahwa
produktivitas kelompok mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap gaya
kepemimpinan dibandingkan dengan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
produktivitas. Dengan kata lain, beberapa penemuan tampaknya menunjukkan bahwa
para bawahan dapat memengaruhi pemimpin dengan perilakunya, sebanyak pemimpin
beserta perilakunya memengaruhi para bawahannya. Sudah barang tentu hal ini
semuanya baru merupakan anggapan dari pemahaman Social learning dalam
kepemimpinan.[16]
3.
Teori
Situasional –Kontigensi
Dimulai pada
sekitar tahun 1940-an ahli-ahli psikologi sosial memulai meneliti beberapa
variabel situasional yang mempunyai pengaruh terhadap peranan kepemimpinan,
kecakapan, dan perilakunya, berikut pelaksanaan kerja dan kepuasan para
pengikutnya.
Fledler
menyimpulkan bahwa harus diberikan perhatian yang besar terhadap
vanabel-variabel situasional. Maka sadarlah ia bahwa gaya kepemimpinan yang
dikombinasikan dengan situasi akan mampu menentukan keberhasilan pelaksanaan
kerja.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun
spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga
menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan ada setiap orang mempunyai kesamaan
di dalam menjalankan kepemimpinannya. Kepemimpinan adalah kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini mengandung makna
bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang
lain sehingga orang lain tunduk atau mengikuti semua keinginan seorang pemimpin.
Terdapat beberapa teori kepemimpinan diantaranya ialah teori sifat,
teori perilaku dan teori situasional-kontigensi. Pertama, teori sifat
berasumsi pemimpin dilahirkan bukan diciptakan. Kekuasaan berada pada sejumlah
orang tertentu, yang melalui proses pewarisan memiliki kemampuan memimpin atau
karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin.Kedua,
teori
perilaku. Teori ini merupakan kritisi terhadap teori sifat. Sebagaimana
namanya, teori ini sangat diwarnai oleh psikologis dengan fokus menemukan dan
mengklasifikasikan perilaku-perilaku yang membantu pengertian kita tentang
kepemimpinan.Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku
seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah
pencapaian tujuan.
Ketiga,teori ini yang memandang bahwa kepemimpinan sangat bergantung pada
situasi. Teori ini tidak melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang bersifat
psikologis dan sosiologis, tetapi juga berdasarkan ekonomi dan politik. Menurut
konsep ini, kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function
of the situation) serta Teori-teori kontigensi berasumsi bahwa
berbagai pola prilaku pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai situasi
bagi efektifitas kepemimpinan. Teori Path-Goal tentang kepemimpinan meneliti
bagaimana empat aspek perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan serta motivasi
pengikut.
B.
Saran
Dari
beberapa penjelasan di atas tentang penulisan “Teori Kepemimpinan“ pasti tidak
terlepas dari kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat dan penyusunan makalah
ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang
diharapkan oleh para pembaca dalam khususnya pembimbing mata kuliah Leadership.
Oleh karena itu penulis makalah ini mengharap kepada para pembaca mahasiswa dan
dosen pembimbing mata kuliah ini terdapat kritik dan saran yang sifatnya
membangun dalam terselesainya makalah yang selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Fahmi,
Irham. 2014. Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi. Bandung:
ALFABETA.
Makawimbang,
Jerry H. 2012.Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA.
Saebani,
Beni Ahmad, dkk. Kepemimpinan. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.
Thoha,
Miftah. 2017. Kepemimpinan dalam Manajemen.Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA.
Http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/TEORI_KEPEMIMPINAN_(TM_3-4_)_,pdf. (Diakses pada tanggal 5 April 2019)
[1] Irham Fahmi. Manajemen
Kepemimpinan Teori & Aplikasi. Bandung: ALFABETA. 2014. Hal 16.
[2]Beni Ahmad
Saebani, dkk. Kepemimpinan. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA. 2014. Hal 19.
[3] Jerry H. Makawimbang.
Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA. 2012. Hal 6.
[4]Irham Fahmi. Manajemen
Kepemimpinan Teori & Aplikasi. Bandung: ALFABETA. 2014. Hal 15
[5]Jerry H.
Makawimbang. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA.
2012. Hal 12.
[6] Jerry H.
Makawimbang. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA.
2012. Hal 12.
[7]Irham Fahmi. Manajemen
Kepemimpinan Teori & Aplikasi. Bandung: ALFABETA. 2014. Hal 17
[8] Jerry H.
Makawimbang. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA.
2012. Hal 12.
[9]http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/TEORI_KEPEMIMPINAN_(TM_3-4_)_,pdf (Diakses pada
tanggal 5 April 2019).
[10] Beni Ahmad
Saebani, dkk. Kepemimpinan. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA. 2014. Hal 120.
[11] Jerry H.
Makawimbang. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA.
2012. Hal 14.
[12]
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/TEORI_KEPEMIMPINAN_(TM_3-4_)_,pdf
(Diakses pada tanggal 5 April 2019)
[13]Jerry H.
Makawimbang. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung: ALFABETA.
2012. Hal 14.
[14] Miftah Thoha. Kepemimpinan
dalam Manajemen. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA. 2017. Hal 31
[15] Miftah Thoha. Kepemimpinan
dalam Manajemen. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA. 2017. Hal 32.
[16]Miftah Thoha. Kepemimpinan
dalam Manajemen. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA. 2017. Hal 34.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar