Sabtu, 04 Mei 2019

Karakteristik, Model dan Pendekatan Evaluasi Pembelajaran



RESUME
KARAKTERISTIK, MODEL DAN PENDEKATAN EVALUASI PEMBELAJARAN

Dosen Pembimbing
Suheri, S.Pd.I, M.Pd.I




MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
SUPERVISI DAN EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN


Disusun Oleh : V MPI B
KELOMPOK 3
Itail Haqiqah ( 201691200073 )
Umi Kulsum              ( 201691200096 )
Wasiyah                     (201691200098)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AT – TAQWABONDOWOSO
Jl. HOS. Cokroaminoto Kademangan – Bondowoso
TAHUN AKADEMIK 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillahtepat pada waktunya yang berjudul “Karakteristik, Model Dan Pendekatan Evaluasi Pembelajaran”.
Dalam penyusunan makalah atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, bimbingan orang tua, teman-teman dan guru. Sehingga, kendala- kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STAI At-taqwa Bondowoso.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bondowoso, 21 Oktober 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
IDENTITAS BUKU.................................................................................... iii
BAB I  PENDAHULUAN............................................................................ 1
A.   Latar Belakang......................................................................................... 1
B.   Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C.   Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
         BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A.    Data........................................................................................................... 3
B.     Analisis...................................................................................................... 4
BAB III PENUTUP....................................................................................... 8
A.    Kesimpulan............................................................................................... 8
B.     Saran......................................................................................................... 8


IDENTITAS BUKU
Description: E:\IMG-20181010-WA0023.jpg             Description: E:\IMG-20181010-WA0019.jpg

Judul Buku                  : Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, Prosedur)
Pengarang                   : Drs. Zainal Arifin, M.Pd
Penerbit                       : PT Remaja Rosda Karya Bandung
Tanggal Terbit             : Oktober 2014
Jumlah Halaman          : 312
No ISBN                     : 9789796929566




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam proses evaluasi pembelajaran atau penilaian proses dan hasil belajar guru sering menggunakan instrumen tertentu, baik tes maupun non tes. Dalam instrumen ini mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting dalam rangka mengetahui kefektifan proses pembelajaran di sekolah. Suatu instrumen harus memiliki syarat-syarat tertentu sekaligus menunjukkan karakteristik instrumen.
Realitanya seorang guru membuat instrumen tanpa mengikuti aturan-aturan tertentu. Ada guru yanag membuat instrumen, seperti soal-soal ulangan atau ujian semester langsung mengambil dari buku sumber, padahal banyak buku sumber yang tidak sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Ada juga guru yang menggunakan soal-soal lama yang belum diketahui kualitasnya. Hal ini sebagai akibat dari ketidak-pahaman guru terhadap suatu instrumen evaluasi yang baik.
Dalam pembahasan ini, akan dipaparkan beberapa karakteristik, model dan pendekatan evaluasi pembelajaran, agar guru bisa memahami dan mengaplikasikannya ke dalam dunia pendidikan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana karakteristik instrumen evaluasi pembelajaran?
2.      Apa saja model-model evaluasi pembelajaran?
3.      Apa saja pendekatan evaluasi pembelajaran?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui karakteristik instrumen evaluasi pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui model-model evaluasi pembelajaran.
3.      Untuk mengetahui pendekatan evaluasi pembelajaran.








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Karakteristik Instrumen Evaluasi
Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas sistem pembelajaran. Melalui evaluasi semua komponen pembelajaran dapat diketahui apakah dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak. Dengan evaluasiguru dapat mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, mengetahui perkembanga hasil belajar peserta didik dan memperoleh gambaran tentang keefektifan proses pembelajaran.
Berbicara tentang Instrumen, dapat kita ketahui bahwa instrument adalah alat ukur yang dapat berbentuk tes maupun non-tes. Instrumen dapat bersifat baik dan ada pula yang kurang baik. Instrument yang baik adalah instrument yang memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah tertentu.
Adapun karakteristik instrument evaluasi, diantaranya:
1.      Valid
Artinya suatu instrument yang betul-betul mengukur apa yang hendak diukur secara tepat dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif yang dapat ditinjau dari berbagai segi, diantaranya:
a.       Validitas ramalan (predictive validity)
b.      Validitas bandingan (concurrent validity)
c.       Validitas isi (confent validity)
d.      Validitas konstruk (construct validity)
2.      Reliabel
Artinya handal jika ia mempunyai hasil yang taat asas (consistent). Misalnya,
3.      Relevan
Artinya instrument yang digunakan harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan seperti afektif, kognitif dan psikomotorik.
4.      Representatif
Artinya materi harus benar-benar mewakili seluruh materi yang disampaikan yang menjadikan silabus sebagi acuan pemilihan materi tesebut.
5.      Praktis
Artinya mudah digunakan dari teknik penyusunan instrument dan bagi orang yang ingin menggunaannya serta memiliki ciri-ciri mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan dalam mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu.
6.      Deskriminatif
Artinya harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan yang ada.
7.      Spesifik
Artinya disusun dan digunakan khusus untuk objek yang dievaluasi.
8.      Proporsional
Artinya harus memiliki tingkat kesulitan yang proporsional antara sulit, sedang dan mudah.


 

Menurut J. Mursell dan S. Nasution, ciri-ciri evaluasi yang baik, diantarnya:
a.       Evaluasi dan hasil langsung
Jika evaluasi diadakan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, maka guru ingin mengetahui keefektifan dan kesesuaian strategi pembelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan jika evaluasi diadakan sesudah proses pembelajaran, maka guru ingin mengetahui hasil atau prestasi belajar yang diperoleh peserta didik.
b.      Evaluasi dan transfer
Hal penting dalam proses pembelajarn adalah kemungkinan mentansfer hasil yang dipelajari kedalam situasi yang fungsional. Peserta didik tidak dapat dikatakan telah menguasai ilmu jika ia belum dapat menggunakannya dalam berbagai bidang kehidupan sehati-hari. Hasil belajar dapat dikatakan autentik apabila dapat ditransfer kepada penggunaan yang actual.
Ada dua sebab mengapa hasil belajar yang mengakibatkan dan berhubungan dengan proses transfer dalam proses evaluasi. Pertama, hasil hasil tes menyatakan secara jelas kepada guru mengeni apa yang sebenarnya terjadi atau pun tidak terjadi dan sampai dimana pula telah tercapai hasil belajar .kedua, hasil belajar erat hubungannya dengan tujuan peserta didik belajar sehingga mempunyai efek yang sangat kuat terhadapa pembentukan pola dan karakter belajar yang dilakukan peserta didik.
c.       Evaluasi langsung dari proses belajar
Di samping harus mengetahui hasil belajar, guru juga harus menilai proses belajar. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar dapat diorganisasi sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Penilaian tentang proses belajar bertujuan untuk mengetahui dimana letak kesulitan peserta didik sekaligus bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri yaitu melihat keleahannya, kemudia berusaha memperbaikinya, dan akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya. Hal ini membutuhkan waktu, tenaga, pemikiran dan pengalaman. Guru dapat menggunakan suatu metode vokalisasi, sosialisasi, individualisasi, dan urutan. Jadi, dalam evaluasi pembelajaran, guru jangan terfokus kepada hasil belajar saja, tetapi juga harus memperhatikan transfer hasil belajar dan proses belajar yang dijalani oleh peserta didik.

B.     Model-model Evaluasi Pembelajaran
1.      Model Tyler
Nama model ini diambil dari nama pengembangnya yaitu Tyler yang memiiki dua dasar pemikiran, yaitu: pertama, evaluasi ditujukan pada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil).
Model ini disebut juga model black box dan menegaskan bahwa perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan oleh pembelajaran melalui tes awal (pre-test) dan tes akhir (post test).
Menurut Tyler, ada tiga langkah pokok yang harus dilakukan, yaitu menentukan tuuan pembelajaran yang akan dievaluasi, menentukan situasi dimana peserta didik memperoleh kesempatan untuk menunjukkan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan, dan menentukan alat evaluasi yang kan dipergunakan untuk mengukur tingkah laku peserta didik.


2.      Model yang Berorientasi pada Tujuan
Model evaluasi ini menggunakan tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajran khusus sebagai kriteria untuk menentukan keberhasila. Evaluasi diartikan sebagai proses pengukuran untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai.
Model ini dianggap lebih praktis karena menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur. Dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang logis antar kegiatan, hasi dan prosedur pengukuran hasil.
Model evaluasi ini membantu pendidik merumuskan tujuan dan menjelaskan hubungan anatra tujuan dengan kegiatan. Hasil evaluasi akan menggambarkan tingkat keberhasilan tujuan program pembelajaran berdasarkan kriteria program khusus.
Adapun kekurangan dari model evaluasi ini, yaitu memungkinkan terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.

