Sabtu, 04 Mei 2019

Peranan Pondok Pesantren dalam Masyarakat



MAKALAH
PERANAN PONDOK PESANTREN DALAM MASYARAKAT

DOSEN PEMBIMBING
Abdul Haq As, S.Pd.I, M.Pd.I





MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
MANAJEMEN PESANTREN

Disusun Oleh : KELOMPOK 9 (IV MPI B)
Hikmatussolihah        (201691200069)
Hosniatil Hasanah     (201691200070)
Itail Haqiqah              (201691200073)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AT – TAQWABONDOWOSO
Jl. HOS. Cokroaminoto Kademangan – Bondowoso
TAHUN AKADEMIK 2018
KATA PENGANTAR

              Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillahtepat pada waktunya yang berjudul “Peranan Pesantren dalam Masyarakat”.
Dalam penyusunan makalah atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, bimbingan orang tua, teman-teman dan guru. Sehingga, kendala- kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STAI At-taqwa Bondowoso.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bondowoso, 14 Mei 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I  PENDAHULUAN............................................................................ 1
A.   Latar Belakang......................................................................................... 1
B.   Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C.   Tujuan Penulisan...................................................................................... 1
         BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 2
A.    PengertianPondokPesantren..................................................................... 2
B.     PerananPesantrendalamMasyarakat.......................................................... 3
C.     FungsiPesantrendalamMasyarakat............................................................ 5
BAB III PENUTUP....................................................................................... 8
A.    Kesimpulan............................................................................................... 8
B.     Saran......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 10





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pondok pesantren adalah wujud proses yang wajar dari sistem pendidikan nasional. Dari sisi historis, pessantren tidak hanya identic dengna makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous). Sebab lembaga yang serupa ini sebenarnya sudah ada sejak masa kekuasaan Hindu-Budha. Sehingga islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada. 
Pesantren merupakan sebuah lembaga dengan lokasi umumnya terpisah dari kehidupan sekitarnya. Dalam komplek tersebut terdapat beberapa buah bangunan seperti surau atau masjid, rumah pengasuh, asrama santri dan tempat pengajian. Dari sisi fisik lahiriyah, pesantren memang terpisah dari kehidupan masyarakat disekitarnya, akan tetapi semangat dan denyut nadi pesantren tidak pernah lepas dari konteks sosial kemasyarakatan. Hal inilah yang menjadikan pesantren tetap eksis menempatkan dirinya sebagai basis pertahanan moral melakukan transformasi sosial.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pondok pesantren?
2.      Bagaimana peranan pesantren dalam masyarakat?
3.      Apa fungsi pesantren dalam masyarakat?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari pondok pesantren.
2.      Untuk mengkaji peranan pesantren dalam masyarakat.
3.      Untuk mendeskripsikan fungsi pesantren dalam masyarakat.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pondok Pesantren
Pondok pesantren adalah gabungan antara kalimat pondok dan pesantren. Istilah pondok berasal dari kata Funduk,  dari bahasa Arab yang berarti rumah penginapan atau hotel, akan tetapi di dalam ke-pesantren-an Indonesia, khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri.
Istilah pesantren bisa disebut dengan pondok saja, pesantren saja, atau digabung yaitu dengan sebutan pondok pesantren yang maksudnya sama, namun pembedanya adalah asramanya dan santri yang menempati asrama tersebut, maksudnya pesantren yang santrinya tidak menetap di asrama, melainkan mereka tinggal didesa sekitar pesantren yang biasa disebut dengan santri kalong, mereka menimba ilmu agama di pesantren. Sedangkan istilah pesantren secara etimologis, berarti pesantrian yang berarti tempat santri, pondok pesantren adalah suatu lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama islam. Pesantren disebut pondok pesantren atau pendidikan tradisional, sekalipun sudah banyak pesantren modern, merupakan lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia.[1]
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan islam berbasis masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli agama dan atau menjadi muslim yang memiliki keterampilan atau keahlian untuk membangun kehidupan yang islami di masyarakat.[2]

B.     Peranan Pesantren dalam Masyarakat
Peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan seseorang dalam suatu peristiwa.
Dalam realitas hubungan sosial, pesantren senantiasa menjadi kekuatan yang amat penting yaitu sebagai pilar sosial yang berbasis nilai keagamaan. Nilai keagamaan ini menjadi basis kedekatan pesantren dengan masyarakat. Hubungan kedekatan pesantren dan masyarakat dibangun melalui kerekatan psikologis dan ideologis.
Disebut kerekatan psikologis karena pesantren lahir dari "relung-relung psikologis" masyarakat pedesaan yang religius. Dan disebut ideologis, karena pesantren juga menjadi benteng perlawanan dari sebuah keyakinan masyarakat yang prinsipil yaitu agama. Hal ini bisa terjadi karena pesantren lahir dari harapan dan cita-cita masyarakat islam yang rindu akan tatanan kehidupan sosial berbasis nilai keagamaan. Dan cita-cita ini dimotori oleh karismatik kiai yang turut memimpin cita-cita tersebut, sampai kemudian berumur panjang.
Pesantren lahir dari kesadaran nilai masyarakat yang diwujudkan dalam lembaga pendidikan berbasis nilai agama. Kekuatan basis masyarakat inilah yang menjadi daya dorong kehadiran lembaga ini.[3]
Berikut peranan pesantren di dalam masyarakat diantaranya:
1.      Membentuk dan memberi corak serta nilai kehidupan pada masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang
Sejak berdirinya pada abad yang sama dengan masuknya islam hingga sekarang, pesantren telah bergumul dengan masyarakat luas. Pesantren telah berpengalaman menghadapi berbagai corak masyarakat dalam rentang waktu tertentu. Pesantren tumbuh atas dukungan mereka, pesantren berdiri atas dorongan dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, secara kultural lembaga pesantren tidak hanya bisa diterima oleh masyarakat, bahkan telah ikut serta membantu dan memberi corak serta nilai kehidupan pada masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang.
2.      Sebagai training center dan sekaligus sebagai cultural center islam yang disyahkan dan dilembagakan oleh masyarakat
Pada masa penjajahan kolonial, pesantren diakui secara umum telah menjadi benteng perlawanan yang berkulminasi pada dukungan kepada Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya dalam melawan penjajah. Pada masa penjajahan pondok pesantren menjadi satu-satunya lembaga pendidikan islam yang menggembleng kader-kader umat yang tangguh dan gigjh mengembangkan agama serta menentang penjajahan berkat dari jiwa islam yang berada di dadanya. Di dalam jiwa mereka telah tertanam pula jiwa patriotisme disamping fanatisme agama yang dibutuhkan oleh masyarakat pada saat itu. Dengan demikian, sebagai lembaga pendidikan islam, pondok pesantren dari sudut historis kultural dapat dikatakan sebagai training center dan sekaligus sebagai cultural center islam yang disyahkan dan dilembagakan oleh masyarakat.
Dalam masa penjajahan, pesantren menjadi persemaian ideologi anti-Belanda. Pesantren merupakan basis pertahanan bangsa dalam perang melawan penjajah demi lahirnya kemerdekaan. Dengan demikian, pesantren berfungsi mencetak para kader bangsa yang benar-benar patriotik, mereka sanggup mengorbankan segala jiwa dan raganya demi memperjuangkan kemerdekaan bangsa.[4]
Perspektif historis menempatkan pesantren pada posisi yang cukup istimewa dalam khazanah perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia. Abdurrahman Wahid menempatkan pesantren sebagai subkultur tersendiri dalam masyarakat Indonesia. Menurutnya, lima ribu buah pondok pesantren yang tersebar di enam puluh delapan ribu desa merupakan bukti tersendiri untuk menyatakan sebuah subkultur.[5]
3.      Agen Perubahan (Agent Of Change)
Pada awal perkembangannya dan bahkan hingga awal era 70-an, walaupun dianggap sebagai lemabaga pendidikan yang tradisional yang tumbuh di masyarakat pedesaan, ternyata juga mampu berperan sebagai lembaga sosial yang berpengaruh. Keberadaannya telah memberikan pengaruh dan warna keberagaman dalam masyarakat sekitar, tidak hanya di wilayah administrasi pedesaan, tetapi tidak jarang hingga melintasi daerah kabupaten di mana pesantren itu berada. Oleh karena itulah kemudian pesantren dijadikan sebagai agen perubahan (agent of change), sebagai lembaga perantara yang diharapkan mampu menjadi penggerak pembangunan di segala bidang.
4.      Laboratorium Sosial Kemasyarakatan
Pesantren yang apabila dilihat dari letak geografis bangunannya biasanya agak terpisah dari masyarakat, ternyata juga mampu memainkan peran sebagai laboratorium sosial masyarakat. Dengan letak geografis yang agak terpisah dari lingkungan, ternyata tidak menjadikan pesantren terisolasi, tetapi justru membuat pesantren lebih mudah melakukan kontrol serta melihat lebih jernih berbagai perkembangan di luar pesantren. Dari sinilah sehingga bisa dikatakan bahwa pesantren adalah merupakan laboratorium sosial kemasyarakatan. Para orang tua yang memasukkan anaknya dalam pendidikan pesantren selain berharap agar anaknya mendapatkan pendidikan agama yang kuat, juga berharap anaknya bisa hidup mandiri dan dapat bersosialisasi sehingga kelak dapat berkiprah di tengah kehidupan masyarakat yang sesungguhnya.[6]

C.    Fungsi Pesantren dalam Masyarakat
Adapun fungsi pokok pesantren diantaranya:
1.      Sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu pengetahuan islam (Transmission of Islamic Knowledge).
2.      Sebagai pusat penjagaan dan pemeliharaan tradisi islam (maintenance of Islamic tradition).
3.      Sebagai penghasil calon-calon ulama (reproduction of ulama).
Lebih dari itu, pesantren juga menjadi pusat penyuluhan kesehatan, pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan, pusat usaha-usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup dan lebih penting lagi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan.
Peranan pesantren tersebut sesuai dengan fungsi pesantren, bahwa fungsi pesantren mencakup tiga aspek yaitu fungsi religius (diniyah), fungsi sosial (ijtimaiyah) dan fungsi edukasi (tarbawiyyah). Di sisi lain fungsi pendidikan pesantren juga berfungsi sebagai lembaga pembinaan moral dan kultural. Disamping merupakan lembaga pendidikan, pesantren juga berfungsi sebagai pembinaan moral kultural, baik bagi kalangan para santri maupun santri dengan masyarakat. Dengan demikian mengisyaratkan bahwa penyelenggaraan keadilan sosial melalui pesantren lebih banyak melalui pendekatan kultural.
Di dalam lingkungan pesantren, para santri tidak hanya belajar tentang ilmu-ilmu keislaman melalui kitab-kitab klasik, tetapi juga belajar bagaimana bisa bersosialisasi dengan teman-temannya di dalam pondok, dengan para seniornya atau dengan para pengasuhnya yang diikat dengan norma-norma tertentu. Dalam lingkungan pondok juga diajarkan kedisiplinan melalui pengaturan yang ketat jadwal yang harus dilakukan oleh para santri, seperti jadwal mengaji, melakukan shalat berjamaah dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dan tak lupa pula ditanamkan prinsip kesederhanaan dan kesabaran, agar kelak mampu melahirkan sosok santri yang siap berkiprah, tahan uji dan mampu menghadapi segala tantangan dan godaan dalam menjalani kehidupan sebenarnya dalam masyarakat dan dalam berjuang menegakkan ajaran agama.
Ada dua hal yang seringkali dipesankan oleh seorang kiai kepada para santrinya, yaitu jangan meninggalkan kegiatan mengaji dan jangan lupa shalat berjamaah. Kedua pesan tersebut sederhana, tetapi memiliki filosofi yang luar biasa. Pertama, pesan untuk jangan lupa mengaji, berarti para santri selalu dituntut untuk mencari ilmu, walaupun sudah tidak berada di pondok pesantren. Ini berarti belajar itu harus dilakukan seumur hidup, tidak hanya itu bahkan kalau bisa para santri harus memberi pengajian-pengajian (mengajar) kepada masyarakat. Sedangkan pesan sholat berjamaah sebagai wujud dari pengamalan ilmu dan memupuk nilai-nilai sosial. Melalui sholat berjamaah, para santri bisa dengan mudah bisa melakukan interaksi sosial, yang pada akhirnya dapat membaur dengan masyarakat dan berpartisipasi dalam pembangunan.
Dari hasil survey menunjukkan bahwa pesantren tercatat memiliki peranan penting dalam sejarah pendidikan di tanah air dan telah banyak memberikan sumbangan dalam mencerdaskan bangsa. Banyak tokoh-tokoh nasional, para cendikiawan muslim, pada guru-guru bangsa yang mengabdi tanpa pamrih dan pahlawan-pahlawan bangsa yang dengan gigih telah berjuang demi bangsanya, lahir dari hasil tempaan dan pendidikan dari pondok pesantren ini.
Di sisi lain, pondok pesantren juga telah mendukung berbagai program-program yang dicanangkan oleh pemerintah, diantaranya adalah program keluarga berencana (KB). Sebagaimana dinyatakan oleh Zaini, "Sesungguhnya pondok pesantren mempunyai peranan penting yang cukup besar dalam memasukkan gagasan dan mendorong keluarga berencana (KB) sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas manusia dan kesejahteraan keluarga.[7]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan islam berbasis masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli agama dan atau menjadi muslim yang memiliki keterampilan atau keahlian untuk membangun kehidupan yang islami di masyarakat.
Peranan pesantren di dalam masyarakat yaitu membentuk dan memberi corak serta nilai kehidupan pada masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang, sebagai training center dan sekaligus sebagai cultural center islam yang disyahkan dan dilembagakan oleh masyarakat, sebagai agen perubahan, dan merupakan laboratorium sosial kemasyarakatan.
Adapun fungsi pokok pesantren adalah, sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu pengetahuan islam (Transmission of Islamic Knowledge), sebagai pusat penjagaan dan pemeliharaan tradisi islam (maintenance of Islamic tradition) dan sebagai penghasil calon-calon ulama (reproduction of ulama). Lebih dari itu, pesantren juga menjadi pusat penyuluhan kesehatan, pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan, pusat usaha-usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup dan lebih penting lagi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan.


B.     Saran
Pada era global ini, pesantren diharapkan mampu untuk lebih meningkatkan perannya kelembagaan sebagai kawah candradimuka generasi muda islam dalam menimba ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal menghadapi era globalisasi. Hal ini dilakukan dengan mengupayakan semaksimal mungkin bagaimana agar pesantren mampu menciptakan kader-kadernya yang mampu mengikuti perkembangan zaman yang terus mengarah kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, dkk. 2016. Islam Nusantara dan Kepesantrenan. Interpena: Jember.
Mastuki, dkk. 2003. Manajemen Pondok Pesantren. Diva Pustaka: Jakarta.
Rofiq, dkk. 2005. Pemberdayaan Pesantren (Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan). Pustaka Pesantren: Jakarta.
Journal Tarbawi, Vol. 1No. 1 Maret 2012.




[1] Gunawan, dkk, Islam Nusantara dan Kepesantrenan, (Jember: Interpena, 2016), Hal 113. 
[2] Journal Tarbawi, Vol. 1No. 1 Maret 2012, Diakses pada tanggal 02 Mei 2018.
[3]Rofiq, dkk, Pemberdayaan Pesantren (Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan), (Jakarta: Pustaka Pesantren, 2005), Hal 14.
[4]Gunawan, dkk, Islam Nusantara dan Kepesantrenan, (Jember: Interpena, 2016), Hal 144-146.
[5] Mastuki, dkk, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003) hal 10.
[6]Gunawan, dkk, Islam Nusantara dan Kepesantrenan, (Jember: Interpena, 2016), Hal 146-147.
[7]Gunawan, dkk, Islam Nusantara dan Kepesantrenan, (Jember: Interpena, 2016), Hal 146-148.

1 komentar: