RESUME
KARAKTERISTIK, MODEL DAN PENDEKATAN EVALUASI
PEMBELAJARAN
Dosen
Pembimbing
Suheri,
S.Pd.I, M.Pd.I
MEMENUHI TUGAS MATA
KULIAH
SUPERVISI DAN EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN
Disusun Oleh : V MPI B
KELOMPOK 3
Itail Haqiqah ( 201691200073 )
Umi Kulsum (
201691200096 )
Wasiyah (201691200098)
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM AT – TAQWABONDOWOSO
Jl. HOS. Cokroaminoto Kademangan – Bondowoso
TAHUN AKADEMIK 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Mahakuasa atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillahtepat pada waktunya yang berjudul “Karakteristik, Model Dan Pendekatan Evaluasi
Pembelajaran”.
Dalam penyusunan makalah atau materi
ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan,
bimbingan orang tua, teman-teman dan guru. Sehingga, kendala- kendala yang
penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya para mahasiswa STAI At-taqwa Bondowoso.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Bondowoso,
21 Oktober 2018
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ii
IDENTITAS
BUKU....................................................................................
iii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A.
Data........................................................................................................... 3
B.
Analisis...................................................................................................... 4
BAB
III PENUTUP....................................................................................... 8
A. Kesimpulan............................................................................................... 8
B. Saran......................................................................................................... 8
IDENTITAS BUKU
Judul Buku :
Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, Prosedur)
Pengarang :
Drs. Zainal Arifin, M.Pd
Penerbit :
PT Remaja Rosda Karya Bandung
Tanggal Terbit :
Oktober 2014
Jumlah Halaman :
312
No ISBN :
9789796929566
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam proses evaluasi pembelajaran atau
penilaian proses dan hasil belajar guru sering menggunakan instrumen tertentu,
baik tes maupun non tes. Dalam instrumen ini mempunyai fungsi dan peran yang
sangat penting dalam rangka mengetahui kefektifan proses pembelajaran di
sekolah. Suatu instrumen harus memiliki syarat-syarat tertentu sekaligus
menunjukkan karakteristik instrumen.
Realitanya seorang guru membuat
instrumen tanpa mengikuti aturan-aturan tertentu. Ada guru yanag membuat
instrumen, seperti soal-soal ulangan atau ujian semester langsung mengambil
dari buku sumber, padahal banyak buku sumber yang tidak sesuai dengan kurikulum
yang telah ditetapkan. Ada juga guru yang menggunakan soal-soal lama yang belum
diketahui kualitasnya. Hal ini sebagai akibat dari ketidak-pahaman guru
terhadap suatu instrumen evaluasi yang baik.
Dalam pembahasan ini, akan dipaparkan
beberapa karakteristik, model dan pendekatan evaluasi pembelajaran, agar guru
bisa memahami dan mengaplikasikannya ke dalam dunia pendidikan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
karakteristik instrumen evaluasi pembelajaran?
2. Apa
saja model-model evaluasi pembelajaran?
3. Apa
saja pendekatan evaluasi pembelajaran?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui karakteristik instrumen evaluasi pembelajaran.
2. Untuk
mengetahui model-model evaluasi pembelajaran.
3. Untuk
mengetahui pendekatan evaluasi pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik
Instrumen Evaluasi
Evaluasi sangat berguna untuk
meningkatkan kualitas sistem pembelajaran. Melalui evaluasi semua komponen
pembelajaran dapat diketahui apakah dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau
tidak. Dengan evaluasiguru dapat mengetahui tingkat kemampuan peserta didik,
mengetahui perkembanga hasil belajar peserta didik dan memperoleh gambaran
tentang keefektifan proses pembelajaran.
Berbicara tentang Instrumen, dapat kita
ketahui bahwa instrument adalah alat ukur yang dapat berbentuk tes maupun
non-tes. Instrumen dapat bersifat baik dan ada pula yang kurang baik.
Instrument yang baik adalah instrument yang memenuhi syarat-syarat dan
kaidah-kaidah tertentu.