3.      Model Pengukuran (measurement model)
Model ini banyak mengemukakan pemikiran-pikiran dari R. Thorndike dan R.L.Ebel. model ini sangat menitikberatkan pada kegiatan pengukuran untuk menentukan kuantitas suatu sifat (attribute) tertentu yang dimiliki oleh objek orang maupun peristiwa dalam bentuk unit ukuran tertentu.
Objek evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku pesrta didik, mencakup hasil belajar (kognitif), pembawaan, sikap, minat, bakat, dan juga aspek-aspek kepribadian peserta didik. Instrument yang digunakan adalah tes tertulis (paper and pencil test) dalam bentuk tes objektif.

4.      Model Kesesuaian
Menurut model ini, evaluasi adalah suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian (congruence) antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk menyempurnakan system bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasikepada pihak-pihak yang memerlukan.
Aspek evaluasi adalah tingkah laku peserta didik meliputi aspek kogitif, afektif maupun psikomotorik. Untuk itu, teknik evaluasi yang digunakan tidak hanya tes tetapi juga non tes yang memerlukan informasi perubahan tingkah laku sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu merumuskan tujuan tingkah laku (behavioral objectives), menentukan situasi dimana peserta didik dapat memperlihatkan tingkah laku yang akan dievaluasi, menyususn alat evaluasi, dan menggunakan hasil evaluasi pada pendekatan penilaian acuan patokan (criterion referenced assessment).

5.      Educational System Evaluation Model
Tokoh model ini antara lain Daniel L. Stuflebeam, Michael Scriven, Robert P Stake, dan Malcolem M. Provus. Menurut model ini evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai dimensi dengan sejumlah criterion baik yang bersifat mutlak atau interen maupun relatif  atau eksteren. Model ini, merupakan penggabungan dari beberapa model, diantaranya: Model contenance dari Stake, Model CIPP dan CDPP dari Stuflebeam, Model Scriven, Model Provus, Model EPIC (Evaluative innovative curriculum), Model CEMREL (central midwestren reginal education laboratory) dan Model Atkinson.
Model continance dari Stake, yang meliputi keadaan sebelum kegiatan berlangsung (antecedent atau context), kegiatan yang terjadi dan saling mempengaruhi (transacations atau process) dan hasil yang diperoleh (outcomes atau output). Model ini menitikberatkan evaluasi pada dua hal pokok, yaitu description yang terdiri dari intens (goal) dan observation (effect)dan judgement terdiri atas standart dan judgement.
Dalam model ini, evaluasi dilakukan dengan membandingkan antar satu program dengan program lain yang dianggap standart. Data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaaan yang sebenarnya, tetapi juga dibandingkan dengan standart yang absolut untuk menilai manfaat program.
Dapat digambarkan dalam matrik berikut ini:
Jika ingin menggunakan model countenance dalam program pelatihan contohnya, maka kita dapat menjelaskan hal-hal sebagai berikut, yaitu rationale, antecedents, transactions, outcomes, judgements, intents, observationdan standards.
Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan (a decision oriented evaluation approach structured). Tujuannya adalah untuk membantu administrator didalam membuat keputusan.
Model ini membagi empat jenis kegiatan evaluasi, yaitu:
a.       Context evaluation to serve planning decision
Yaitu kontek evaluasi untuk membantu administrator merencanakan keputusan, menentuan kebutuhan program, dan merumuskan tujuan program.
b.      Input evaluation, structuring decision
Yaitu kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk membantu mengatur keputusan, menentukan sumber alternatif apa yang akan diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainnya.
c.       Process evaluation to serve implementing decision
Bertujuan untuk membantu melaksanakan keputusan. Meliputi sejauh mana rencana yang dilakukan, apaka sesuai dengan prosedur dan apakah ada yang harus diperbaiki.
d.      Prodct evalution to serve decision
Bertujuan untuk mrmbantu keputusan selanjutnya mengenai apa yang telah dicapai dan apa yang dilakukan setelah program berjalan.
Keempat jenis kegiatan tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.
Proses evaluasi tidak hanya berakhir dengan suatu description mengenai keadaan sistem yang bersangkutan, tetapi harus sampai pada judgeent sebagai kesimpulan dari hasil evaluasi. Model ini menuntut agar hasil evaluasi digunakan sebagai input untuk decision making dalam rangka penyempurnaan sistem secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan adalan penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).



 

6.      Model Alkin
Model ini sesuai dengan nama pengembangnya, yaitu Marvin Alkin yang menyatakan evaluasi adalah suatu proses untuk meyakikan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi yang tepat, dan menganalisis informasi untuk memilih alternaif. Adapun lima jenis evaluasi, yaitu:
a.       Sistem assessment: untuk memberikan informasi tentang keadaan atau posisi darisuatu sistem.
b.      Program planning: untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program.
c.       Program implementation: untuk menyiapkan informasi tentang program yang diperenalkan kepada kelompok tertentu sebagaiman yang direncanakan.
d.      Program improvement: untuk memberikan informasi tentang fungsi suatu program, tujuan dan apakah ada masalah yang muncul tiba-tiba.
e.       Program certification: untuk memberikan informasi tentang nilai atau mafaat suatu program.

7.      Model Brinkerhoff
Robert O. Brinkerhoff mengemukakan ada tiga jenis evaluasi, yaitu:
a.       Fixed vs emergent evaluation design
Desain evaluasi fixed (tetap) harus direncanakan dan disusun secara sistematik-terstruktur berdasarkan tujuan program sebelum program dilaksanakan dengan kebutuhan yang dapat berubah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam desain fixed ini, atara lain: menyusun pertanyaan-pertanyaan, menyiapkan instrumnen, menganalisis hasil evaluasi, dan melaporkan hasil evaluasi secara formal kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam desain ini dapat digunakan berbagai teknik, seperti tes, observasi, wawancara, kuesioner, dan skala penilain guna menghasilkan data yang bersifat kuantitatif.
Sementara itu, dalam desain evaluasi emergent bertujuan untuk beradaptasi dengan situasi yang sedang berlangsung dan berkembang, seperti menampung pendapat audiensi, masalah-masalah, dan kegiatan program. Teknik pengumpulan data dapat menggunakan observasi, studi kasus dan laporan tim pendukung untuk menhasilkan informasi yang bersifat kualitatif-naturalistik.
b.      Formative vs summative evauation
Evaluasi formatif berfungsi untuk memperbaiki kurikulum dan pembelajaran. Sedangkan evaluasi sumatif berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum dan pembelaaran secara menyeluruh.
Fokus evaluasi sumatif adalah variable-variabel yang dianggap penting dalam kurikulum dan pembelajaran dengan menentukan apakah kurikulum dan pembelajara harus diteruskan atau tidak.
c.       Desain eksperimental dan desain quasi eksperimental vs natural inquiry
Desain evaluasi eksperimental menggunakan pendekatan kuantitatif, random sampling, memberikan perlakuan, dan mengukur dampak. Tujuannya adalah untuk menilai manfaat hasil percobaan program pembelajaran.
Desain evaluasi ini agak sulit dilakukan karena umumnya proses pembelajaran sudah atau sedang terjadi. Jika proses pembelajaran sudah terjadi cukup melihat dokumen-dokumen sejarah atau menganalisis hasil tes. Untuk proses pembelajaran sedang terjadi, dapat melakukan pengamatan atau wawancara dengan orang-orang yang terlibat.Sedangkan desain evaluasi natural-inkuiri dilakukan menggunakan teknik studi dokumentasi dengan pendekatan informal.


8.      Illuminative Model (Malcolm Parlett dan Hamilton)
Model ini lebih menekankan pada evaluasi kualitatif-terbuka (open-ended). Kegiatan evaluasi dihubungkan dengan learning milieu, Dimana dalam konteks sekolah sebagai lingkungan material dan psikososial yang didalamnya terjadi interaksi antar guru dan siswa. Hasil evaluasi lebih bersifat deskriptif dan interpretasi, bukan pengukuran dan prediksi.
Objek evaluasi model ini mencakup latar belakang dan perkembangan sistem pembelajaran, proses pelaksanaan sistem pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik. Adapun tiga fase evaluasi yang harus ditempuh, yaitu observe, inqury further, dan seek to explain.

