MAKALAH
PERANAN PONDOK PESANTREN DALAM MASYARAKAT
DOSEN
PEMBIMBING
Abdul Haq As, S.Pd.I, M.Pd.I
MEMENUHI TUGAS MATA
KULIAH
MANAJEMEN PESANTREN
Disusun Oleh : KELOMPOK 9 (IV MPI B)
Hikmatussolihah
(201691200069)
Hosniatil
Hasanah (201691200070)
Itail
Haqiqah (201691200073)
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM AT – TAQWABONDOWOSO
Jl. HOS. Cokroaminoto Kademangan – Bondowoso
TAHUN AKADEMIK 2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillahtepat pada
waktunya yang berjudul “Peranan Pesantren dalam Masyarakat”.
Dalam penyusunan makalah atau materi ini, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, bimbingan orang tua,
teman-teman dan guru. Sehingga, kendala- kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STAI
At-taqwa Bondowoso.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Bondowoso,
14 Mei 2018
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 2
A.
PengertianPondokPesantren..................................................................... 2
B.
PerananPesantrendalamMasyarakat.......................................................... 3
C.
FungsiPesantrendalamMasyarakat............................................................ 5
BAB
III PENUTUP....................................................................................... 8
A. Kesimpulan............................................................................................... 8
B. Saran......................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pondok
pesantren adalah wujud proses yang wajar dari sistem pendidikan nasional. Dari sisi
historis, pessantren tidak hanya identic dengna makna keislaman, tetapi juga
mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous). Sebab lembaga yang serupa ini
sebenarnya sudah ada sejak masa kekuasaan Hindu-Budha. Sehingga islam tinggal
meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada.
Pesantren
merupakan sebuah lembaga dengan lokasi umumnya terpisah dari kehidupan
sekitarnya. Dalam komplek tersebut terdapat beberapa buah bangunan seperti
surau atau masjid, rumah pengasuh, asrama santri dan tempat pengajian. Dari
sisi fisik lahiriyah, pesantren memang terpisah dari kehidupan masyarakat
disekitarnya, akan tetapi semangat dan denyut nadi pesantren tidak pernah lepas
dari konteks sosial kemasyarakatan. Hal inilah yang menjadikan pesantren tetap
eksis menempatkan dirinya sebagai basis pertahanan moral melakukan transformasi
sosial.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pondok pesantren?
2. Bagaimana
peranan pesantren dalam masyarakat?
3. Apa
fungsi pesantren dalam masyarakat?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari pondok pesantren.
2. Untuk
mengkaji peranan pesantren dalam masyarakat.
3. Untuk
mendeskripsikan fungsi pesantren dalam masyarakat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pondok Pesantren
Pondok
pesantren adalah gabungan antara kalimat pondok dan pesantren. Istilah pondok
berasal dari kata Funduk, dari
bahasa Arab yang berarti rumah penginapan atau hotel, akan tetapi di dalam
ke-pesantren-an Indonesia, khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan
dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam
bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri.
Istilah
pesantren bisa disebut dengan pondok saja, pesantren saja, atau digabung yaitu
dengan sebutan pondok pesantren yang maksudnya sama, namun pembedanya adalah
asramanya dan santri yang menempati asrama tersebut, maksudnya pesantren yang
santrinya tidak menetap di asrama, melainkan mereka tinggal didesa sekitar
pesantren yang biasa disebut dengan santri kalong, mereka menimba ilmu agama di
pesantren. Sedangkan istilah pesantren secara etimologis, berarti pesantrian
yang berarti tempat santri, pondok pesantren adalah suatu lembaga keagamaan
yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan
ilmu agama islam. Pesantren disebut pondok pesantren atau pendidikan
tradisional, sekalipun sudah banyak pesantren modern, merupakan lembaga pendidikan
islam tertua di Indonesia.[1]
Pondok
pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan islam berbasis masyarakat yang
menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan
lainnya yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli agama dan atau menjadi muslim
yang memiliki keterampilan atau keahlian untuk membangun kehidupan yang islami
di masyarakat.[2]
B.
Peranan Pesantren dalam Masyarakat
Peranan adalah tindakan yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian
yang dimainkan seseorang dalam suatu peristiwa.
Dalam realitas
hubungan sosial, pesantren senantiasa menjadi kekuatan yang amat penting yaitu
sebagai pilar sosial yang berbasis nilai keagamaan. Nilai keagamaan ini menjadi
basis kedekatan pesantren dengan masyarakat. Hubungan kedekatan pesantren dan
masyarakat dibangun melalui kerekatan psikologis dan ideologis.
Disebut
kerekatan psikologis karena pesantren lahir dari "relung-relung
psikologis" masyarakat pedesaan yang religius. Dan disebut ideologis,
karena pesantren juga menjadi benteng perlawanan dari sebuah keyakinan masyarakat
yang prinsipil yaitu agama. Hal ini bisa terjadi karena pesantren lahir dari
harapan dan cita-cita masyarakat islam yang rindu akan tatanan kehidupan sosial
berbasis nilai keagamaan. Dan cita-cita ini dimotori oleh karismatik kiai yang
turut memimpin cita-cita tersebut, sampai kemudian berumur panjang.
Pesantren lahir
dari kesadaran nilai masyarakat yang diwujudkan dalam lembaga pendidikan
berbasis nilai agama. Kekuatan basis masyarakat inilah yang menjadi daya dorong
kehadiran lembaga ini.[3]
Berikut peranan
pesantren di dalam masyarakat diantaranya:
1.
Membentuk dan memberi corak serta nilai
kehidupan pada masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang
Sejak
berdirinya pada abad yang sama dengan masuknya islam hingga sekarang, pesantren
telah bergumul dengan masyarakat luas. Pesantren telah berpengalaman menghadapi
berbagai corak masyarakat dalam rentang waktu tertentu. Pesantren tumbuh atas
dukungan mereka, pesantren berdiri atas dorongan dan kebutuhan masyarakat. Oleh
karena itu, secara kultural lembaga pesantren tidak hanya bisa diterima oleh
masyarakat, bahkan telah ikut serta membantu dan memberi corak serta nilai
kehidupan pada masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang.
2.
Sebagai
training center dan sekaligus sebagai cultural center islam yang disyahkan dan
dilembagakan oleh masyarakat
Pada masa
penjajahan kolonial, pesantren diakui secara umum telah menjadi benteng
perlawanan yang berkulminasi pada dukungan kepada Pangeran Diponegoro dan para
pengikutnya dalam melawan penjajah. Pada masa penjajahan pondok pesantren
menjadi satu-satunya lembaga pendidikan islam yang menggembleng kader-kader
umat yang tangguh dan gigjh mengembangkan agama serta menentang penjajahan
berkat dari jiwa islam yang berada di dadanya. Di dalam jiwa mereka telah
tertanam pula jiwa patriotisme disamping fanatisme agama yang dibutuhkan oleh
masyarakat pada saat itu. Dengan demikian, sebagai lembaga pendidikan islam,
pondok pesantren dari sudut historis kultural dapat dikatakan sebagai training
center dan sekaligus sebagai cultural center islam yang disyahkan dan
dilembagakan oleh masyarakat.
Dalam masa
penjajahan, pesantren menjadi persemaian ideologi anti-Belanda. Pesantren
merupakan basis pertahanan bangsa dalam perang melawan penjajah demi lahirnya
kemerdekaan. Dengan demikian, pesantren berfungsi mencetak para kader bangsa
yang benar-benar patriotik, mereka sanggup mengorbankan segala jiwa dan raganya
demi memperjuangkan kemerdekaan bangsa.[4]
Perspektif
historis menempatkan pesantren pada posisi yang cukup istimewa dalam khazanah
perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia. Abdurrahman Wahid menempatkan
pesantren sebagai subkultur tersendiri dalam masyarakat Indonesia. Menurutnya,
lima ribu buah pondok pesantren yang tersebar di enam puluh delapan ribu desa
merupakan bukti tersendiri untuk menyatakan sebuah subkultur.[5]
3.
Agen Perubahan
(Agent Of Change)
Pada awal
perkembangannya dan bahkan hingga awal era 70-an, walaupun dianggap sebagai
lemabaga pendidikan yang tradisional yang tumbuh di masyarakat pedesaan,
ternyata juga mampu berperan sebagai lembaga sosial yang berpengaruh.
Keberadaannya telah memberikan pengaruh dan warna keberagaman dalam masyarakat
sekitar, tidak hanya di wilayah administrasi pedesaan, tetapi tidak jarang
hingga melintasi daerah kabupaten di mana pesantren itu berada. Oleh karena
itulah kemudian pesantren dijadikan sebagai agen perubahan (agent of change),
sebagai lembaga perantara yang diharapkan mampu menjadi penggerak pembangunan
di segala bidang.
4.
Laboratorium
Sosial Kemasyarakatan
Pesantren yang
apabila dilihat dari letak geografis bangunannya biasanya agak terpisah dari
masyarakat, ternyata juga mampu memainkan peran sebagai laboratorium sosial
masyarakat. Dengan letak geografis yang agak terpisah dari lingkungan, ternyata
tidak menjadikan pesantren terisolasi, tetapi justru membuat pesantren lebih
mudah melakukan kontrol serta melihat lebih jernih berbagai perkembangan di
luar pesantren. Dari sinilah sehingga bisa dikatakan bahwa pesantren adalah
merupakan laboratorium sosial kemasyarakatan. Para orang tua yang memasukkan
anaknya dalam pendidikan pesantren selain berharap agar anaknya mendapatkan
pendidikan agama yang kuat, juga berharap anaknya bisa hidup mandiri dan dapat
bersosialisasi sehingga kelak dapat berkiprah di tengah kehidupan masyarakat
yang sesungguhnya.[6]
C.
Fungsi
Pesantren dalam Masyarakat
Adapun fungsi pokok pesantren diantaranya:
1. Sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu pengetahuan islam
(Transmission of Islamic Knowledge).
2. Sebagai pusat penjagaan dan pemeliharaan tradisi islam (maintenance
of Islamic tradition).
3. Sebagai penghasil calon-calon ulama (reproduction of ulama).
Lebih dari itu, pesantren juga menjadi pusat penyuluhan kesehatan,
pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan, pusat
usaha-usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup dan lebih penting
lagi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan.
Peranan
pesantren tersebut sesuai dengan fungsi pesantren, bahwa fungsi pesantren
mencakup tiga aspek yaitu fungsi religius (diniyah), fungsi sosial (ijtimaiyah)
dan fungsi edukasi (tarbawiyyah). Di sisi lain fungsi pendidikan pesantren juga
berfungsi sebagai lembaga pembinaan moral dan kultural. Disamping merupakan
lembaga pendidikan, pesantren juga berfungsi sebagai pembinaan moral kultural,
baik bagi kalangan para santri maupun santri dengan masyarakat. Dengan demikian
mengisyaratkan bahwa penyelenggaraan keadilan sosial melalui pesantren lebih
banyak melalui pendekatan kultural.
Di dalam
lingkungan pesantren, para santri tidak hanya belajar tentang ilmu-ilmu
keislaman melalui kitab-kitab klasik, tetapi juga belajar bagaimana bisa
bersosialisasi dengan teman-temannya di dalam pondok, dengan para seniornya
atau dengan para pengasuhnya yang diikat dengan norma-norma tertentu. Dalam
lingkungan pondok juga diajarkan kedisiplinan melalui pengaturan yang ketat
jadwal yang harus dilakukan oleh para santri, seperti jadwal mengaji, melakukan
shalat berjamaah dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dan tak lupa pula ditanamkan
prinsip kesederhanaan dan kesabaran, agar kelak mampu melahirkan sosok santri
yang siap berkiprah, tahan uji dan mampu menghadapi segala tantangan dan godaan
dalam menjalani kehidupan sebenarnya dalam masyarakat dan dalam berjuang
menegakkan ajaran agama.
Ada dua hal
yang seringkali dipesankan oleh seorang kiai kepada para santrinya, yaitu
jangan meninggalkan kegiatan mengaji dan jangan lupa shalat berjamaah. Kedua
pesan tersebut sederhana, tetapi memiliki filosofi yang luar biasa. Pertama,
pesan untuk jangan lupa mengaji, berarti para santri selalu dituntut untuk
mencari ilmu, walaupun sudah tidak berada di pondok pesantren. Ini berarti
belajar itu harus dilakukan seumur hidup, tidak hanya itu bahkan kalau bisa
para santri harus memberi pengajian-pengajian (mengajar) kepada masyarakat.
Sedangkan pesan sholat berjamaah sebagai wujud dari pengamalan ilmu dan memupuk
nilai-nilai sosial. Melalui sholat berjamaah, para santri bisa dengan mudah
bisa melakukan interaksi sosial, yang pada akhirnya dapat membaur dengan
masyarakat dan berpartisipasi dalam pembangunan.
Dari hasil
survey menunjukkan bahwa pesantren tercatat memiliki peranan penting dalam
sejarah pendidikan di tanah air dan telah banyak memberikan sumbangan dalam
mencerdaskan bangsa. Banyak tokoh-tokoh nasional, para cendikiawan muslim, pada
guru-guru bangsa yang mengabdi tanpa pamrih dan pahlawan-pahlawan bangsa yang
dengan gigih telah berjuang demi bangsanya, lahir dari hasil tempaan dan
pendidikan dari pondok pesantren ini.
Di sisi lain,
pondok pesantren juga telah mendukung berbagai program-program yang dicanangkan
oleh pemerintah, diantaranya adalah program keluarga berencana (KB).
Sebagaimana dinyatakan oleh Zaini, "Sesungguhnya pondok pesantren
mempunyai peranan penting yang cukup besar dalam memasukkan gagasan dan mendorong
keluarga berencana (KB) sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas manusia dan
kesejahteraan keluarga.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pondok
pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan islam berbasis masyarakat yang
menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan
lainnya yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli agama dan atau menjadi muslim
yang memiliki keterampilan atau keahlian untuk membangun kehidupan yang islami
di masyarakat.
Peranan
pesantren di dalam masyarakat yaitu membentuk dan memberi corak serta nilai
kehidupan pada masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang, sebagai
training center dan sekaligus sebagai cultural center islam yang disyahkan dan
dilembagakan oleh masyarakat, sebagai agen perubahan, dan merupakan
laboratorium sosial kemasyarakatan.
Adapun fungsi
pokok pesantren adalah, sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu pengetahuan
islam (Transmission of Islamic Knowledge), sebagai pusat penjagaan dan
pemeliharaan tradisi islam (maintenance of Islamic tradition) dan sebagai
penghasil calon-calon ulama (reproduction of ulama). Lebih dari itu, pesantren
juga menjadi pusat penyuluhan kesehatan, pusat pengembangan teknologi tepat
guna bagi masyarakat pedesaan, pusat usaha-usaha penyelamatan dan pelestarian
lingkungan hidup dan lebih penting lagi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi
masyarakat pedesaan.
B.
Saran
Pada era global
ini, pesantren diharapkan mampu untuk lebih meningkatkan perannya kelembagaan
sebagai kawah candradimuka generasi muda islam dalam menimba ilmu pengetahuan
dan teknologi sebagai bekal menghadapi era globalisasi. Hal ini dilakukan
dengan mengupayakan semaksimal mungkin bagaimana agar pesantren mampu
menciptakan kader-kadernya yang mampu mengikuti perkembangan zaman yang terus
mengarah kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,
dkk. 2016. Islam Nusantara dan Kepesantrenan. Interpena: Jember.
Mastuki, dkk. 2003. Manajemen Pondok Pesantren. Diva
Pustaka: Jakarta.
Rofiq, dkk.
2005. Pemberdayaan Pesantren (Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri
dengan Metode Daurah Kebudayaan). Pustaka Pesantren: Jakarta.
Journal
Tarbawi, Vol. 1No. 1 Maret 2012.
[1] Gunawan, dkk, Islam Nusantara dan Kepesantrenan, (Jember:
Interpena, 2016), Hal 113.
[2] Journal
Tarbawi, Vol. 1No. 1 Maret 2012, Diakses pada tanggal 02 Mei 2018.
[3]Rofiq,
dkk, Pemberdayaan Pesantren (Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri
dengan Metode Daurah Kebudayaan), (Jakarta: Pustaka Pesantren, 2005), Hal
14.
[4]Gunawan, dkk, Islam
Nusantara dan Kepesantrenan, (Jember: Interpena, 2016), Hal 144-146.
[5] Mastuki, dkk, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva
Pustaka, 2003) hal 10.
[6]Gunawan, dkk, Islam
Nusantara dan Kepesantrenan, (Jember: Interpena, 2016), Hal 146-147.
[7]Gunawan, dkk, Islam
Nusantara dan Kepesantrenan, (Jember: Interpena, 2016), Hal 146-148.
kereeeennn.........
BalasHapus