Adapun karakteristik instrument
evaluasi, diantaranya:
1. Valid
Artinya suatu
instrument yang betul-betul mengukur apa yang hendak diukur secara tepat dari
aspek kognitif, psikomotorik dan afektif yang dapat ditinjau dari berbagai segi,
diantaranya:
a.
Validitas ramalan (predictive
validity)
b.
Validitas bandingan (concurrent
validity)
c.
Validitas isi (confent
validity)
d.
Validitas konstruk (construct
validity)
2. Reliabel
Artinya handal jika ia
mempunyai hasil yang taat asas (consistent). Misalnya,
3. Relevan
Artinya instrument yang
digunakan harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator yang telah ditetapkan seperti afektif, kognitif dan psikomotorik.
4. Representatif
Artinya materi harus
benar-benar mewakili seluruh materi yang disampaikan yang menjadikan silabus
sebagi acuan pemilihan materi tesebut.
5. Praktis
Artinya mudah digunakan
dari teknik penyusunan instrument dan bagi orang yang ingin menggunaannya serta
memiliki ciri-ciri mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan
memberi kebebasan dalam mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu.
6. Deskriminatif
Artinya harus disusun
sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan yang ada.
7. Spesifik
Artinya disusun dan
digunakan khusus untuk objek yang dievaluasi.
8. Proporsional
Artinya harus memiliki
tingkat kesulitan yang proporsional antara sulit, sedang dan mudah.
Menurut
J. Mursell dan S. Nasution, ciri-ciri evaluasi yang baik, diantarnya:
a.
Evaluasi dan hasil
langsung
Jika
evaluasi diadakan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, maka guru
ingin mengetahui keefektifan dan kesesuaian strategi pembelajaran dengan tujuan
yang ingin dicapai. Sedangkan jika evaluasi diadakan sesudah proses
pembelajaran, maka guru ingin mengetahui hasil atau prestasi belajar yang
diperoleh peserta didik.
b.
Evaluasi dan transfer
Hal
penting dalam proses pembelajarn adalah kemungkinan mentansfer hasil yang
dipelajari kedalam situasi yang fungsional. Peserta didik tidak dapat dikatakan
telah menguasai ilmu jika ia belum dapat menggunakannya dalam berbagai bidang
kehidupan sehati-hari. Hasil belajar dapat dikatakan autentik apabila dapat
ditransfer kepada penggunaan yang actual.
Ada
dua sebab mengapa hasil belajar yang mengakibatkan dan berhubungan dengan
proses transfer dalam proses evaluasi. Pertama, hasil hasil tes menyatakan
secara jelas kepada guru mengeni apa yang sebenarnya terjadi atau pun tidak
terjadi dan sampai dimana pula telah tercapai hasil belajar .kedua, hasil
belajar erat hubungannya dengan tujuan peserta didik belajar sehingga mempunyai
efek yang sangat kuat terhadapa pembentukan pola dan karakter belajar yang
dilakukan peserta didik.
c.
Evaluasi langsung dari
proses belajar
Di samping harus mengetahui hasil belajar, guru juga harus menilai
proses belajar. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar dapat diorganisasi
sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Penilaian tentang
proses belajar bertujuan untuk mengetahui dimana letak kesulitan peserta didik
sekaligus bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri yaitu melihat keleahannya,
kemudia berusaha memperbaikinya, dan akhirnya dapat meningkatkan hasil
belajarnya. Hal ini membutuhkan waktu, tenaga, pemikiran dan pengalaman. Guru
dapat menggunakan suatu metode vokalisasi, sosialisasi, individualisasi, dan
urutan. Jadi, dalam evaluasi pembelajaran, guru jangan terfokus kepada hasil
belajar saja, tetapi juga harus memperhatikan transfer hasil belajar dan proses
belajar yang dijalani oleh peserta didik.
B.
Model-model
Evaluasi Pembelajaran
1.
Model Tyler
Nama
model ini diambil dari nama pengembangnya yaitu Tyler yang memiiki dua dasar
pemikiran, yaitu: pertama, evaluasi ditujukan pada tingkah laku peserta didik.
Kedua, evaluasi dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan kegiatan
pembelajaran (hasil).
Model
ini disebut juga model black box dan menegaskan bahwa perubahan yang terjadi
merupakan perubahan yang disebabkan oleh pembelajaran melalui tes awal (pre-test)
dan tes akhir (post test).
Menurut
Tyler, ada tiga langkah pokok yang harus dilakukan, yaitu menentukan tuuan
pembelajaran yang akan dievaluasi, menentukan situasi dimana peserta didik
memperoleh kesempatan untuk menunjukkan tingkah laku yang berhubungan dengan
tujuan, dan menentukan alat evaluasi yang kan dipergunakan untuk mengukur
tingkah laku peserta didik.
2.
Model yang Berorientasi
pada Tujuan
Model
evaluasi ini menggunakan tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajran khusus
sebagai kriteria untuk menentukan keberhasila. Evaluasi diartikan sebagai
proses pengukuran untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah
tercapai.
Model
ini dianggap lebih praktis karena menentukan hasil yang diinginkan dengan
rumusan yang dapat diukur. Dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang logis
antar kegiatan, hasi dan prosedur pengukuran hasil.
Model
evaluasi ini membantu pendidik merumuskan tujuan dan menjelaskan hubungan
anatra tujuan dengan kegiatan. Hasil evaluasi akan menggambarkan tingkat
keberhasilan tujuan program pembelajaran berdasarkan kriteria program khusus.
Adapun
kekurangan dari model evaluasi ini, yaitu memungkinkan terjadinya proses
evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.
3.
Model Pengukuran (measurement model)
Model
ini banyak mengemukakan pemikiran-pikiran dari R. Thorndike dan R.L.Ebel. model
ini sangat menitikberatkan pada kegiatan pengukuran untuk menentukan kuantitas
suatu sifat (attribute) tertentu yang
dimiliki oleh objek orang maupun peristiwa dalam bentuk unit ukuran tertentu.
Objek
evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku pesrta didik, mencakup hasil
belajar (kognitif), pembawaan, sikap, minat, bakat, dan juga aspek-aspek
kepribadian peserta didik. Instrument yang digunakan adalah tes tertulis (paper and pencil test) dalam bentuk tes
objektif.
4.
Model Kesesuaian
Menurut
model ini, evaluasi adalah suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian (congruence) antara tujuan dengan hasil
belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk menyempurnakan system
bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasikepada pihak-pihak yang
memerlukan.
Aspek
evaluasi adalah tingkah laku peserta didik meliputi aspek kogitif, afektif
maupun psikomotorik. Untuk itu, teknik evaluasi yang digunakan tidak hanya tes
tetapi juga non tes yang memerlukan informasi perubahan tingkah laku sebelum
dan sesudah kegiatan pembelajaran.
Adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu merumuskan tujuan tingkah laku (behavioral objectives), menentukan
situasi dimana peserta didik dapat memperlihatkan tingkah laku yang akan
dievaluasi, menyususn alat evaluasi, dan menggunakan hasil evaluasi pada
pendekatan penilaian acuan patokan (criterion
referenced assessment).
5.
Educational System
Evaluation Model
Tokoh
model ini antara lain Daniel L. Stuflebeam, Michael Scriven, Robert P Stake,
dan Malcolem M. Provus. Menurut model ini evaluasi berarti membandingkan
performance dari berbagai dimensi dengan sejumlah criterion baik yang bersifat
mutlak atau interen maupun relatif atau
eksteren. Model ini, merupakan penggabungan dari beberapa model, diantaranya:
Model contenance dari Stake, Model CIPP dan CDPP dari Stuflebeam, Model
Scriven, Model Provus, Model EPIC (Evaluative innovative curriculum), Model
CEMREL (central midwestren reginal education laboratory) dan Model
Atkinson.
Model
continance dari Stake, yang meliputi keadaan sebelum kegiatan berlangsung (antecedent
atau context), kegiatan yang terjadi dan saling mempengaruhi (transacations
atau process) dan hasil yang diperoleh (outcomes atau output). Model
ini menitikberatkan evaluasi pada dua hal pokok, yaitu description yang terdiri
dari intens (goal) dan observation (effect)dan judgement terdiri
atas standart dan judgement.
Dalam
model ini, evaluasi dilakukan dengan membandingkan antar satu program dengan
program lain yang dianggap standart. Data dibandingkan tidak hanya untuk
menentukan apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaaan yang sebenarnya, tetapi
juga dibandingkan dengan standart yang absolut untuk menilai manfaat program.
Dapat
digambarkan dalam matrik berikut ini:
Jika ingin menggunakan model countenance
dalam program pelatihan contohnya, maka kita dapat menjelaskan hal-hal sebagai
berikut, yaitu rationale, antecedents, transactions, outcomes, judgements,
intents, observationdan standards.
Model CIPP berorientasi pada suatu
keputusan (a decision oriented evaluation approach structured). Tujuannya
adalah untuk membantu administrator didalam membuat keputusan.
Model ini membagi empat jenis kegiatan
evaluasi, yaitu:
a. Context
evaluation to serve planning decision
Yaitu
kontek evaluasi untuk membantu administrator merencanakan keputusan, menentuan
kebutuhan program, dan merumuskan tujuan program.
b. Input
evaluation, structuring decision
Yaitu
kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk membantu mengatur keputusan, menentukan
sumber alternatif apa yang akan diambil, rencana dan strategi untuk mencapai
kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainnya.
c. Process
evaluation to serve implementing decision
Bertujuan
untuk membantu melaksanakan keputusan. Meliputi sejauh mana rencana yang
dilakukan, apaka sesuai dengan prosedur dan apakah ada yang harus diperbaiki.
d. Prodct
evalution to serve decision
Bertujuan
untuk mrmbantu keputusan selanjutnya mengenai apa yang telah dicapai dan apa
yang dilakukan setelah program berjalan.
Keempat jenis kegiatan tersebut
merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah
program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang
memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.
Proses evaluasi tidak hanya berakhir
dengan suatu description mengenai keadaan sistem yang bersangkutan, tetapi
harus sampai pada judgeent sebagai kesimpulan dari hasil evaluasi. Model ini
menuntut agar hasil evaluasi digunakan sebagai input untuk decision making
dalam rangka penyempurnaan sistem secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan
adalan penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).
6.
Model Alkin
Model ini sesuai dengan nama
pengembangnya, yaitu Marvin Alkin yang menyatakan evaluasi adalah suatu proses
untuk meyakikan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi yang
tepat, dan menganalisis informasi untuk memilih alternaif. Adapun lima jenis
evaluasi, yaitu:
a. Sistem
assessment: untuk memberikan
informasi tentang keadaan atau posisi darisuatu sistem.
b. Program
planning: untuk membantu pemilihan
program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program.
c. Program
implementation: untuk menyiapkan
informasi tentang program yang diperenalkan kepada kelompok tertentu sebagaiman
yang direncanakan.
d. Program
improvement: untuk memberikan
informasi tentang fungsi suatu program, tujuan dan apakah ada masalah yang
muncul tiba-tiba.
e. Program
certification: untuk memberikan informasi
tentang nilai atau mafaat suatu program.
7.
Model Brinkerhoff
Robert O. Brinkerhoff mengemukakan ada
tiga jenis evaluasi, yaitu:
a. Fixed
vs emergent evaluation design
Desain evaluasi fixed (tetap) harus
direncanakan dan disusun secara sistematik-terstruktur berdasarkan tujuan
program sebelum program dilaksanakan dengan kebutuhan yang dapat berubah.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam desain fixed ini, atara lain: menyusun
pertanyaan-pertanyaan, menyiapkan instrumnen, menganalisis hasil evaluasi, dan
melaporkan hasil evaluasi secara formal kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Dalam desain ini dapat digunakan berbagai teknik, seperti tes, observasi,
wawancara, kuesioner, dan skala penilain guna menghasilkan data yang bersifat
kuantitatif.
Sementara itu, dalam desain evaluasi
emergent bertujuan untuk beradaptasi dengan situasi yang sedang berlangsung dan
berkembang, seperti menampung pendapat audiensi, masalah-masalah, dan kegiatan
program. Teknik pengumpulan data dapat menggunakan observasi, studi kasus dan
laporan tim pendukung untuk menhasilkan informasi yang bersifat
kualitatif-naturalistik.
b. Formative
vs summative evauation
Evaluasi formatif berfungsi untuk
memperbaiki kurikulum dan pembelajaran. Sedangkan evaluasi sumatif berfungsi
untuk melihat kemanfaatan kurikulum dan pembelaaran secara menyeluruh.
Fokus evaluasi sumatif adalah
variable-variabel yang dianggap penting dalam kurikulum dan pembelajaran dengan
menentukan apakah kurikulum dan pembelajara harus diteruskan atau tidak.
c. Desain
eksperimental dan desain quasi eksperimental vs natural inquiry
Desain evaluasi eksperimental
menggunakan pendekatan kuantitatif, random sampling, memberikan perlakuan, dan
mengukur dampak. Tujuannya adalah untuk menilai manfaat hasil percobaan program
pembelajaran.
Desain evaluasi ini agak sulit dilakukan
karena umumnya proses pembelajaran sudah atau sedang terjadi. Jika proses
pembelajaran sudah terjadi cukup melihat dokumen-dokumen sejarah atau
menganalisis hasil tes. Untuk proses pembelajaran sedang terjadi, dapat
melakukan pengamatan atau wawancara dengan orang-orang yang terlibat.Sedangkan
desain evaluasi natural-inkuiri dilakukan menggunakan teknik studi dokumentasi
dengan pendekatan informal.
8.
Illuminative Model (Malcolm Parlett
dan Hamilton)
Model ini lebih menekankan pada evaluasi
kualitatif-terbuka (open-ended). Kegiatan evaluasi dihubungkan dengan learning
milieu, Dimana dalam konteks sekolah sebagai lingkungan material dan
psikososial yang didalamnya terjadi interaksi antar guru dan siswa. Hasil
evaluasi lebih bersifat deskriptif dan interpretasi, bukan pengukuran dan
prediksi.
Objek evaluasi model ini mencakup latar
belakang dan perkembangan sistem pembelajaran, proses pelaksanaan sistem
pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik. Adapun tiga fase evaluasi yang
harus ditempuh, yaitu observe, inqury
further, dan seek to explain.
9.
Model Responsif
Model ini menekankan pada pendekatan
kualitatif-naturalistik. Evaluasi tidak diartikan sebagai pengukuran melainkan
memberikan pandangan orang-orang yang terlibat, berminat dan berkepentingan
dengan program pembelajaran.
Instrument yang digunakan pada umumnya
mengandalkan observasi langsung maupun tdidak langsung dengan interpretasi data
yang impresionistik. Langkah-lagkah dalam model ini, diantaranya: observasi,
merekam hasil wawancara, mengumpulkan data, mengecek pengetahuan awal peserta
didik, dan mengembangkan desain.
Adapun kelebihan model ini, yaitu peka
terhadap beberapa pandangan dan kemampuannya mengakomodasi pendapat yang
ambigius dan tidak fokus. Sedangkan kekurangannya, yaitu:
a. Pembuatan
keputusan sulit menyederhanakan informasi,
b. Tidak
mungkin menampung semua argument, dan
c. Membutuhkn
waktu dan tenaga
Perlu kita ketahui bahwa keberhasilan
satu evaluasi pembelajaran secara keseluruhan bukan hanya dipengaruhi
penggunaan yang tepat pada sebuah model evaluasi, mealainkan juga harus
memperhatikan factor yang lain, seperti tujuan pembelajaran, sistem sekolah dan
pembinaan guru.
C.
Pendekatan
Evaluasi
Pendekatan merupakan sudut pandang
seseorang dalam mempelajari sesuatu begitu juga dalam menelaah dan mempelaari
evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi
menjadi dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan sistem. Sedangkan
dilihat dari penafsiran hasil evaluasi, pendekatan evaluasi dibagi menjadi dua,
yaitu criterion-referenced, dan norm referenced evaluation.
1. Pendekatan
Tradisional
Pendekatan ini ditujukan pada perkembangan
aspek intelektal peserta didik yang dituntut untuk menguasai mata pelajaran.
Kegiatan-kegiatan juga lebih difokuskan pada komponen produk sedangkan komponen
proses cenderung diabaikan.
Namun, banyak guru mengalami kesulitan
untuk mengembangkan sistem evaluasi ini di sekolah, karena bertentangan dengan
tradisi yang selama ini sudah berjalan. Misalnya, ada tradisi bahwa target
kuantitas kelulusan setiap sekolah harus diatas 95 %, begitu juga untuk
kenaikan kelas. Ada juga tradisi bahwa dalam mata pelajaran tertentu nilai
peserta didik dalam rapor harus minimal enam. Seharusnya, kebijakan evaluasi
lebih menekankan pada target kualitas, yaitu kepentingan dan kebermaknaan
pendidikan bagi anak.
2. Pendekatan
Sistem
Sistem adalah totalitas dari berbagai
komponen yang saling berhubungan dan ketergntungan. Jika pendekatan sistem
dikaitkan dengan evaluasi, maka pembahasan lebih difokuskan pada komponen
evaluasi, meliputi komponen kebutuhan dan Feasibility, komponen input, komponen
proses, dan komponen produk.
3. Criterion-Referenced
Evaluation
Criterion-referenced evaluation atau
lebih dikenal dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dapat digunakan dengan
membandingkan hasil yang diperoleh peserta didik dengan sebuah patokan atau
kriteria yang secara absolut atau mutlak telah ditetapkan.
Adapun langkah-langkahnya, yaitu:
menentukan skor ideal, mencari rata-rata dan simpangan baku ideal, kemudian
menggunakan pedoman konversi skala nilai. Pendekatan ini sering disebut
penilaian norma absolut yang cocok digunakan dalam evaluasi formatif yang
berfungsi untuk perbaikan proses pembelajaran dan menggambarkan prestasi
belajar peserta didik scara objektif.
4. Norm-
Referenced Evaluation
Norm- Referenced Evaluation atau
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah pendekatan yang membandingkan skor setiap
peserta didik dengan teman satu kelasnya yang bersifat relatif.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Evaluasi sangat berguna
untuk meningkatkan kualitas sistem pembelajaran. Melalui evaluasi semua
komponen pembelajaran dapat diketahui apakah dapat berfungsi sebagaimana
mestinya atau tidak.Berbicara tentang Instrumen, dapat kita ketahui bahwa
instrument adalah alat ukur yang dapat berbentuk tes maupun non-tes. Instrumen
dapat bersifat baik dan ada pula yang kurang baik. Instrument yang baik adalah
instrument yang memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah tertentu.Adapun
karakteristik instrument evaluasi, diantaranya: valid, reliabel, relevan,
representative, praktis, deskriminatif, spesifik dan proporsional.
2.
Di dalam evaluasi
pembelajaran, terdapat beberapa model evaluasi dengan format atau sistematika
yang berbeda, seperti odel Tyler, model yang berorientasi pada tujuan, model
pengukuran, model kesesuaian, Educational system evaluation model, model alkin,
model Brinkerhoff, model Illuminative dan model responsive.
3.
Pendekatan merupakan sudut pandang
seseorang dalam mempelajari sesuatu begitu juga dalam menelaah dan mempelaari
evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi
menjadi dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan sistem. Sedangkan
dilihat dari penafsiran hasil evaluasi, pendekatan evaluasi dibagi menjadi dua,
yaitu criterion-referenced, dan norm referenced evaluation.
makasih kak.......
BalasHapus