9.      Model Responsif
Model ini menekankan pada pendekatan kualitatif-naturalistik. Evaluasi tidak diartikan sebagai pengukuran melainkan memberikan pandangan orang-orang yang terlibat, berminat dan berkepentingan dengan program pembelajaran.
Instrument yang digunakan pada umumnya mengandalkan observasi langsung maupun tdidak langsung dengan interpretasi data yang impresionistik. Langkah-lagkah dalam model ini, diantaranya: observasi, merekam hasil wawancara, mengumpulkan data, mengecek pengetahuan awal peserta didik, dan mengembangkan desain.
Adapun kelebihan model ini, yaitu peka terhadap beberapa pandangan dan kemampuannya mengakomodasi pendapat yang ambigius dan tidak fokus. Sedangkan kekurangannya, yaitu:
a.       Pembuatan keputusan sulit menyederhanakan informasi,
b.      Tidak mungkin menampung semua argument, dan
c.       Membutuhkn waktu dan tenaga
Perlu kita ketahui bahwa keberhasilan satu evaluasi pembelajaran secara keseluruhan bukan hanya dipengaruhi penggunaan yang tepat pada sebuah model evaluasi, mealainkan juga harus memperhatikan factor yang lain, seperti tujuan pembelajaran, sistem sekolah dan pembinaan guru.

C.    Pendekatan Evaluasi
Pendekatan merupakan sudut pandang seseorang dalam mempelajari sesuatu begitu juga dalam menelaah dan mempelaari evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan sistem. Sedangkan dilihat dari penafsiran hasil evaluasi, pendekatan evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu criterion-referenced, dan norm referenced evaluation.
1.      Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini ditujukan pada perkembangan aspek intelektal peserta didik yang dituntut untuk menguasai mata pelajaran. Kegiatan-kegiatan juga lebih difokuskan pada komponen produk sedangkan komponen proses cenderung diabaikan.
Namun, banyak guru mengalami kesulitan untuk mengembangkan sistem evaluasi ini di sekolah, karena bertentangan dengan tradisi yang selama ini sudah berjalan. Misalnya, ada tradisi bahwa target kuantitas kelulusan setiap sekolah harus diatas 95 %, begitu juga untuk kenaikan kelas. Ada juga tradisi bahwa dalam mata pelajaran tertentu nilai peserta didik dalam rapor harus minimal enam. Seharusnya, kebijakan evaluasi lebih menekankan pada target kualitas, yaitu kepentingan dan kebermaknaan pendidikan bagi anak.
2.      Pendekatan Sistem
Sistem adalah totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan ketergntungan. Jika pendekatan sistem dikaitkan dengan evaluasi, maka pembahasan lebih difokuskan pada komponen evaluasi, meliputi komponen kebutuhan dan Feasibility, komponen input, komponen proses, dan komponen produk.
3.      Criterion-Referenced Evaluation
Criterion-referenced evaluation atau lebih dikenal dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dapat digunakan dengan membandingkan hasil yang diperoleh peserta didik dengan sebuah patokan atau kriteria yang secara absolut atau mutlak telah ditetapkan.
Adapun langkah-langkahnya, yaitu: menentukan skor ideal, mencari rata-rata dan simpangan baku ideal, kemudian menggunakan pedoman konversi skala nilai. Pendekatan ini sering disebut penilaian norma absolut yang cocok digunakan dalam evaluasi formatif yang berfungsi untuk perbaikan proses pembelajaran dan menggambarkan prestasi belajar peserta didik scara objektif.
4.      Norm- Referenced Evaluation
Norm- Referenced Evaluation atau Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah pendekatan yang membandingkan skor setiap peserta didik dengan teman satu kelasnya yang bersifat relatif.


 




 







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas sistem pembelajaran. Melalui evaluasi semua komponen pembelajaran dapat diketahui apakah dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak.Berbicara tentang Instrumen, dapat kita ketahui bahwa instrument adalah alat ukur yang dapat berbentuk tes maupun non-tes. Instrumen dapat bersifat baik dan ada pula yang kurang baik. Instrument yang baik adalah instrument yang memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah tertentu.Adapun karakteristik instrument evaluasi, diantaranya: valid, reliabel, relevan, representative, praktis, deskriminatif, spesifik dan proporsional.
2.      Di dalam evaluasi pembelajaran, terdapat beberapa model evaluasi dengan format atau sistematika yang berbeda, seperti odel Tyler, model yang berorientasi pada tujuan, model pengukuran, model kesesuaian, Educational system evaluation model, model alkin, model Brinkerhoff, model Illuminative dan model responsive.
3.      Pendekatan merupakan sudut pandang seseorang dalam mempelajari sesuatu begitu juga dalam menelaah dan mempelaari evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan sistem. Sedangkan dilihat dari penafsiran hasil evaluasi, pendekatan evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu criterion-referenced, dan norm referenced evaluation.






1 komentar: