Minggu, 12 Mei 2019

Sikap dan Kepuasan Kerja


MAKALAH
Sikap dan Kepuasan Kerja

DOSEN PEMBIMBING
Agus Fawait,S.Pd.I




MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Perilaku dan Budaya Organisasi

Disusun Oleh :II MPI B
Siti Choirun Nisa
Dias Sosilowati
Itail Haqiqah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AT – TAQWA BONDOWOSO
TAHUN AKADEMIK 2017/2018






KATA PENGANTAR

              Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Perilaku dan Budaya Organisasi (sikap dan kepuasan kerja)”.
Dalam penyusunan makalah atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, bimbingan orang tua, teman-teman dan guru. Sehingga, kendala- kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STAI At-taqwa Bondowoso.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I  PENDAHULUAN............................................................................... 1
A.   Latar Belakang........................................................................................... 1
B.   Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C.   Tujuan Penulisan........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
A.   Sikap kerja ............................................................................................... 2
B.   Kepuasan kerja ......................................................................................... 4
BAB III PENUTUP....................................................................................... 12
A.     Kesimpulan............................................................................................... 12
B.     Saran....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
Media-media yang populer hampir setiap hari memberitakan hasil tentang sikap. Tujuannnya adalah untuk mencari dukungan. Sama halnya dengan manajemen, terutama dalam hal pengawasan, organisasi perlu memantau para pekerjanya terhadap sikap, dan hubungannya denga perilaku. Adakah kepuasan atau ketidakpuasan karyawan dengan pengaruh pekerjaan di tempat kerja. Pada umumnya, penelitian menyimpulkan bahwa individu mencari konsisten diantara sikap mereka serta antar sikap dan perilaku mereka. Dalm organisasi, sikap amatlah penting, karena komponen perilakunya. Seseorang bisa memiliki ribuan sikap, sikap kerja berisi evaluasi positif atau negatif yang dimiliki oleh karyawan tentang aspek-aspek lapangan kerja mereka, ada tiga sikap yaitu, kepuasan kerja, keterlibatan pekerjaan dan komitmen organisasional. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut. Sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud sikap kerja?
2.      Apa yang dimaksud kepuasan kerja?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk  mengetahui pengertian tentang sikap kerja
2.      Untuk mengetahui deskripsi tentang kepuasan kerja

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Sikap Kerja
1.      Pengertian sikap kerja
Berbicara masalah sikap, sebenarnya hal ini sudah merupakan sesuatu yang sangat opuler dan penting,terutama dalam rangka pembahasan psikologi sosial.para ahli mengakui bahwa setiap sikap dapat terbentuk karena adanya pengaruh dan peranan pembawaan dan lingkungan, yang keduanya mempunyai fungsi yang sama, dalam arti bahwa sikap tidak dibawa sejak
manusia lahir.
Sikap adalah keteraturan perasaan dan pikiran seseorang dan kecenderungan terhadap aspek lingkungannya. Sikap seseorang tercermin dari kecenderungan perilakunya dalam menghadapi suatu situasi lingkungan yang berhubungan dengannya. Sikap adalah tanggapan (response) yang mengandung komponen-komponen kognitif (pengetahuan), afektif (sejauhmana penilaiannya terhadap obyek) dan konaktif (kecenderungan untuk berbuat), yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu obyek atau stimulus dari lingkungannya. [1]
Sikap  didefinisikan sebagai “ kecenderungan merespons sesuatu secara konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan suatu objek tertentu”.[2]
. Sikap adalah pernyataan/ penilaian evaluatif menyangkut benda, orang atau kejadian.

2.      Jenis-jenis sikap
a.       Job Satisfaction
(sikap yang menentukan kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya)
b.      Job Involvement
(sikap yang menggambarkan sampai sejauh mana partisipasi aktif karyawan terhadap pekerjaannya)
c.       Organization Commitment
 (sikap yang menunjukkan sampai mana seseorang melibatkan diri dalam organisasi beserta dengan tujuan-tujuannya dan ingin menjaga keannggotaannya dalam organisasi)
3.      Aspek-aspek sikap
Secord and Bacman (Zaim Elmubarok, 2009: 46) membagi sikap menjadi tiga komponen yang dijelaskan sebagai berikut:
a.       Komponen kognitif, adalah komponen yang terdiri dari pengetahuan. Pengetahuan inilah yang akan membentuk keyakinan dan pendapat tertentu tentang objek sikap.
b.      Komponen afektif, adalah komponen yang berhubungan dengan perasaan senangatau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. Komponen ini erat hubungannya dengan sistem nilai yang dianut pemilik sikap.
c.       Komponen konatif, adalah komponen sikap yang berupa kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap.[3]
Ketiga komponen tersebut sangat berkaitan. Secara khusus, dalam banyak cara antarakesadaran dan perasaan tidak dapat dipisahkan.
Sebagai contoh, seorang karyawan tidak mendapatkan promosi yang menurutnya pantas ia dapatkan, tetapi yang malah mendapatpromosi tersebut adalah rekan kerjanya.
Ada perbedaan antara sikap dan nilai, meskipun kedua-duanya beliefsdan cognitive,Pertama sikap adalah keyakinan (beliefs) mengenai sesuatu obyek yang khusus mengenai orang atau situasi, sedangkan nilai adalah bersifat umum. Nilai adalah keyakinan yang melekat pada diri orang, terlepas bagaimana orang lain, sedangkan sikap adalah tanggapan terhadap pihak lain.
4.      Karakteristik Sikap
a.       Obyek, karena ada sesuatu yang disikapi. Tidak ada sikap tanpa obyek.
b.      Mengarah, karena setiap obyek ada arahnya. Jadi sikap mengarah kepada obyek yang disikapi.
c.       Berintensitas atau sederajat, karena dalam sikap ditanyakan sejauhmana atau seberapa tinggi rendah sikapnya.
d.      berstruktur, karena dalam sikap itu ada komponen-komponen yang secara intern terbentuk dengan sendirinya, yaitu komponen kognitif, afektif yang saling menjalin.[4]

B.     Kepuasan Kerja
1.      Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah suatu efektivitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini berarti bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal. Sebaliknya, seseorang dapat relatif puas dengan salah satu atau lebih aspek yang lainnya.
Sebagai contoh, para peneliti di Cornel University mengembangkan Job Describtive Index (JDI) untuk menilai kepuasan kerja seseorang dengan dimensi kerja berikut: pekerjaan, upah, promosi, rekan kerja, dan pengawasan.[5]
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya.
Dari pernyataan tersebut ,ini berarti bahwa kepuasan kerja pada umumnya mengacu pada sikap seseorang pegawai atau karyawan terhadap pekerjaannya.
Dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang positif yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para pekerja terhadap kondisi dansituasi kerja termasuk didalamnya masalah upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis
2.      Faktor-faktor Kepuasan Kerja
a.       Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh kesempatan peningkatan pengalaman dan kemampuan kerja selama bekerja.
b.      Keamanan kerja. Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik karyawan pria maupunwanita. Keadaan yang aman sangat mempengarugi perasaan kerja karyawan selama bekerja.
c.       Gaji. Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang yang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang di perolehnya.
d.      Manajemen kerja. Manajemen kerja yang baik adalah yang memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil, sehingga karyawan dapat bekerja dengan nyaman.
e.       Kondisi kerja. Dalam hal ini adalah tempat kerja, ventilasi, penyinaran, kantin, dan tempat parkir.
f.        Pengawasan (Supervisi). Bagi Karyawan, Supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn tover.
g.       Faktor intrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
h.       Komunikasi. Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan pimpinan banyak dipakai untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak pimpinan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat atau prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbukan kepuasan kerja.
i.         Aspek sosial dalam pekerjaan. Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam kerja.
j.        Fasilitas. Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.[6]
3.      Konsekuesi dan kepuasan kerja
Beberapa  korelasi kepuasan kerja:


a.       Motivasi
Kepuasan dan pengawasan juga berkolerasi secara signifikan dengan motivasi, para manajer disarankan untuk mempertimbangkan bagaimana prilaku mereka mempengaruhi kepuasan karyawan. Para manajer dapat secara potensial meningkatkan motivasi para karyawan melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja.
b.      Keterlibatan dalam pekerjaan
Keterlibatan dalam pekerjaan merupakan keterlibatan seseorang individu dengan peran dalam pekerjaanya. Para manajer mendorong keterlibatan para karyawan dalam pekerjaannya.
c.       Perilaku sebagai anggota organisasi yang baik
Perilaku sebagai anggota organisasi yang baik merupakan prilaku karyawan yang melampaui panggilan tugas. Contohnya meliputi “bahasa tubuh yang pernyataan membangun mengenai organisasi, ungkapan ketertarikan pribadi pada pekerjaan orang lain, saran-saran untuk perbaikan, melatih orang baru, penghargaan atas semangat dan prilaku menjaga tertib organisasi sesuai aturan.
d.      Komitmen organisasi
Komitmen organisasi mencerminkan bagaimana seorang individu mengindentifikasikan dirinya dengan organisasi dan terikat dngan tujuan-tujuannya. Para manajer disarankan untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan tujuan untuk mendapatkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi dapat mempermudah terwujudnya produktivitas yang lebih tinngi.
e.       Ketidakhadiran
Ketidakhadiran menghabiskan biaya, dan para manajer senantiasa mencari jalan keluar untuk menguranginya. Suatu rekomendasi adalah dengan meningakatkan kepuasan kerja.
Jika ini merupakan suatu rekomendasi yang valid, seharusnya terdapat suatu hubungan negatif yang kuat (atau korelasi negtaif) antara kepuasan dan ketidakhadiran. Dengan kata lain, dengan meningkatnya kepuasan, ketidakhadiran seharusnya menurun.
f.        Berhentinya karyawan
Berhentinya karyawan penting untuk mendapat perhatian para manajer karena mengganggu kelangsungan organisasi dan juga sangat menghabiskan biaya. Dan kekuatan hubungan ini, para manajer disarankan untuk mencoba mengurangi tingkat berhentinya karyawan dengan meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
g.       Stres yang dirasakan
Stres dapat memiliki dampak yang sangat negatif pada prilaku organisasi dan kesehatan seorang individu. Stres berhubungan secara positif dengan ketidakhadiran, berhentinya karyawan, penyakit jantung koroner, dan infeksi yang disebabkan oleh virus.
h.       Prestasi kerja
Pertama, kepuasan kerja secara teoritis tidak diharapkan memiliki suatu pengaruh yang kuat terhadap perilaku (misalnya prestasi dan berhentinya karyawan). Sebaliknya, kepuasan secara hipotesis mempengaruhi prestasi secara tidak langsung melalui tujuan atau usaha seorang karyawan.
4.      Mengukur Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menuntut interaksi dengan orang lain, mengikuti aturan dan kebijaksanaan organisasi, standar kerja, kondisi kerja yang kurang ideal dan lainnya. Jadi Assesment (penilaian) merupakan hal yang rumit.



Ada 2 metode pendekatan untuk mengukur kepuasan kerja, yaitu :
a.       Angka – nilai global tunggal (single global rating)
Dalam metode angka – nilai global tunggal tidak lebih dari meminta individu –individu untuk menjawab satu pertanyaan. Contoh:  Bila kita memberikan sebuah pertanyaan “seberapakah puaskah anda dengan pekerjaan anda?” kemudian responden menjawabnya dengan melingkari suatu bilangan antara 1 sampai 5 yang berapa dan dengan jawaban dari “Sangat Dipuaskan” sampai “Sampai tidak puas.”
b.      Skor penjumlahan (summation score)
Dalam metode penjumlahan ini tersusun atas sejumlah fase pekerjaan yang digunakan untuk mengenal unsur-unsur utama dalam suatu pekerjaan dan menanyakan perasaan karyawan mengenal tiap unsur.
Contoh :faktor yang biasa digunakan yaitu upah sekarang, kesempatan promosi, hubungan dengan rekan kerja.[7]

5.      Faktor – faktor yang berfungsi mendorong kepuasaan kerja adalah :
a.       Kerja yang secara mental menantang
Faktor ini memberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja



b.      Ganjaran yang pantas
Faktor ini selalu diinginkan oleh karyawan dalam sistem upah dan kebijakan promosi yang dinilai adil, tidak meragukan dan segaris dengan pengharapan mereka
c.       Kondisi kerja yang mendukung :
Fakor ini sangat mengdukung bagi karyawan dalam melakukan pekerjaannya karena dengan lingkungan yang nyaman dapat menciptakan hasil kerja yang memuaskan
d.      Rekan sekerja yang mendukung
Faktor ini sangat mendukung dalam menghasilkan kerja yang memuaskan karena dengan adanya interaksi sosial didalam suatu pekerjaan maka dapat mendukung kepuasan kerja dari karyawan
e.       Jangan lupakan kesesuaian antara kepribadian – pekerjaan
Karyawan yang memiliki kepribadian yang sama dengan pekerjaan yang dipilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka, jadi kemungkinan berhasilnya pekerjaan tersebut sangat besar
f.        Ada dalam Gen
Faktor ini penting karena Gen dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja dari seoang karyawan. Disposisi seorang terhadap hidup baik positif maupun negatif ditentukan oleh bentukan genetikya.[8]

6.      Efek kepuasan kerja pada kinerja karyawan
a.       Kepuasan dan Produktivitas
Dengan tingkat kepuasan kerja yang terjamin maka tingkat produktivitas dari seorang karyawan semakin bagus.
b.      Kepuasan dan Kemangkiran
Kepuasan kerja dari suatu karyawan ditentukan oleh tingkat kemangkiran.
Contoh : suatu perusahaan harus memberikan tunjangan cuti sakit kepada karyawan yang sakit supaya karyawan tersebut seperti diperhatikan oleh perusahaan tersebut
c.       Kepuasan dan Tingkat keluar – masuknya karyawan
Kepuasan juga dihubungkan negatif dengan keluarnya karyawan. Jadi kepuasan kerja sangat penting dalam mempengaruhi karyawan yang buruk untuk tinggal daripada yang kinerjanya bagus.

7.      Respon karyawan dalam mengungkapkan ketidakpuasan
a.       Exit, ketidakpuasan yang diungkapkan lewat perilaku yang diarahkan untuk meninggalkan organisasi
b.      Suara (voice) : Ketidakpuasan yang diungkapkan dengan usaha aktif dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi
c.       Kesetiaan (loyalty) : ketidakpuasan yang diungkapkan secara pasif menunggu membaiknya kondisi
d.      Pengabaian (neglect) : Ketidakpuasan yang dinyatakan dengan membiarkan kondisi memburuk[9]





BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Sikap adalah keteraturan perasaan dan pikiran seseorang dan kecenderungan terhadap aspek lingkungannya. Sikap seseorang tercermin dari kecenderungan perilakunya dalam menghadapi suatu situasi lingkungan yang berhubungan dengannya. Sikap adalah tanggapan (response) yang mengandung komponen-komponen kognitif (pengetahuan), afektif (sejauhmana penilaiannya terhadap obyek) dan konaktif (kecenderungan untuk berbuat), yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu obyek atau stimulus dari lingkungannya.
Kepuasan kerja pada umumnya mengacu pada sikap seseorang pegawai atau karyawan terhadap pekerjaannya.

B.     Saran
Dari beberapa penjelasan di atas tentang penulisan “ Manajemen SDM “ pasti tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat dan penyusunan Makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh para pembaca dalam khususnya pembimbing mata kuliah Ushul Fiqih. oleh karena itu penulis makalah ini mengharap kepada para pembaca mahasiswa dan dosen pembimbing mata kuliah ini terdapat kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam terselesainya makalah yang selanjutnya.






DAFTAR PUSTAKA
Kreitner, Robert,  dkk. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat, 2003
Mangkunegara, Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004
Tahir, Arifin. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Deepublish, 2014




[1] Tahir, Arifin. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Deepublish, 2014, hal 97
[2]Kreitner, Robert,  dkk. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat, 2003, hal 87
[3] Kreitner, Robert,  dkk. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat, 2003, hal 92
[4] Tahir, Arifin. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Deepublish, 2014, hal 98

[5] Kreitner, Robert,  dkk. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat, 2003, hal 124
[6] Tahir, Arifin. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Deepublish, 2014, hal 101
[7] Mangkunegara, Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, hal 126

[8] Kreitner, Robert,  dkk. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat, 2003, hal 136
[9] Kreitner, Robert,  dkk. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat, 2003, hal 140
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar